expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 29 September 2017

BUPATI PURWAKARTA H.DEDI MULYADI CERDAS BERINOVASI MEMBANGUN DAERAHNYA





Bupati Purwakarta yang juga merupakan Calon Gubernur Jawa Barat priode 2018-2023 H. Dedi Mulyadi adalah seorang kepala daerah yang pandai berinovasi dengan terus membuka isolasi daerah daerah yang karena faktor geografis menjadi seolah terisolasi di Purwakarta. Setelah dibangun akses infrastruknya baik jalan maupun jembatan kemudian di kembangkan menjadi tempat tempat parawaisata baru yang dapat memberikan kontribusi kepada PAD (Pendapatann Asli Daerah) Purwakarta dan tentunya masyarakat di daerah tersebut. Kang Dedi Mulyadi kemampuan dan kepintarannya dalam berinovasi membangun daerahnya baik itu di sektor fisik,pelayanan, pendidikan, pertanian, taman atau ruang terbuka umum, gedung gedung yang berarsitektur khas Sunda, parawisata, bahkan Kang Dedi mampu membangun tempat ibadah di bekas lokalisasi, semua pembangunan di Purwakarta yang Kang Dedi lakukan tanpa perlu mengacu blueprin Bapennas, semua hanya berdasarkan skala prioritas pemikiran dan gagasan Kang Dedi Mulyadi, dilaksanakan dengan anggaran yang jauh dari sekedar cukup, Kita bisa menilai bahwa talenta yang dimiliki Dedi Mulyadi melebihi kemampuan seorang Arsitek atau ahli keuangan, Jadi bagi kita, semua ini semakin meyakinkan bahwa beliau paling layak kita beri amanah menjadi gubernur Jawa Barat 2018 nanti.
Slogan "MENGURUS KAMPUNG DAN MENATA KOTA" memang demikianlah realitanya kepintaran dan keahlian Si Anak Desa Dedi Mulyadi.





“Perubahan hanya dapat dihadirkan melalui karya. Kami hadir dengan jalan lingkar barat dan timur yang selama ini mengisolasi warga sekitar, selama kurang lebih 50 tahun. Jalur lingkar barat menghubungkan sebanyak 3 kecamatan di Purwakarta yaitu Jatiluhur, Sukasari dan Maniis, panjangnya mencapai 67 KMJalur ini membuat Purwakarta terkoneksi dengan wilayah Kabupaten Karawang, Bogor dan Cianjur Sementara jalur lingkar timur menghubungkan Kecamatan Bungursari, Campaka, Cibatu, Kiarapedes, Wanayasa, Bojong, Darangdan sampai Plered sepanjang 150 KM. Mari berkarya, bukan hanya bicara”. –Dedi Mulyadi








“Jembatan Mak Uwo adalah kisah tentang satu kampung yang terpisah bentangan Sungai Cilamaya. Jembatan tersebut terbuat dari bambu yang disebut Sasak Gantung. Selama puluhan tahun kampung tersebut terisolir, kini semuanya telah berubah. Jembatan kokoh dibangun dengan lebar 9 meter untuk membuka isolasi dan kawasan pertumbuhan baru sehingga menggerakan kehidupan ekonomi warga sekitar Jembatan baru ini bukan hanya menghubungkan satu kampung. Tetapi juga beberapa kecamatan di Subang seperti Patok Beusi, Pabuaran dan Cipeundeuy pun bisa mengakses jalur tersebut menuju Purwakarta dan Gerbang Cikopo. Walaupun sudah punya jembatan dan jalan terbentang, Jembatan Mak Uwo tidak pernah dilupakan. Dia harus tetap berdiri melayani kenangan masa silam yang tidak boleh kita lupakan”.-Dedi Mulyadi







"Kecamatan Pasawahan dan Jatiluhur sebenarnya berdekatan, tetapi menjadi jauh karena terpisah Sungai Cikao. Kini kami membangun jembatan diantara keduanya.
Jembatan ini menghubungkan Desa Parakan Lima di Jatiluhur dan Desa Ciherang di Pasawahan. Sebelumnya, warga sekitar harus melingkar melewati kota dengan jarak tempuh satu jam.
Selain menciptakan konektifitas untuk mobilitas masyarakat, di samping jembatan itu kini hadir Taman Cikao, area wisata yang memanfaatkan atmosfer alam Cikao.
Mari berkunjung kemari, sebentar lagi dibuka loh!!" -Dedi Mulyadi











“Saat ini anak-anak kita sangat sulit untuk mendapatkan pertunjukan yang memiliki makna edukasi. Mereka seperti tanpa batas dapat mengakses seluruh informasi yang bisa merusak tata berfikir mereka yang masih anak-anak. Kami hadirkan Taman Surawisesa, yaitu taman yang dilengkapi dengan TV Raksasa dalam setiap malam Sabtu akan diputar film-film yang berkualitas.Film ini akan memutar berbagai cerita yang mampu mengedukasi anak-anak kita mulai cerita alam, manusia dan cerita kehidupan lainnyaSetiap malam purnama anak-anak bisa bermain riang untuk melihat bulan dan bintang. Karena di taman ini dilengkapi dengan teropong bintang. Satu bulan lagi, taman ini akan dibuka untuk anak-anakku tercinta. Kata Surawisesa diambil dari nama Senopati Padjadjaran yang sangat cerdasSelamat menikmati, anak-anakku tercinta”.  –Dedi Mulyadi






Terus bekerja menjelang akhir masa jabatan. "Tajug Gede" atau Mesjid Raya Cilodong tiga bulan lagi selesai. Keberadaan mesjid ini mengubah kawasan prostitusi menjadi kawasan religi berbasis alam.
Seluruh fasilitas sedang kami siapkan mulai dari Taman Air Mancur, Museum Digital Sate Maranggi hingga kawasan hijau hutan seluas 9 hektar.
Kini Cilodong tidak identik dengan kompleks prostitusi tetapi identik dengan tajug indah berarsitektur Sunda.
Pidu'a ti sadayana, mugia lungsur langsar. Barokallah...
#dedimulyadi7abar1