expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 26 Mei 2016

PORAK PORANDA :
KETUA DPD I GOLKAR JABAR DESAK GUBERNUR CEPAT TANGGAP BANTU BANJIR BANDANG SUBANG &
PEMKAB PURWAKARTA MENURUNKAN 100 TUKANG CANGKUL KE CISALAK SUBANG
Perjalanan ini
Trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan
Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
kering rerumputan
Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih ...
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika di kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari
Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit
Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang
Ebiet_G_Ade-Berita_Kepada_Kawan
dangiangkisunda.com – Ketua DPD I Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi menyerukan Jajaran Fraksi Golkar DPRD Provinsi Jawa Barat dan DPRD Kabupaten Subang untuk menganalisis penyebab banjir bandang yang melanda Desa Sukakerti Cisalak Subang Minggu 22 Mei 2016 lalu. Tidak berhenti sampai disitu, Dedi pun mendesak seluruh stakeholder baik Legislatif dalam hal ini DPRD maupun Eksekutif dalam hal ini Gubernur agar cepat tanggap melakukan penanggulangan pasca banjir di daerah tersebut.
Dedi yang hari ini Kamis (26/5) secara langsung meninjau lokasi mengatakan dirinya sempat berbincang dengan Kepala Desa setempat. Pihak desa menuturkan tebing Desa Sukakerti ini dijadikan perkebunan kopi. Dedi kemudian menduga sebelum dijadikan perkebunan kopi tentu ada penebangan pohon terlebih dahulu. “Mungkin saja penebangan itu dilakukan 10 Tahun ke belakang tapi dampaknya dirasakan hari ini. Ini salah satu sebab mengapa kemarin saya katakan bahwa pengurus Partai Golkar haruslah orang yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Mereka harus bergerak cepat memproteksi lingkungan”. Kata Dedi saat ditemui di lokasi bencana.
Lebih lanjut Dedi mengatakan Fraksi Golkar DPRD Jawa Barat akan mengambil langkah penting. Diantaranya dengan cara mendesak Gubernur Ahmad Heryawan untuk segera mengambil kebijakan yang bukan hanya cepat tetapi tepat. Kebijakan yang dituntut dari Gubernur Jawa Barat juga erat kaitannya dengan ganti rugi untuk masyarakat yang terkena bencana. “Saya diinfokan oleh Kepala Desa, ini total kerugian warga mencapai Rp15 Milyar. Saya kira Pemerintah Provinsi mampulah untuk mengganti sejumlah itu”. Lanjut Dedi menjelaskan.
Selain kepada Gubernur, ditingkatan lokal Subang Dedi mengaku sudah menginstruksikan kepada Wakil Bupati Subang Imas Aryumningsih selaku Kader Golkar untuk mengambil langkah konkret. “Saya meminta Wabup Subang, kebetulan beliau salah satu kader Partai Golkar untuk berperan aktif dalam program tanggap bencana. Bahkan saya meminta beliau untuk menginap di lokasi. Sebab datang ke tempat bencana itu bukan sekedar untuk melihat lalu pulang. Ingat ini bukan tempat rekreasi. Harus ada langkah yang terasa oleh masyarakat”. Kata Dedi menutup paparannya. (amh)
dangiangkisunda.com – Sebanyak 100 orang relawan yang tergabung dalam Tim Tanggap Darurat Bencana asal Kabupaten Purwakarta hari ini Kamis (26/5) diterjunkan menuju lokasi banjir bandang di Desa Sukakerti Cisalak Subang. Tim Tanggap Darurat ini juga pernah diterjunkan oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta saat membantu korban bencana banjir di Kabupaten Bandung Jawa Barat.
Seratus personel tukang cangkul tersebut sedianya akan membantu warga korban banjir untuk membersihkan puing-puing yang diakibatkan oleh banjir bandang yang mendera wilayah tersebut Minggu (22/5) lalu. Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang sekaligus bertindak sebagai pemimpin relawan ini mengatakan dirinya sengaja membentuk relawan dalam rangka antisipasi bencana, mengingat di Purwakarta umumnya Jawa Barat merupakan salah satu daerah rawan bencana. “Saya memanfaatkan sumber daya yang ada untuk kemanusiaan. Sifat kemanusiaan itu kan tidak mengenal batas teritorial. Maka saya bawa para relawan kesini untuk membantu warga disini meskipun berlainan Kabupaten”. Kata Dedi di lokasi bencana.
Dedi menilai hal yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah pasca bencana. Karena pada saat ini warga membutuhkan tenaga dan bantuan ekstra untuk melakukan recovery lingkungan mereka. Diantaranya membersihkan lumpur bekas banjir, membersihkan puing-puing pepohonan yang terbawa arus banjir dan seterusnya. “Warga disini harus melanjutkan hidup. Mereka butuh tenaga untuk memulihkan diri dan lingkungannya. Semoga pasukan cangkul yang saya bawa dapat membantu warga disini”. Lanjut Dedi sambil mencangkul gundukan tanah diatas jalanan umum.
Selain membawa seratus orang tukang cangkul ke lokasi bencana, Dedi pun membawa sejumlah paket bantuan untuk didistribusikan kepada warga korban banjir. “Ini bagian dari solidaritas saja. Purwakarta dan Subang kan bertetangga. Saya juga lahir di Subang. Sudah sepantasnya kami dari Purwakarta datang untuk membantu warga disini”. Kata Dedi menutup statementnya. (amh)
‪#‎inspirasikangdedi‬




















Jumat, 20 Mei 2016

Pemkab Purwakarta Izinkan Pegawainya Berambut Gondrong

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Siapa bilang, jadi aparatur sipil negara (ASN) harus berpakaian dinas rapih dan berambut pendek. Ternyata, di Kabupaten Purwakarta, ASN atau yang dulunya disebut PNS ini, diperbolehkan berambut gondrong. Serta, boleh menggunakan pakaian bebas.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, menjadi ASN itu tidak harus seperti yang digambarkan pegawai-pegawai pemerintahan zaman dulu. Harus berpakaian rapih sesuai aturan, memakai sepatu yang disemir hitam, serta berambut klimis.
"ASN yang seperti itu sudah kuno," ujar Dedi, kepada Republika.co.id, Jumat (20/5).
Di Purwakarta, kebijakan seperti itu telah dihapuskan. Saat ini, ASN boleh berambut gondrong. Ke kantor, dipersilahkan memakai sandal. Karena yang terpenting, bukan penampilannya. Melainkan, skill dan inovasinya.
Percuma, ASN berpakaian rapih, rambut klimis, sepatu mengkilat, tapi kinerjanya buruk. Dia datang dari rumah ke kantor, hanya duduk-duduk saja tanpa ada yang dikerjakan. Sedangkan, ASN di bagian lain, dia harus bekerja dengan konsekuensi seragam yang berlumuran lumpur, bau sampah, atau berlumuran cat.
Karena itu, ASN di Purwakarta dibebaskan untuk berekspresi sesuai dengan bidang masing-masing. Misalkan, ASN yang tugasnya mendesain (arsitektur) diperbolehkan berpakaian sesuai dengan pekerjaannya.
Atau, ASN yang menyukai sastra, puisi, dan budaya, diperbolehkan berambut gondrong. Karena, itu mencerminkan karakternya. Jadi, tidak akan ada larangan.
"Bahkan, kami punya ASN yang menjabat sebagai Kepala UPTD Peternakan di Kecamatan Sukasari, yang rambutnya gondrong," ujar Dedi.
Tidak jadi masalah. Karena, pegawai itu setiap harinya bergulat dengan alam. Mengingat, wilayah Sukasari itu masih terpencil dan mayoritas lingkungannya adalah hutan. Jadi, wajar saja jika kepala UPTD peternakannya, rambutnya gondrong.
"Yang penting, isi kepala, kreatifitas, inovasi, skill. Bukan penampilan luarnya," ujar Dedi.
#inspirasikangdedi


Kamis, 19 Mei 2016

Manusia hanya dapat berencana dan berusaha, tetapi Tuhan jugalah yang menentukan segalanya.
‪#‎inspirasikangdedi‬

Selasa, 17 Mei 2016

Nasionalisme Dedi Mulyadi (Pidato Kenegaraan Di Upacara HUT RI KE 69 Kab...



Tidaklah berlebihan kalau menyebut Kang Dedi seorang 'ORATOR" sedikit tokoh maupun pejabat yang memiliki talenta seperti. 

Di Indonesia kita tahu bahwa Bung Karno adalah Orator hebat di setiap pidato pidatonya yang menggelorakan semangat Revolusi dan Bung Tomo pada 10 November 1945 meneriakkan yel yel berani mati untuk tanah air.
Begitu dasyatnya seorang ORATOR itu, karena salah satunya bisa membuat jiwa seseorang bergelora dari TAKUT MENJADI BERANI, DARI TIDAK MEMILIKI NYALI MENJADI MEMILIKI NYALI DAN DARI JIWA YANG KOSONG MENJADI JIWA YANG PENUH DENGAN IDEALIS.
‪#‎inspirasikangdedi‬

SAFARI BUDAYA KANG DEDI MULYADI : SUNDA MEKAR MAHEUTKEUN RASA KAHEMAN (P...



Kesadaran adalah Matahari. 

Kesabaran adalah Bumi. 
Keberanian menjadi cakrawala.
Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.
-WS. Rendra
‪#‎inspirasikangdedi‬

Minggu, 15 Mei 2016

Taman Sri Baduga Purwakarta, Yang Akan Diresmikan Presiden Joko Widodo (...

Buku Kang Dedi Mulyadi : MENGAYUH NEGERI DENGAN CINTA
Pelajaran Ketiga : Membayangkan Pendidikan Cinta
Sayangnya, sistem pendidikan masih terjebak untuk memberikan penghargaan tertinggi pada yang nilai matematiknya tinggi, sembari “meremehkan” yang mengajinya bagus, menarinya lentur, atau main bolanya bagus. Bayangkan bila seluruh anak didiknya pintar matematika saja, dia tidak pintar olahraga, berarti kita tidak punya pemain sepak bola di masa depan nanti. Demikian juga jika semuanya pintar sepak bola, namun tidak ada yang pintar sebagai ahli ekonomi— buat apa sepak bola kalau tidak ada bandarnya, tidak ada yang bayar pemainnya. Bayangkan di negara ini kalau semua orang pandai berbicara, berarti tidak perlu ada pengacara; bayangkan kalau semua orang jadi dokter, berarti tidak pernah ada pasien. Guru ada karena orang ada yang membutuhkan pendidikan, dokter hidup dan orang yang sakit, pengacara hidup dan orang yang bermasalah. ini berarti hidup manusia itu tergantung dan kekurangan orang lain, manusia itu hidupnya dari kelemahan orang lain. Itulah tugas yang harus dipahami oleh manusia dan kemanusiaan.
Kelemahan dan kekurangan seseorang itu fitrah, suatu kausalitas yang tidak bisa dibantah. Jadi tidak bisa dipaksa untuk sama. Para guru persis seperti seorang tukang kebun, ia hanya merawat agar benih kelapa menjadi kelapa dan tidak memaksanya tumbuh menjadi jeruk. Kelemahan dan kekurangan harus disadari dan menjadi modal bagi tumbuhnya kebersamaan yang saling mengisi. Itulah aturan dunia beradab. Hal yang tidak dibolehkan di dunia ini adalah eksploitasi atas kelemahan orang lain. Eksploitatif bertentangan dengan nilai nilai keparipurnaan diri.
ini berarti bahwa pendidikan tidak mesti lagi terlalu mengagungkan intelektualitas karena yang dilahirkan adalah kebangkrutan negara. Akan tetapi, pendidikan harus menghormati keanekaragaman potensi yang dimiliki oleh anak kita. Tugas guru adalah mendorong potensi-potensi itu menjadi produktivitas. Inilah yang sebenarnya yang disebut dengan keanekaragaman, kebinekaan.
Tugas lain guru adalah sebisa mungkin tidak boleh menghadirkan kultur rivalitas. Selama ini pendidikan dibuat rivalitas,
matematika diadu dengan matematika, fisika diadu dengan fisika, anak pandai diadu dengan anak pandai akhirnya yang ada kesombongan pertandingan. Pendidikan seharusnya meahirkan musabaqah, yaitu perlombaan yang tidak saling mengalahkan atau perlombaan yang membuat semua pesertanya saling belajar kekurangan dirinya seraya saling memuji keIebihan lawannya.
Selain menciptakan sistem pendidikan yang cinta-diri dalam untuk pengembangan kekuatan diri pendidikan juga harus
mengarahkan siswanya mencintai alam sekitarnya. Saya menginginkan bukan hanya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan), melainkan pendidikan yang berbasis pada 4 hal: (1) berbasis udara; (2) berbasis matahari; (3) berbasis tanah; (4) berbasis air.
Ke empat basis alam ini mendorong pendidikan memberikan pengalman langsung kepada siswa ketika mereka mempelajari sesuatu. Misalnya ketika mereka sedang mempelajari masalah pertanian, mereka harus langsung merasakan bagaimana cara cara bercocok-tanam. Pola seperti ini perlu dukungan semua pihak. Bisa dicontohkan, apabila ada sebuah sekolah letaknya di sisi persawahan, tidak ada salahnya pemerintah membeli sawah tersebut Selanjutnya diserahkan kepada sekolah untuk menjadi tempat praktik bagi para siswanya sekolah tersebut rempunyai ekstrakulikuler di bidang pertanian. Kemudian pada
areal persawahan tersebut bisa dipelihara kerbau, kambing, bebek atau sejenisnya sehingga pada akhirnya akan mewujudkan apa yang dinamakan dengan ‘produktivitas pendidikan’.
Srategi Pendidikan Berbasis Cinta
Pendidikan bukan hanya melahirkan ijazah di tingkat dasar, menengah maupun tinggi, melainkan harus melahirkan keparipurnaan siswa dan siswi kita. Karena itu, ada 4 hal yang harus menjadi fokus prioritas perbaikan sistem pendidikan di Kabupaten Purwakarta. (bersambung)
‪#‎inspirasikangdedi‬




Rabu, 11 Mei 2016

Dedi Mulyadi Bersama Dessy Ratna Sari (Silahturahmi DPP PAN Ke Purwakarta)

Buku Kang Dedi Mulyadi : MENGAYUH NEGERI DENGAN CINTA
Pelajaran Ketiga : Membayangkan Pendidikan Cinta
Output pendidikan bisa saja tidak langsung bisa dinikmati saat ini, namun di masa depan output pendidikan ini akan menghasilkan buah yang bermanfaat bagi masyarakat Purwakarta. Pendidikan dalam konteks ini seperti investasi, kita tanam modal hari ini untuk keuntungan besar di masa depan.
Masalah pendidikan yang keempat adalah kepedulian masyarakat terhadap pendidikan. Ada satu hal yang disalahpahami banyak pihak, yaitu menganggap bahwa pendidikan adalah persekolahan. Begitu anaknya sudah disekolahkan, banyak orang tua menganggap bahwa ia sudah memberikan pendidikan yang layak dan pantas.
Pendidikan lebih dari persekolahan, pendidikan meliputi pembiasaan berbahasa Sunda, belajar membaca Al-Quran, pembiasaan etika dan akhlak serta banyak aspek lain yang merupakan tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Bahayanya lagi, banyak orang tua yang menganggap bahwa para gurulah yang bertanggung jawab pada seluruh kewajiban mendidik. Gejala ini dapat ditengarai dari ketidakpedulian para orang tua pada apa yang sudah didapatkan anaknya di sekolah, ketidakpedullan orang tua pada pola gaul anak-anak remajanya, dan keengganan masyarakat untuk memperbaiki perilaku anak anak muda. Dulu, ketika saya remaja, masih banyak remaja yang ditegur oleh masyarakat jika melakukan hal-hal yang asusila; sekarang, hal itu hanya kenangan.
Masyarakat yang tidak sadar pendidikan tidak akan menemukan kemajuannya. Jepang (saya ingin kita belajar dan negara ini) adalah negara yang mementingkan pendidikan sebagai basis kebangkitannya. Segera setelah luluh lantak karena kalah perang, kaisar Jepang langsung mengumpulkan para guru dan memerintahkan merëka mengajarkan nilai-nilai budaya Jepang dan ilmu-ilmu yang mendorong kemajuan di masa depan; tidak hanya itu, kaisar pun membuat kebijakan agar seluruh buku-buku ilmu pengetahuan yang penting diterjemahkan dalam bahasa Jepang. Hasilnya, kita semua tahu, Jepang menjadi bangsa yang unggul dan kini dapat disejajarkan dengan negeri Adidaya seperti Amerika Serikat.
Kita niscaya maju seperti Jepang jika pemerintah mulai membenahi kebijakan pendidikan —saya akan membenahi sistem pendidikan kabupaten ini. Namunyang juga dibutuhkan adalah kepedulian semua masyarakat terhadap pendidikan, semua pihak harus meyakini bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang. Atas dasar pemikiran bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang itulah, maka pemerintah Puiwakarta —walaupun memiliki sumber dana terbatas— akan terus mengupayakan 20% APBD bagi dana pendidikan. Tentu saja ada risiko lain yang harus ditanggung bersama, misanya karena dana APBD secara keseluruhan terbatas dan 20% sudah dialokasikan untuk dana pendidikan, maka ada aspek pembangunan lain yang harus tetap jalan dengan dana seadanya —atau direalisasikan secara bertahap.
Prinsip Dasar Pendidikan Berbasis Cinta
Cinta adalah memberi, melayani, memuliakan yang dicintainya, dan menghasilkan sesuatu yang baru. Misalnya karena ibu dan anak saling mencintai, mereka saling memberi, melayani, memuliakan, dan menghasilkan anak-anak sebagai buah dari cinta kasih.
Cinta seharusnya dihadirkan dalam keseluruhan proses pendiidikan, baik di rumah, di tengah masyarakat maupun di ruang kelas. Sebabnya adalah persoalan output atau outcome dan sebuah produk itu sangat dipengaruhi oleh proses yang dilaksanakan oleh kita, untuk itu sejak sekarang saya yakin setiap sekolah pasti melakukan upaya-upaya secara komperensif, penekanan, arahan dan orientasi kepada siswa untuk melakukan peningkatan kualitas, khususnya melakukan langkah-langkah yang mendekatkan pada upaya pemahaman siswa terhadap proses pendidikan.
Walaupun demikian, saya tidak yakin seluruh proses pendidikan sudah mendasarkan diri pada cinta. Kehadiran kurikulum yang begitu ketat bisa saja “menjerumuskan” guru menjadi aktor yang hanya memainkan peran tanpa penghayatan,tanpa hati. Agar sang aktor dapat menghidupkan lakon yang harus dimainkannya, ia harus dipenuhi rasa cinta — atau dalam istilah Toyoda adalah ingenuity. Rasa cinta yang memberikan ketertarikan dan keterpanggllan untuk melakukan sesuatu yang terbaik, perbaikan terus-menerus, dan selalu memberikari 
kemanfaatan yang dapat diukur atau dirasakan oleh siswa. 
Kakak saya yang menjadi guru menyatakan bahwa saat ini kurikulum yang berlaku adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). KTSP adalah kurikulum yang disusun berdasarkan kekhasan dan filosofi lokal. Saya ingin kekhasan Purwakarta menjadi dasar seluruh pengajaran di kabupaten ini, dan tentu saja filosofi cinta. 
Berbicara mengenai filosofi cinta, kita bisa mulai dan apa yang mendasari keterbukaan pendopo kabupaten. Saya telah membuat ruang pendopo sebagai ruang terbuka (dapat dilihat oleh semua pihak dan dinikmati) hanya dibatasi oleh sejumlah pepohonan. Pendopo sebagai ruang terbuka adalah filosofi dasar dan cinta. Bukankah cinta membuat sepasang suami istri tidak malu lagi untuk saling terbuka, melalui keterbukaan proses kreatif dapat menghasilkan sesuatu yang baru. 
Keterbukaan sejenis inilah yang saya harapkan hadir pula di dalam dunia pendidikan. Keterbukaan pada dunia pendidikan adalah kemampuan akademis yang selalu mendorong semua anak untuk berkembang sesuai fitrahnya, bukan sesuai dengan ukuran guru atau kurikulum. Anak-anak bukanlah agar-agar yang gampang dibentuk dalam satu cetakan tertentu. Anak-anak adalah amanat Tuhan, ia ada sebagai bukti bahwa Tuhan memerhatikan kita. Karena itu anak-anak adalah keajaiban, ia tak bisa ditebak juga tak bisa dibentuk, ia hanya bisa diarahkan agar menemukan fitrahnya. 
Itulah sebabnya, saya meyakini bahwa semua anak dilahirkan dengan pesan dan kelebihan tertentu. Tak ada yang bodoh, yang ada adalah kemalasan dan rasa tidak percaya diri. 
Semua anak diciptakan oleh Tuhan Yang Maha kreatif. Jika ada anggapan bahwa ada anak yang bodoh, sama artinya dengan menghina Tuhan karena menganggap bahwa Tuhan yang Maha kreatif itu salah dalam menciptakan atau keliru dalam menciptakan sesuatu. Saya berlindung dari anggapan seperti itu. 
Saya percaya semua anak memiliki kekuatannya masing masing. Namun secara umum, setiap anak manusia memiliki kelebihan intelektualitas (dalam kadamya masing-masing). Maka pendidikan yang penuh cinta adalah pendidikan yang sanggup memberikan ruang bagi perkembangan intelektualitas. 
Salah satu bentuk kelebihan dan intelektualitas adalah menembus tanpa batas, menembus apa pun dan tidak mempedulikan apa pun. Selama bisa diperdebatkan dan selama bisa dibuktikan secara akademis, dia yakin pada sebuah kebenaran. Sehingga seringkali intelektualitas —seperti menampik nilai nilai spi-ritualitas. Sesuatu yang terbuka itu akan melahirkan yang disebut dengan peradaban. 
Intelektual saja tidak cukup, menjadikan anak manusia menjadi cerdas saja tidak akan menghasilkan apa-apa. 
Ada hal yang kedua yang harus menjadi pertimbangan pendidikan kita, yaltu nilai-nilai rasa. Nilai rasa adalah mencoba untuk memengaruhi nilai-nilai intelektual agar seluruh imajinasi intelektualnya ada nilai-nilai keindahan. Bila intelektualitas menghasilkan keterbukaan —seperti ruang pendopo kabupaten, nilai nasa ini saya gambarkan sebagai pohon yang ada di sekitar sini, memberikan keteduhan, kenyamanan, keindahan, dan sejenisnya. 
Salah satu nilai rasa adalah imajinasi, melalui imajinasi seseorang dapat menembus apa yang semula tidak mungkin. imajinasi sangatlah penting bagi proses kreatif, sementara intelektualitas memikirkan “bagaimana caranya?”, imajinasi memberikan gambaran mengenai “apa jadinya?” apa yang dipikirkan itu di masa depan. Seorang seniman yang sedang menghadapi batu bekerja dengan dua hal secara bersamaan imajinasinya membayangkan "apa jadinya" batu itu kelak dan pikirannya merancang cara untuk mewujudkan gambaran imajinasi. Intelektual dan Imajinasi tidak dapat dipisahkan keduanya harus ditumbuhkan melalui pendidikan. (bersambung)
‪#‎inspirasikangdedi‬





SPIRIT BUDAYA DEDI MULYADI



Silahkan tonton video ini, semoga bisa membuka mata hati siapa Kang Dedi itu

Senin, 09 Mei 2016

Buku Kang Dedi Mulyadi : MENGAYUH NEGERI DENGAN CINTA
Pelajaran Ketiga : Membayangkan Pendidikan Cinta
Misalnya pada kasus menumpuknya sampah, selalu saja pemerintah yang disalahkan dengan alasan pengelolaan yang tidak efektif; padahal tumpukan sampah itu berasal dari kebiasaan masyarakat yang tidak membuang sampah pada tempatnya. Dengan demikian, tersedianya masyarakat yang siap hidup sangat dibutuhkan dan menjadi prasyarat pembangunan suatu masyarakat.
Di samping siap pakai dan siap hidup, yang paling dibutuhkan pengelola pemerintahan adalah tersedianya sumber daya yang siap belajar. Tanpa ketersediaan SDM yang siap belajar, masyarakat kita hanya akan menjadi masyarakat peniru dan konsumtif. Sebaliknya, jika kita dipenuhi SDM siap belajar, ketertinggalan hanya berlangsung sebentar karena setelah itu kita langsung dapat menghasilkan tandingannya —atau bahkan mengalahkan budaya yang mempengaruhi kita. Saat ini, kita kehilangan SDM yang siap belajar, akhirnya kita terus-menerus menjadi peniru, remaja-remaja kita lebih banyak menjadi agen budaya luar karena tidak memiliki kemampuan siap belajar.
Pada hari ini yang dibutuhkan bukan jumlah mahasiswa yang menempuh S1, S2 dan S3, yang begitu banyak, melainkan yang dibutuhkan adalah generasi kreatif. Generasi inilah yang hampir hilang dalam pranata pendidikan kita. Sayangnya, yang dilahirkan oleh sistem pendidikan kita adalah generasi sertifikasi. Mereka yang mempunyai sertifikat jumlahnya cukup banyak, tetapi yang mempunyai kreativitas semakin sedikit. Orang-orang yang profesional dan mumpuni semakin sedikit. Singkatnya, kita terlalu sibuk dengan sertifikasi.
Karena itu, UAN tidak menjadi satu-satunya ukuran bagi output pendidikan. Menurut saya sudah semestinyalah kita menyerukan sebuah pemahaman bahwa ujian akhir nasional untuk tingkat SLTA dan sederajat itu hanya diberikan bagi
mereka yang akan meneruskan ke jenjang perguruan tinggi, dan disatukan dengan UMPTN. Jadi, nanti kalau masuk perguruan tinggi negeri itu, tidak usah lagi mengambil formulir pendaftaran lagi, bareng saja. Jadi, bagi mereka yang tidak akan meneruskan keperguruan tinggi, ya tidak lulus UAN juga tidak apa apa. Bagi
mereka yang penting ijazah agar dia melaksanakan pendidikan sampai tingkat SLTA selesai.
Ketiga, masalah pemerataan pendidikan. ini masalah krusial yang begitu berat diemban oleh pemerintah. Tugas pemerintah memang tidak sederhana, terutama masalah pendidikan. Pemerintah daerah harus memastikan bahwa semua warganya mendapatkan persamaan kesempatan mendapatkan pendidikan. Lalu sekolah dibuka dimana-mana, misalnya untuk menanggapi wajib belajar 9 tahun maka pemerintah membangun SMP di setiap kecamatan.
Apakah masyarakat di daerah terpencil mendapatkan pendidikan dengan mutu yang sama dengan pendidikan di kota? Inilah masalahnya. Kewajiban pengelola pemerintahan adalah memastikan bahwa tidak hanya semua warga mendapat kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan (misalnya semuanya menikmati pendidikan dasar 9 tahun), tetapi juga pemerataan mendapatkan pendidikan berkualitas. Untuk mendorong itu, pemerintah daerah memberikan tunjangan guru daerah terpencil (sekarang mendapat tunjangan sebesar 500 ribu rupiah per bulannya). Maksudnya, agar guru-guru berkualitas mau mengajar di daerah terpencil. Namun, faktanya, tetap saja susah mendorong guru yang berkualitas untuk mengabdikan dirinya di daerah terpencil. Saya duga, itu semua karena kekurangan energi cinta.
Satu-satunya cara adalah pemerintah akan membekali semua guru memiliki skill dan pengetahuan yang sama. Ada banyak teori pembelajaran kontemporer yang dapat dilatihkan bagi para guru, misalnya Quantum Learning, CTL (Contextual Teaching and Learning), dan Hypnotic-Learning. Selain pengayaan pengetahuan dan skill, guru-guru pun akan diajarkan filosofi cinta. Melalui ikhtiar ini, saya yakin pendidikan bisa merata dan pendidikan akan menghasilkan output yang baik.
‪#‎inspirasikangdedi‬





Taman Sri Baduga Purwakarta, Yang Akan Diresmikan Presiden Joko Widodo (...



Tidak perlu menjadi Arsitek untuk menata kemudian melahirkan sebuah maha karya

(TAMAN SRI BADUGA PURWAKARTA ISTIMEWA)
‪#‎inspirasikangdedi‬

Kamis, 05 Mei 2016

Dedi Mulyadi : Mengayuh Negeri Dengan Cinta (Musda Golkar Jabar 2016)



Perjalanan karier politik Dedi Mulyadi boleh dibilang sangat fenomenal,
diusia relatip masih muda 30 thn sudah menjabat Wakil Bupati Purwakarta,
kemudian menjadi Bupati Purwakarta selama dua priode sampai saat ini.
Tidak terlahir dari keluaraga Birokrat maupun Politisi, Tapi Kang Dedi
telah memberi pembelajaran buat kita semua, bahwa nasib dan taqdir
manusia itu dapat di rubah selama ada cita cita dan perjuangan dengan
sungguh sungguh.
Membangun Purwakarta dengan didasari dari
kearifan lokal, kearifan yang telah ada tumbuh dan berkembang sebagai
karakter orang Sunda. Warisan dari para leluhur Orang Sunda. Apa yang
dilakukan Kang Dedi Mulyadi sangatlah berbeda dengan Pejabat lainnya
setingkat Bupati/Walikota, kalau kita lihat gaya kepemimpinan dan
penampilannya sebagai pejabat sangatlah penuh kearifan dan
kesederhanaan, mungkin ini adalah penjabaranya dari konsep berpikirnya
yang dituangkan dalam beberapa buku hasil karyanya, salah satunya
"Mengayuh Negeri dengan Cinta" Bahwa membangun negeri ini apabali
didasari oleh rasa saling mencintai antara pemimpin dan rakyatnya,
(silih asih, silih asuh dan silih asah) Insya Allah Indonesia akan Jaya.
-Deden Karna Subrata 


 ‪#‎inspirasikangdedi‬

Senin, 02 Mei 2016

Ada engga Tokoh Sunda lainnya yang memiliki karakter 100 % Kesundaan, baik cara berpikir maupun penampilan, berani berprinsip meski harus sampai menerima ancaman dipenggal, saya kira tidak ada.