expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 19 November 2019

Indahnya Panorama Pantai Pangandaran DKS Chanel



PANTAI PANGANDARAN SURGA DI SELATAN JAWA BARAT



Pantai Pangandaran memiliki keunikan tempatnya, daratan yang
menjulur kelaut sehingga  pantai Pangandaran
di himpit oleh laut dari sisi barat dan timur. Karena keunikan tempat inilah
pantai Pangandaran  telah berabad abad
menjadi destinasi andalan Jawa Barat.
Pantai Barat menjadi surganya wisatawan, karena di pantai
Barat ini kita dapat berenang, meski omboknya tergolong besar karena Pantai
Pangandaran merupakan jajaran pantai selatan Puau Jawa,  namun masih aman untuk dipakai berenang oleh
wisatawan, selain wisatawan dapat berenang, disini juga banyak perahu perahu
yang dapat disewa untuk berlayar disekitaran pantai Pangandaran.
Sementara pantai timurnya wisatawan akan disuguhi
pemandangan perahu perahu nelayan , selain kalau langit cerah kita juga bias melihat
terbitnya matahari dari ufuk timur. Pantai timur Pangandaran merupakan obyek
pemandangan terindah, dari pantai timur ini juga kita dapat melihat dari
kejauhan Pulau Nusa Kambangan. Masih di lokasi pantai timur ini, banyak kita
temui rumah makan sea food karena di pantai tiur ini ada tempat pelelangan ikan
nelayan.
Selain wisata pantai di Pangandaran juga ada Cagar Alam,
yang didalamnya ada Gua alam yang tembus ke laut juga ada Gua peninggalan  Jepang. 
Di cagar alam ini kita bias member makan monyet monyet yang  biasanya banyak kita temui di dalam, selain
monyet di cagar ala mini banyak juga rusa, bahkan kalau malam hari suka ada
yang keluar dari cagar alam.
Berwisata ke pantai Pangandaran masih dapat dikatagorikan
tempat liburan murah,  dari mulai tiket
masuknya yang murah, hotel maupun tempat jajanan kuliner dan oleh oleh yang
harganya relative terjangkau. Jadi rasanya tidak berlebihan jika  Pantai Pangandaran disebut  PANTAI PANGANDARAN SURGA DI SELATAN JAWA BARAT
-DKS

Minggu, 17 November 2019

INDAHNYA PERKEBUNAN TEH DI PANGALENGAN



SEJARAH PERKEBUNAN TEH PANGALENGAN


Sejarah Perkebunan Teh Pangalengan di Bandung ini memang sangat menarik, anda bisa menikmati pemandangan indah dan asri sembari mengenal lebih jauh tentang nilai sejarah yang melekat pada kebun teh yang terletak di desa Banjarsari – Pangalengan Kabupaten Bandung ini.

Perkebunan teh malabar yang memiliki luas mencapai 2.022 hektar ini dibuka sejak tahun 1890 oleh seorang preangerplanter yaitu Kerkhoven yang sebelumnya juga telah membuka kebun teh di daerah Ciwidey. Namun barulah pada tahun 1896 kebun teh pangalengan malabar ini mulai berkembang pesat, tepatnya ketika bagian administratur perkebungan dipegang oleh Karel Albert Rudolf Bosscha yang masih sepupu dari Kerkhoven.

Perkebunan teh Malabar yang dipegang oleh Bosscha ini begitu berkembang pada tahun – tahun berikutnya, bahkan ia pernah menjadi seorang juragan di seluruh perkebunan teh di Kecamatan Pangalengan pada masa itu, ini menjadi titik awal kesuksesannya setelah berada di indonesia sejak tahun 1887 atau ketika ia saat itu berusia 22 tahun.

Mungkin ia sendiri tidak percaya akan kesuksesannya tersebut karna dikisahkan bahwa Bosscha mengawali profesinya tersebut dari hanya seorang pekerja biasa di kebun teh milik pamannya, Kerkhoven, di Sukabumi hingga pada akhirnya ia berhasil membangun kebun tehnya sendiri yaitu Malabar sekaligus menjabat sebagai administratur selama kurun waktu 32 tahun bahkan ia sempat dijuluki sebagia Raja Teh Pariangan.

Sekarang perkebunan teh pangalengan ini sudah berhasil mengolah setidaknya sebanyak 60.000 kilogram pucuk teh setiap harinya dan dipasarkan hingga ke seluruh dunia, tak tanggung – tanggung perkebunan teh ini pun sudah mempekerjakan lebih dari 1.860 orang yang tidak hanya melibatkan masyarakat setempat saja melainkan dari berbagai daerah di luar Bandung.

Selain meninggalkan sebuah perkebunan teh yang sangat besar, Bosscha juga sekaligus menjadi perintis dan penyandang dana untuk pembangunan observatorium Bosscha yang di dalamnya terdapat sebuah teleskop refraktor ganda zeiss dan teleskop refraktor bamberg. Namun sayangnya ia tidak sempat menikmati pemandangan angkasa dengan teleskopnya tersebut karena Bosscha meninggal tidak lama setelah diresmikannya observatorium miliknya tersebut.



Dan itulah beberapa informasi sejarah singkat mengenai perkebunan teh yang bisa saya jabarkan. Sejarah perkebunan teh pangalengan di daerah Bandung ini ternyata sangat unik dan menarik. Kita bisa mengambil beberapa kesimpulan dan juga nilai moral dari sejarah ini bahwa semua usaha pastinya dimulai dari nol.

Oleh karena itu bagi teman teman sekalian, selalu bersemangat dan usahakan yang terbaik untuk setiap usaha anda melihat dari sejarah berkembangnya perkebunan teh di Pangalengan Bandung ini. Sekian dulu beberapa cerita sejarah yang bisa saya bagikan ini, semoga berguna untuk kita semua dan bisa dijadikan sebuah pencerminan untuk bisa menjadi lebih baik lagi.

Minggu, 03 November 2019

PROFIL : YUDISTIRA MANUNGGAL RAHMANING HURIP ANAK DEDI MULYADI YANG JADI DALANG



Seperti kata pepatah “Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonya” Itulah mungkin yang menyebabkan Yudistira Manunggaling Rahmaning Hurip anak ABG ini begitu mencintai Wayang Golek, Seperti halnya sang Ayah Kang Dedi Mulyadi yang merupakan tokoh Budaya Sunda. Yang ketokohannya tidak hanya diakui masyarakat, Akademisi sampai PBB.

Yudistira Manunggaling Rahmaning Hurip lahir 10 September 2003, Putra ke Dua Kang Dedi Mulyadi mengatakan menjadi dalang merupakan satu kebanggaan. Jadi hal inilah yang membuat dirinya tidak setengah setengah menjadi seorang Dalang.

Ilmu pedalangan yang ditimbanya sampai saat ini di Padepokan Seni Giri Harja di Jelekong Kabupaten Bandung, telah membuatnya sejak kelas 6 SD berani tampil di Panggung menjadi seorang Dalang. 

Berbagai kejuaraan Dalang cilik telah diraihnya, Kini di usianya yang masih belasan tahun, Yudistira Manunggaling Rahmaning Hurip telah menjadi seorang Dalang profesinonal dengan nama grup kesenian DANGIANG KAHURIPAN yang siap meramaikan dunia seni pewayangan di tanah Sunda khusunya, umumnya di Indonesia.

Sungguh berbesar hati kita sebagai seorang nasionalis, ternyata masih ada anak muda yang peduli akan seni budayanya, apalagi seperti Yudistira Manunggaling Rahmaning Hurip terlahir dan dibesarkan di tengah kemewahan, Bapak ibunya seorang Pejabat penguasa daerah, yang mana biasanya gaya hidup anak anak pejabat lebih ke barat baratan. Kalau pun ada yang mencintai seni pasti menjadi seorang anak Band. -DKS 

Ikuti saja apa kata hati, maka idealisme dan keberanian akan ada dengan sendirinya