expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 28 Agustus 2016

Buku Kang Dedi Mulyadi : *****MENGAYUH NEGERI DENGAN CINTA***** Pelajaran Kesembilan : "MELAYANI DENGAN CINTA" (Para PNS Wajib Baca Ini)

Suatu hari sáya merasa perlu untuk mengucapkan terima asih pada para guru atas berubahnya perilaku anak saya. Anak saya sekarang rajin bangun jam 5 untuk salat
subuh. “Kenapa harus bangun jam 5 subuh?”, saya bertanya. Anak saya menjawab, “Karena ada buku yang harus diparaf oleh Bapak bahwa saya salat subuh.” ini balk untuk sebuah pend idikan, wajar. Kenapa? Yang dihadapi itu anak kecil. Hukum tindakan anak kecil adalah perintah, hadiah dan hukuman. Karena itu, anak kecil disebut sebagai budak, jadi untuk salat subuh ia harus diperiksa, ditakut-takuti dulu oleh gurunya, atau diberi hadiah tertentu. Namanya juga budak.
Nah, pertanyaannya adalah apakah mental budak anak ini ada di anak SD saja? Ternyata tidak. Pada diri pegawai negeni pun mental budak itu ada. Bila ada honor, baru bekerja. Tidak ada honor, tidak mau bekerja dengan baik. ini budak juga namanya. Jadi, sifat bubudakeun mah lain di budak SD, lolobana mah di kolot. Negara seperti ini tidak akan teratur karena semuanya budak. Selama mental budak ada dalam diri kita, jangan harap bangsa ini bisa mencapai kemandirian.
Pekerjaan adalah Ladang Ibadah
Apakah pekerjaan Anda membuat Anda sakit? Apakah pekerj aan itu menghalangi Anda menjadi sosok yang lebih awas? Apakah Anda merasa malu dengan apa yang mesti Anda lakukan dalam kerja? Pertanyaan ini dikemukakan Mihaly Csikszentmihalyi pada buku Good Business
Mihaly kemudian menulis, “Pekerjaan kita sangat menentukan seperti apa hidup kita. Pekerjaan bisa menjadi salah satu aspek kehidupan kita yang paling menyenangkan dan memuaskan. Hal itu bergantung pada tindakan kolektif kita... Cara kita mencari penghidupan, pekerjaan yang kita punya, dan bagaimana kerja kita mendapat imbalan, berkaitan sangat erat dengan kehidupan kita. ini semua yang akan membuat pekerjaan menjadi aktivitas yang menyenangkan dan memuaskan, atau membosankan dan mencemaskan.”
Pekerjaan adalah seluruh kehidupan kita, bahkan diri kita. Si Dadap mungkin menggugat, Bagaimana mungkin? Kehidupan tentulah lebih luas daripada pekerjaan. Kehidupan meliputi segala hal, sedangkan pekerjaan hanya berurusan dengan bagaimana kita mendapatkan penghasllan saja.
Marilah kita simak pertanyaan ini: Bukankah separuh (bahkan dua pertiga) dan waktu kita sehari atau dari umur kita dihabiskan oleh pekerjaan? Bila ya, kehidupan kita memang ditentukan oleh pekerjaan. Diri kita ditentukan dan dibentuk oleh apa yang paling intens kita perhatikan. Hadis Nabi menyatakan bahwa seseorang ditentukan oleh siapa temannya (orang-orang yang berkumpul paling intens). Aristoteles kemudian menyatakan bahwa siapa diri kita ditentukan oleh tindakan kita yang berulang-ulang.
Sekarang mari kita bayangkan bagaimana kehidupan kita. Sebagian kita bekerja di kantor minimal 8 jam sehari. Sisanya (16 jam lagi) dihabiskan di jalan, bersama keluarga, dan menyusun rencana agar kita berprestasi di dunia kerja. Kalau begitu, kita lebih sering bertemu dengan teman-teman sekantor,
melihat mereka, mendengar apa yang mereka bicarakan, bersimpati atau bahkan berempati kepada mereka, mungkin juga meniru apa yang mereka lakukan. Kita juga lebih sering memberikan perhatian pada pekerjaan-pekerjaan kita ketimbang yang lainnya.
Maka, pikiran kita lebih banyak dipenuhi soal-soal pekerjaan ketimbang yang lainnya. Perilaku dan kebiasaan kita lebih banyak dibentuk oleh kolega kita ketimbang tokoh teladan yang lainnya. Kita adalah pekerjaan kita. Teorinya dapat dirujuk pada Alfred Schultz yang menyatakan bahwa (1) diri kita dibentuk oleh kebiasaan; dan (2) kebiasaan dibentuk oleh apa yang sering kita saksikan, dalam waktu lama, dan berulang-ulang.
Mullah Shadra, filosof Muslim, memiliki teori menarik. Apa yang paling intens kita perhatikan akan membentuk siapa diri kita. Bila kita terus memerhatikan televisi, diri kita akan menjadi televisi. Lihat saja anak-anak, ucapan, cara berpikir, perilaku, dan cara berbusana mereka telah berbeda dengan cara kita. Semuanya dapat merujuk pada televisi. Bila kita terus intens menghadapkan wajah kesadaran pada Tuhan, din kita menjadi citra dan Tuhan. Sebagaimana Nabi Muhammad saw. yang terus menerus menghadapkan wajahnya kepada Tuhan sehingga ia menjadi bukti keberadaan Tuhan bagi manusia yang lain.
Bila demikian adanya, kita tak bisa meremehkan pekerjaan kita. Kita tak bisa membiarkan diri dibentuk secara serampangan oleh pekerjaan dan suasana kantor yang kadang-kadang memaksa kita menjadi penggerutu atau pendendam. Kita tak bisa membiarkan diri kita begitu tergesa-gesa dalam segala hal karena di kantor kita memang diminta untuk mengikuti filosofi “kecepatan adalah prestasi”. Kita harus mengubah cara kita memperlakukan pekerjaan tidak sekadar demi upah, tetapi demi mew ujudkan din kita yang sejati. Atau kita harus mengubah kantor kita agar tidak sekadar menjadi ruang kerja, tetapi sebagai ruang pembentukan siapa diri kita.
Kembali pada Mihaly, pada buku itu ia memancing kita. Mihaly menulis, “Bila perusahaan yang memperkerjakan mayoritas
penduduk dengan jumlah yang terus membengkak, dijalankan semata-mata demi memuaskan kerakusan para pemiliknya, dengan mengorbankan kondisi kerja, stabilitas masyarakat, dan kesehatan lingkungan; kemungkinan besar kualitas hidup kita akan lebih buruk... Kendatipun semua pemimpin bisnis terlatih untuk menghasilkan keuntungan, banyak dan mereka yang melupakan tanggung jawab lain yang tercakup dalam kepemimpinan sosial yang baru saja mereka raih itu.”
Mihaly memaksa kita untuk berpikir ulang tentang pekerjaan, apakah semuanya dijalankan demi memuaskan kerakusan sembari mengorbankan karyawan dan masyarakat? Bila ya, kita harus mengubahnya. Bukan demi siapa pun, melainkan demi diri kita.
Sebagai orang beriman, ada baiknya kita mengenang satu ayat berikut ini:
Aku tidak menciptakan zin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku (liya’buduun) (QS. AdzD zaniat [51]: 56). Ustaz Quraisy Shihab menafsirkan kata ii pada kata liya’budun dengan arti “akibat, dampak, atau kesudahan”, bukan dalam arti “agar”. Konsekuensinya, ayat ini bermakna bahwa manusia diciptakan hanya bertujuan agar menjadikan segala aktivitasnya memiliki dampak dan menjadi ibadah kepada Penciptanya. Pekerjaan pun demikian, pekerjaan’ haruslah memiliki dampak ibadah kepada Sang Pencipta.
Kata ibadah, dalam bahasa Arab, menyiratkan keselarasan yang sempurna, tidak adanya penolakan atau perpecahan. Akar kata verbal kata ini pada salah satu bentuknya adalah ‘abbada, yang berarti “menghaluskan”. Melalui ibadah, hidup menjadi halus dan. Karena itu, ia dihubungkan dan disatukan dengan sempurna, ujar Syekh Fadhallah Khaeri). Maka beribadah tidaklah sekadar melakukan ritual “penyembahan” kepada pencipta-Nya, tetapi harus menghasilkan efek pada kehalusan budi, kebahagiaan, dan keterhubungan diri dengan seluruh kehidupan. Begitu pun dengan pekerjaan. Bila kita telah meniatkan pekerjaan yang berdampak ibadah, pekerjaan haruslah menghasilkan efek pada kehalusan budi, kebahagiaan, dan keterhubungan diri dengan seluruh kehidupan.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia karena kamu men yuruh berbuat yang makruf (ta’muruna bil ma’ruf), dan mencegah dari yang munkar (tanhauna ‘anilm unkar), dan beriman kepada Allah (Tu’minuuna blllah)... (QS. Mi Imran [3]: 110). Kuntowijoyo memaknai ta’muruna bilma’ruf sebagai proses emansipasi, tan hauna ‘anilmunkar sebagai proses liberasi, dan tu’minuuna billah sebagai proses transendensi. Muslim memiliki kewajiban untuk memerankan diri sebagai umat yang terbaik, yang mengupayakan emansipasi (pembelaan dan berupaya membangkitkan mereka yang tertindas), liberasi (membebaskan yang tertindas menjadi berdaya), dan transendensi (mengarahkan semua realitas menuju kesadaran Ilahiah).
Hakikat dunia kerja juga dikenai ketiga tugas ini, dunia kerja haruslah sanggup menegaskan emansipasi di antara karyawan dan pelanggan, mengupayakan liberasi, dan menjadikan dunia kerja sebagai media bagi penemuan transendensi semua pihak juga pelanggan). Bagaimana caranya? Apakah mungkin?
Kita bisa melakukannya, kecuali bila kita mau menyerah begitu saja pada arus kesibukan yang semakin menjauhkan diri kita dari kebahagiaan. Imam Nawawi al-Bantani dalam AlS alalim al-Fudhala memberikan dukungan, “Gunakanlah waktu
Anda untuk membantu sesama kaum muslim dan memasukkan kebahagiaan di hati mereka. Kemudian pergunakan waktu Anda untuk bekerja (dengan terus membaca Al-Quran, berzikir, atau bertasbih) dan disertai tujuan bersedekah dengan sesuatu yang melebihi batas kebut uhan Anda. Itu semua lebih utama daripada sekadar berzikir.”
Kecerdasan Pegawai
Setelah belajar dan Mihaly, saya punya pemikiran bahwa menjadi pegawai haruslah cerdas karena pegawai akan langsung berhadapan dengan pelbagai macam rakyat yang begitu beragam. Semuanya mesti dilayani, semuanya mesti diberi perhatian yang sama. Untuk itu, setiap PNS haruslah cerdas.
Kecerdasan yang saya maksudkan bukanlah kecerdasan IQ yang dapat diukur, melainkan kecerdasan menyeluruh yang meliputi IQ, EQ, dan SQ.
Penelitian mutakhir dan Daniel Coleman menunjukkan bahw a IQ tidak begitu berguna bila EQ tidak optimal. Sepintar apa pun seseorang bila dia tidak dapat mengelola emosinya, ia akan menjadi orang pintar yang membodohi yang lain, atau orang pintar yang tidak bisa mengamalkan ilmunya bagi kemaslahatan bersama. Kemudian dunia penelitian menunjukkan temuan yang mengejutkan bahwa IQ plus EQ pun belum berdaya untuk memanusiakan manusia bila tidak dilengkapi SQ (Spiritual Quotient). Danah Zohar dan Ian Marshall pada buku Spiritual Capital meyakini bahwa SQ merupakan modal terbaik untuk dapat menjalani kehidupan masa depan yang penuh dengan tantangan dan kejutan.
Untuk bisa memahami kecerdasan spiritual dan modal spiritual dapat dikemukakan tulisan Zohar berikut ini:
“Modal spiritual (Spiritual Capital, SC) adalah kekayaan yang membuat kita bisa hidup, kekayaan yang memperkaya aspek aspek kehidupan kita yang lebih dalam. Itulah kekayaan yang kita perolah dan makna dan nilai terdalam, tujuan paling fundamental, dan motivasi tertinggi kita, dengan jalan menemukan cara untuk mengintegrasikan semua itu dalam hidup dan kerja kita.
SC adalah modal yang dihimpun melalui pengabdian atau mencurahkan perhatian pada persoalan-persoalan yang lebih mendalam mengenai manusia dan planet mi. SC adalah modal yang merefleksikan berbagai nilai-bersama, visi bersama, dan tujuan mendasar kita dalam kehidupan.” Lalu apa itu kecerdasan spiritual?
“Kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang kita pakai untuk merengkuh makna,
nilai, tujuan terdalam, dan motivasi tertinggi kita. Kecerdasan
spiritual adalah cara kita menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi itu dalam proses berpikir kita, dalam keputusan-keputusan yang kita buat, dan dalam segala sesuatu yang kita pikir patut dilakukan. Keputusan-keputusan itu mencakup pula cara kita mengumpulkan dan mengalokasikan kekayaan materiil kita.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan moral kita, yang memberi kita sebuah kemampuan bawaan untuk membedakan yang benar dan yang salah. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang kita gunakan untuk membuat kebaikan, kebenaran, keindahan, dan kasih sayang dalam hidup kita. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa...” Secara sistematis kita dapat melihat kaitan antara IQ, EQ, dan SQ ml pada bagan berikut:
Modal materiil adalah modal sebagaimana kita kenal dalam dunia perdagangan (uang, dan segala sesuatu yang bisa dibeli dengan uang). Selama ini, kita menganggap bahwa untuk sukses kita membutuhkan modal materiil, padahal tidak seperti itu. Modal sosial adalah kekayaan yang membuat komunitas dan organisasi kita berfungsi secara efektif demi kepentingan bersama. Modal sosial, menurut Francis Fukuyama, adalah kemampuan orang untuk bekerja bersama demi tujuan-tujuan bersama dalam kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi. Modal sosial ini tercermin dalam: jenis hubungan yang kita bangun dalam komunitas, tingkat kepercayaan satu sama lain dan kepada komunitas, tingkat kesehatan dan melek huruf yang kita capai melalui upaya bersama, dan tingkat keterbebasan kita dan kejahatan. Peralihan modal sosial ditentukan oleh kecerdasan emosional, yaitu kecerdasan yang kita pakai untuk merasa. Kecerdasan emosional adalah kemampuan kita untuk memahami dan ikut merasakan apa yang dialami orang lain, kemampuan kita untuk membaca emosi orang atau membaca situasi sosial kita berada, atau bersikap menanggapinya dengan tepat.
Sementara itu, modal spiritual adalah kekayaan yang membuat kita bisa hidup, kekayaan yang memperkaya aspek aspek kehidupan kita yang lebih dalam. Modal spiritual ini menambahkan (setelah modal materiil dan sosial) makna b ersama, nilai-bersama, serta tujuan-bersama. Spiritual Capital menjawab keprihatinan kita tentang apa arti menjadi manusia, dan tentang apa makna serta tujuan puncak dan hidup manusia. Kekayaan ini dapat diperoleh dan makna dan nilai terdalam, tujuan paling fundamental, dan motivasi tertinggi kita. Spiritual Capital ini dapat diakses melalui SQ.
Bila merujuk pada penelitian Zohar di atas, kita dapat bercermin bahwa selama ini kita hidup hanya berdasar modal otak. Kita terjebak pada pikiran bahwa uang adalah segalanya, gaji besar adalah sumber kebahagiaan dan perbaikan kinerja. Apa yang kita pikirkan belumlah menghasilkan keseluruhan pemahaman kita akan kehidupan, akan manusia dan kemanusiaan. Dibutuhkan pendamping pertanyaan, “Apa yang saya rasakan?” Ya, apa yang saya rasakan bila sebagai PNS saya berleha-leha, sementara ada banyak orang lain yang perlu bekerja keras untuk mendapatkan uang Rp. 5.000,-. Apa yang saya rasakan bila sebagai PNS saya tidak memberikan pelayanan, padahal saya tahu bahwa gaji saya berasal dan pajak rakyat. Gunakanlah rasa, selain intelektualitas Anda; begitulah kira-kira pesan Danah Zohar ini.
Saya sangat tertarik buku Danah Zohar ini terutama ketika ia menempatkan modal spiritual sebagai modal utama untuk perbaikan kehidupan. Modal spiritual bagi Zohar bermula dan pertanyaan “Siapa saya?”, inilah pertanyaan yang saya sukai. Siapa saya? Saya adalah PNS. Siapa PNS itu? PNS adalah pegawai yang digaji dan pajak rakyat untuk melayani rakyat. Siapa tuannya PNS itu? Tuan atau majikan adalah mereka yang memberikan gaji, rakyatlah yang menggaji sementara bupati hanyalah juru bayarnya saja. Bila semua pertanyaan ini menjadi pertanyaan yang terus-menerus diulang oleh pra PNS ketika mereka bercermin, niscaya para PNS akan terus melayani rakyat dengan tulus.
Sekali lagi ditekankan bahwa setiap PNS harus memiliki ketiga kecerdasan ini secara baik: kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Untuk itulah saya akan menuliskan buku khusus
mengenai syarat-syarat kecerd asan dan etika PNS Purwakarta,
sebuah buku pedoman yang terus menerus dilatihkan agar menjadi
karakter dan kompetensi dasar para PNS Purwakarta.
Saya pernah bertanya kepada diri sendiri: kenapa sikap bangsa Indonesia lambat? Saya pikir itu semua disebabkan oleh hati dan pikiran para pemainnya kadang-kadang tidak bersatu. “Ceuk piki ran kudu disepak, ceuk hate kudu dibawa, akhirnya pakeujeut”. Karena itu, agar Kabupaten Purwakarta dapat berubah, tidak lambat mengambil momentum, semua PNS harus melatih diri memiliki 3 kecerdasan pokok ini.
Bekerja adalah Kesenangan
Kembali pada Mihaly, ia menuliskan dua hal yang menarik. Pertama, ia menulis “Pekerjaan kita sangat menentukán seperti apa hidup kita. Pekerjaan bisa menjadi salah satu aspek kehidupan kita yang paling menyenangkan dan memuaskan. Hal itu bergantung pada tindakan kolektif kita...”
Kedua, “Bila perusahaan... dijalankan semata-mata demi memuaskan kerakusan para pemiliknya, dengan mengorbankan kondisi kerja, stabilitas masyarakat, dan kesehatan lingkungan, maka kemungkinan besar kualitas hidup kita akan lebih buruk....” Mihaly memang menuliskan bukunya untuk perusahaan, namun tidak ada salahnya bila pemikirannya diterapkan untuk PNS.
Kita bicarakan satu-persatu. Pekerjaan kita sangat menent ukan seperti apa hidup kita. ini berarti bekerja bukan sekadar datang ke kantor dan mengerjakan hal-hal rutin. Pekerjaan harus memberikan makna bagi pelakunya, memberikan kebahagiaan ketika pelakunya sanggup memberikan pekerjaan dengan kualitas tertinggi. Hal ini mensyaratkan beberapa sikap mental yang cerdas akal, cerdas emosi, dan cerdas hati.
Maka, bagi saya bekerja harus dianggap rekreasi, harus menyenangkan. Apa pun bebannya, semua PNS harus mengang gap pekerjaan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Bekerja akan menyenangkan bila pertanyaan “siapa saya” sudah ditemukan jawabannya bahwa “saya adalah PNS yang bertugas melayani rakyat karena digaji dan pajak dan rakyat”, kesenangan bekerja akan muncul dan keikhlasan. Inilah yang nanti akan melahirkan produktivitas.
Ihwal produktivitas saya tak menginginkan percepatan produktivitas karena apa yang cepat meraihnya biasanya cepat juga runtuh. Semua hitungan dimulai dari angka satu, baru kemudian dua, dan seterusnya. Lalu yang paling sulit itu adalah memulai dan satu itu. Meletakkan satu itu yang paling sulit adalah momentum munculnya niat melakukan sesuatu, satu adalah momentum keikhlasan —yaitu ketika yang ada dalam hati adalah satunya niat kepada Allah saja. Setelah memiliki niat itu, maka setiap orang akan memiliki kemampuan untuk jeli menangkap momentum perubahan.
Momentum itu bagi beberapa pihak tidak datang setiap saat, namun bagi saya semua hari adalah momentum untuk perubahan. Orang cerdas dan ikhlas akan dapat menemukan momentum itu karena ia pandai membaca momentum keberuntungan, bahkan dari situasi tersulit sekalipun. Konon, dalam manajemen risiko disebutkan “pada situasi penuh risiko, disitulah ada peluang”; pada sesuatu yang ditakutkan itu terdapat kebahagiaan.
Jadi, orang yang sukses itu adalah orang yang tepat mengambil momentum. Jadi misalnya kasus nabi—nabi dan sejenisnya adalah kecepatan dalam membaca momentum. Kalau ini dipahami, peristiwa-peristiwa kenabian itu adalah kecepatan dia dalam membaca momentum. Nabi, kecepatan dalam membaca momentum itu terletak di antara keselarasan antara pikiran dengan hati. Bagaimana membangun keselarasan pikiran dengan hati? Ikhlaslah dan teruslah mengajukan ketiga pertanyaan kecerdasan di atas.
Selain merasa gembira pada saat bekerja, kecerdasan yang utuh akan membuat seseorang dapat tersenyum dengan tulus. Pemerintah dituntut oleh masyarakat memberikan pelayanan yang sangat baik. Karena itu, saya meminta kepada semuanya, kepada BKD, asisten tiga, kepala bidang kepegawaian agar nanti perlu diadakan pelatihan memberikan senyuman terindah. Saya sebagai bupati sudah melatih diri untuk tersenyum. Setiap pagi saya akan memeriksa cadangan senyum saya di cermin karena kelak akan perlu mengeluarkan senyuman ke setiap orang. Saya
mencoba untuk tetap ramah di hadapan masyarakat walaupun sebenamya banyak masalah.
Tetaplah tersenyum dalam keadaan apa pun. Walaupun di rumah ada masalah rumah tangga, atau ditagih kartu kredit, di kantor tetap harus profesional: tersenyum dalam memberikan pelayanan. Kita harus belajar menjadi seorang artis yang baik. Contohlah ada banyak selebritas yang memiliki banyak masalah, namun giliran harus menyanyi —bekerja berdasarkan prof esinya—mereka tetap tampil prima, riang, dan seperti tanpa masalah. Apalagi bila Anda seorang guru, di depan murid Anda harus tetap terlihat yang terbaik. Awas, ulah murid dijadikeun pelampiasan. Keur ngambek ka salakina, murid na di ciwit.
Senyum sangatlah mudah, namun akan menjadi ibadah tertinggi terutama bila dilakukan oleb para pegawai pamongp raja. Bayangkanlah ketika rakyat datang mengurus sesuatu, lalu sebagai PNS Anda teresenyum. Senyuman itu akan membuat rakyat merasa dihargai, spiritnya tumbuh, dan keyakinannya akan terus menguat bahwa kehidupan harus dibangun dengan produktif. Sebaliknya, ketika mereka datang ke kantor pemerintah dan menemukan jawaban ketus dart PNS, mereka akan kecewa dan tidak percaya din lagi. “Pemerintah saja tidak mengayomi mereka, apalagi yang lain,” demikian kira-kira pikiran mereka. Jadi, tersenyumlah dan berikan pelayanan yang terbaik, itu sudth membuat semua orang merasa senang dan kehidupan akan berubth menjadi baik secara perlahan-lahan.
Dibutuhkan Pegawai yang Staf
Mungkin keinginan ini berlebihan, namun saya ingin semua PNS memiliki sifat-sifat Nabi Muhammad. Nabi kita memiliki sifat-sifat utama yang membuat semua perjuangannya bisa berhasil dalam waktu yang tergolong singkat. Nabi kita memiliki sifat siddiq, artinya ia benar dan memperjuangkan kebenaran. Seluruh kehidupannya dipenuhi dengan kebenaran: berpikir benar, merasa dengan benar, bertindak dan berkata dengan benar. Standarnya adalah Al-Quran.
PNS pun harus terus-menerus mengupayakan berada dalam medan-kebenaran. Untuk itulah di setiap bidang pekerjaan terdapat tupoksi (tugas pokok dan fungsi), ada sejumlah prosedur yang menjelaskan siapa mengerjakan apa dan untuk apa. Itulah standar yang harus dipenuhi oleh PNS. Menjadi “benar” itulah yang harus dilakukan oleh semua PNS. Maka, bermain game a tau bermain kartu pada saat jam kerja tentulah tidak benar karena saya yakin ada banyak pekerjaan yang harus dikerjakan setiap orang. Bila memang benar tidak ada pekerjaan, buatlah aktivitas memperbaiki diri atau melatih diri untuk memperbaiki kualitas kehidupan.
Sifat kedua nabi adalah tabligh, mampu mengomunikasikan kebenaran dengan bahasa yang mudah dicerna sekaligus dapat menggerakkan orang lain. Pekerjaan PNS selalu berhubungan dengan orang banyak dan karenanya membutuhkan komunikasi. Ada banyak kebijakan pemerintah yang disalah pahami oleh rakyat ketika komunikasinya salah. Maka, kemampuan untuk mengomunikasikan kebijakan dan keputusan dengan baik akan menentukan tingkat ketenangan masyarakat. Komunikasi juga terkait dengan “membangkitkan” semangat dan keyakinan warga masyarakat tentang kerja produktif, kreatif, dan inovatif. Sifat tabligh berarti juga hidup dengan penuh tanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing sebagai pekerja dan sebagai umat manusia. Tanggung jawab adalah kemampuan untuk memberikan respons terhadap semua peristiwa. Tanggung jawab adalah kemampuan untuk memperbaiki masalah secara tanggap, tak peduli siapa pun yang menghasilkan masalahnya. Tanggung jawab berarti juga memandang din sendiri secara mulia, karena itu akan memuliakan din dengan terus-menerus menghiasi din den gan kebenaran yang benar saja.
Sifat ketiga Nabi adalah amanah, jujur atau menjaga transparansi dan akuntabilitas. Sifat ini dapat dikaitkan dengan pengelolaan keuangan itu. Amanah berarti menjaga aspek ketertiban administrasi dan output dan pengelolaan keuangan. Ketertiban administrasi merupakan hal pokok yang tidak bisa kita
tawar-tawar lagi, keuangan adalan bensin penggerak pemban gunan maka kebocoran keuangan akan menyebabkan perjalanan kabupaten ini akan mogok di tengah jalan. Karena itu, alur perjalanan keuangan harus berjalan pada koridor sistem yang baik berdasarkan UU, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, maupun Keputusan Menteri termasuk juga Perda dan Perbup. Bila bertentangan dengan semua standar kerja itu, sifat amanah akan mendorong semua PNS untuk menolaknya —bahkan bila itu dan saya. Landasan-landasan tersebut harus menjadi pijakan yang kuat sehingga setiap pengeluaran keuangan itu memiliki bobot strategi yang di dalamnya secara administratif formal bisa dipertanggungjawabkan.
Sifat keempat Nabi adalah fathonah, ini berarti PNS harus cerdas dalam memikirkan apa yang harus dilakukannya. Ihwal kecerdasan ini saya sudah kemukakan pada bagian atas.
Intinya, saya tidak menginginkan orang-orang yang menjadi pegawai yang membantu saya, saya ingin orang-orang yang “staf.” Karena saya meyakini bahwa pendapatan daerah — walaupun sedikit— kita dapat menjadi bahan bakar kemajuan Purwakarta bila pengelolaan keuangan dan seluruh kinerja kita
berlangsung efektif dan efisien. Maka saya bertekad untuk menata sistern administrasi yang “memaksa” semua orang menjadi staf.
Insya Allah, untuk membuat kondisi penurnbuhan jiwa STAF ini, saya terus membangun Sebuah situasi yang terbuka di lingkungan internal pemerintah daerah ini dengan tujuan satu bahwa semakin kita terbuka maka orang semakin enggan kepada kita. Semakin kita tertutup maka orang semakin penasaran terhadap apa yang kita lakukan. Jadi ini prinsip sengaja pagar ini saya bikin terbuka ternyata malah jauh lebih tertib, tidak ada lagi orang nongkrong di alun alun. Semakin dibuka itu semakin orang segan sama kita. Semakin negara transparan terhadap rakyatnya, akan semakin sulit orang itu bertanya tentang sesuatu yang kita sembunyikan. Jadi ini prinsip, dan ini harus dilakukan. Model pengelolaan pemerintahan termasuk tata arsitektur bangunan seperti in bukan hanya nanti jadi milik kantor pemkab, melainkan nanti akan berkembang pada seluruh SKPD, dan berkembang di seluruh kecamatan bahkan seluruh desa. Simbol-simbol kenegaraan, simbol-simbol keuangan, dan simbol-simbol administratif yang tertata itu bukan hanya menjadi koridor pemerintah kabupaten, melainkan harus tertata secara distributif pada seluruh jaringan kemasyarakatan.
Semua itu didorong oleh keinginan saya untuk menjadikan kabupaten ini sebagai kabupaten yang betul-betul memiliki cadangan yang cukup sehingga dapat mengembangkan Purwakarta untuk masa depan digjaya. Untuk menggapai cita-cita itu, semua penataan itu harus dipastikan terus berjalan sampai waktu yang lama karena 5 tahun saja belum cukup untuk membangun kabupaten ini menjadi unggul. Lima tahun ini adalah lima tahun pembenahan. Saya berpikir dan saya katakan kalau saya ditakdirkan oleh Allah swt. lebih dari 2 periode ke depan, sistem itu terus berjalan sehingga Purwakarta menjadi kabupaten yang efektif dan memiliki kebanggaan yang luar biasa.
Refleksi: Rasa Bangga Menjadi PNS
Saat ini, defisit anggaran Kabupaten Purwakarta mencapai 35 miliar. Artinya, kita kekurangan dana, salah satu sumbernya adalah bertambahnya belanja untuk gaji pegawai yang setiap tahunnya terus bertambah, sementara pendapatan daerah belum juga membaik. Akhirnya, pemerintah harus berhutang dulu,
mencari dana talangan. Di samping itu juga, saya melakukan sejumlah efisiensi, misalnya menurunkan anggaran biaya rumah tangga sampai 50%. Namun, itu bukan solusi. Solusi terbaik adalah melakukan efisiensi keuangan dan efektivitas dalam seluruh pekerjaan.
Informasi in sengaja diberikan agar para PNS sadar bahwa mereka digaji oleh kerja keras bupati dan aparatnya, mereka tetap digaji dengan pelbagai macam cara agar mereka terus melayani dengan tulus. Dengan demikian, PNS harus juga bekerja keras untuk memperbaiki kinerjanya.
Untuk itulah, saya berharap semua PNS ulah sakali-kali ngarasula, artinya menjelek-jelekan nasib menjadi pegawai negeri sipil, “Ah aing mah gaji ngan sakieu jadi pegawai mah!” Padahal seperti kata Mihaly pekerjaan dan apa yang dikerjakan akan menentukan kehidupan seseorang, akan membentuk jawaban atas pertanyaan, “Siapa saya?” Rasa bangga inilah yang akan membuat seseorang menjadi siddiq, tabligh, amanah, dan fathanah.
#inspirasikangdedi






Jumat, 26 Agustus 2016

DEDI MULYADI TELAH MEMBAWA PURWAKARTA MENDUNIA

Sepanjang menjabat Bupati di Kabupaten Purwakarta sejak 2008 sampai saat ini, telah beberapa kali diadakan Festival Festival International yang bertajuk Kebudayaan, dengan mengundang negara negara luar, dari mulai negara negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina sampai Australia, Tiongkok bahkan Amerika termasuk juga negara negara di Amerika tengah seperti Canada sampai Mexico. Masih ingat Festival bela diri dunia/ pencak silat Internatioanal beberapa bulan yang lalu, Festival tersebut ada di pemberitaannya VOA bahkan CNN.
Untuk mengadakan satu event yang melibatkan negara asing bukanlah satu pekerjaan mudah, apalagi yang mengadakannya hanya dilevel kabupaten, beda kalau yang menggelar even tersebut tingkat provinsi atau pusat tentu secara birokrasi dan akomodasi lebih mudah dan tersedia. tapi yang membuat salut Purwakarta mampu melakukan ini semua dan selalu berjalan dengan sukses.
Memang sesuai dengan sasaran pemerintah pusat bahwa Indonesia harus menjadi tujuan wisatawan manca negara, tentu langkah langkah mengadakan festival festival sebagai daya pikat wisatawan banyak juga diselenggarakan di setiap daerah di Jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umunya, sebut saja Festival Jember yang rutin diadakan setiap tahun, tapi kalau kita bandingkan dengan festival festival yang pernah di adakan Kab. Purwakarta masih jauh, di Purwakarta tingkat antusiame sangat tinggi dari mulai Pak Bupatinya, SKPD, Ormas dan masyarakatnya semuanya terlibat, mereka seperti satu kesatuan kompak dan penuh semangat.
Disisi lain antusiame datang juga dari negara negara yang di undang maupun yang sukarela turut serta mengikuti festival di purwakarta, saya pernah ngobrol dengan salah satu panitia, dia mengatakan yang di undang 7 negara yang ikut malah 10 negara,
Semua pencapaian ini tentu hasil inisiatif sang kepala daerahnya Kang Dedi Mulyadi, Kang Dedi mampu meramu satu seni menjadi daya tarik, Kang Dedi faham kalau orang asing itu sangat tertarik akan seni dan budaya di Indonesia, yang untuk saat ini yang paling populer Bali, kenapa Bali populer karena orang asing sangat tertarik dengan ke khasan adat istiadat di Bali yang tidak pernah di rubah oleh masyarakatnya sampai hari ini.
Semua langkah langkah Kang Dedi ini patut kita apresiasi karena telah membawa Purwakarta mendunia lewat festival festival yang pernah di adakan di Purwakarta, tidak hanya Purwakarta, bahkan Jawa Barat dan nama Indonesia terbawa.
#inspirasikangdedi








Selasa, 23 Agustus 2016

Dedi Mulyadi Sang Orator

Orator adalah seorang pembicara yang mempunyai reputasi kepandaian berpidato dalam jangka waktu lama. Beberapa orator politik yang terkenal antara lain Winston Churchill, Adolf Hitler, Franklin D. Roosevelt, dan Soekarno.
Tidak semua orang memiliki kemampuan berpidato apalagi tanpa teks, seorang orator mampu menjiawi isi dari maksud setiap ucapannya sehingga mampu membuat pendengarnya terpesona dan jiwanya bergelora.
Dedi Mulyadi salah satunya untuk saat ini yang memiliki kemampuan berpidato tanpa teks dengan penuh semangat dan menggelora. cobalah lihat setiap Kang Dedi berpidato, bahkan kita seolah tidak mengira yang sedang berpidato itu Kang Dedi. Hal ini pernah diungkap ibu Sukmawati ketika Kang Dedi menerima penghargaan dari Soekarno Center, "Dedi Mulyadi kerasukan Bung Karno" setelah melihat kemampuan berpidato Kang Dedi yang menyamai Bung Karno.
‪#‎inspirasikangdedi‬

Senin, 22 Agustus 2016

BUKU KANG DEDI MULYADI : ***MENGAYUH NEGERI DENGAN CINTA*** PELAJARAN KE DELAPAN : "SEHAT DENGAN CINTA"








Saya kerap berpikir: bagaimana caranya agar hidup semua orang dapat schat tanpa harus memerlukan biaya tinggi?
Kesehatan bagaimana pun menjadi salah satu dari program pemerintah yang menyedot banyak perhatian dan dana. Selama ini, seluruh urusan kesehatan diselesaikan dengan pembangunan pusat pengobatan (puskesmas atau rumah sakit) atau dengan penambahan SDM kesehatan yang berkualitas. Semuanya itu terkait dengan dana. Apakah itu cukup? Apakah kesehatan hanya terkait dengan siapa yang mengobati dan tempat pengobatannya saja? Ataukah ada unsur lain yang luput dan perhatian pemerintah dalam hal penyelenggaraan kesehatan bagi seluruh warga negara ini?
Sebagai pembanding saya akan kisahkan apa yang saya lakukan:
Saya ini orang kampung, terbiasa makan lalab-lalaban. Di tengah aktivitas yang padat sebagai kepala daerah, saya memerlukan banyak energi. Ada pelbagai saran tentang multi-
vitamin dan suplemen dan sejenisnya. Namun saya adalah anak ibu, yang kerap mengajari saya untuk kembali pada alam. Semuanya sudah ada pada alam, Tuhan sudah memberikan banyak mukjizat kehidupan bagi kita. Maka setiap pagi, saya mengonsumsi makanan kebun, sebagian dilalab (dimakan mentahnya) sebagian lagi dalam bentuk air dan sejenisnya. Ternyata, semuanya memberikan kesehatan dan energi yang cukup besar dalam menjalani aktivitas yang benar-benar berat.
Bila demikian adanya, kesehatan sebenarnya tidak melulu terkait dengan obat, tenaga kesehatan, dan pusat rehabilitasi kesehatan. Kesehatan terkait dengan pola hidup pasiennya. Jadi, sehat atau tidaknya tergantung kita.
Hal lain yang saya alami ketika mengalami kemandekan pikiran atau keruwetan masalah adalah bersepeda di sore hari. Setelah seharian kerja yang penat, didera urusan pemerintahan yang tidak pernah ada habis-habisnya, pikiran biasanya mumet. Mungkin juga saya stres dalam arti ada beberapa urat syaraf saya yang tegang karena digunakan terus-menerus sepanjang hari. Pada saat itu saya merasa harus refreshing (kembali segar) dan yang saya lakukan adalah bersepeda keliling alun-alun, bertemu dengan para pejalan sore, mengobrol dengan mereka. Ajaibnya setelah itu saya merasa kembali fresh.
Bila demikian, yang dibutuhkan adalah sikap hidup. Sehat tidak harus berbiaya mahal, sehat hanya membutuhkan satu energi yang dimiliki semua manusia, yaitu cinta.
Belajar dan Keajaiban Tubuh
Nick Williams, pengarang Inconditional Success menyatakan sasaran utama kita bukanlah “lebih kaya” tetapi “lebih terhubung.” Sebagian besar permasalahan kita dalam hidup berakar pada satu masalah mendasar —rasa keterpisahan dan kurangnya hubungan. Barangkali kesepian dan keterkucilan merupakan penyakit terbesar di bumi ini. Semesta adalah satu lagu, satu ciptaan yang di dalamnya segala sesuatu terhubung dan menjadi bagian dan keseluruhan, namun dalam ketergesaan dan kekacauan kehidupan sehari-hari, kita mudah lupa akan prinsip dasar ini.
Hidup ini pada dasarnya saling terhubung, pikiran kita saja
—demi kemudahan analisis—yang memisah-misahkannya. Kita manusia hanya bagian dari sebuah mata rantai. Hanya dengan toleran dan berpelukan, kemudian manusia tersambung rapi dengan semesta. Tidak ada hal yang tersisa di sana kecuali persahabatan. Manusia mengeluarkan karbondioksida, berikutnya dihirup oleh tetumbuhan
yang mengolahnya menjadi oksigen, dan pada tahap berikutnya dikonsumsi manusia, begitu
seterusnya tanpa henti. Inilah inti dan kesehatan.
Untuk sampai pada situasi rohani yang menyehatkan ini, kepintaran tentu saja penting.
Namun bila tidak diikuti oleh kemampuan untuk toleran, ia seperti pisau tajam di tangan
seseorang anak kecil yang tidak
tahu apa-apa. Dirinya luka, orang lain juga luka. Bila diteruskan, dunia pun akan terluka.
Each misery is the result of intolerance —setiap kesedihan hanyalah akibat dan ketidak mampuan bertoleran.
Segalanya saling terhubung
Segalanya saling menjaga satu sama lain
Segalanya selaras den gan kesatuannya.
Tubuh kita adalah contoh nyata bagaimana ketiga hal ini bekerja. Semua sel saling terhubung, bila satu bagian dan tubuh sakit, yang lainnya akan merasakan demam yang menyiksa. Bila sebuah sel tidak terhubung, yang dengan egois hanya bekerja untuk dirinya sendiri dan menolak menyeleraskan diri dengan kesatuannya, akan berkembang menjadi kanker. Sebuah sel kecil, di antara miliaran sel lainnya, cukup untuk menghancurkan keseluruhan sistem kehidupan. Kecerdasan tubuh hancur, dan itu jauh lebih berbahaya ketimbang kerusakan secara
fisik. Untungnya, sel-sel pembelot semacam itu sangat jarang, kurang dan satu banding sejuta, dan sebagian besar sel sel itu tidak bertahan hidup. Kecerdasan tubuh sangat paham bagaimana mengatur hidup untuk pertahanan yang maksimal.
Hidup antar manusia pun demikian. Al-Quran menyatakan, membunuh satu manusia sama dengan membunuh seluruh umat manusia. Nabi menyatakan bersaudaralah seperti satu tubuh. Walaupun ada miliaran manusia menjalani hidup yang benar benar berbeda, semuanya menyatu. Jiwa dan roh kita berasal dan tiupan nafas Tuhan yang sama. Hukum yang mengerangkai hidup adalah hukum yang sama dan Tuhan yang Satu, Allah.
Cahaya yang membantu pertumbuhan tanaman di bumi adalah cahaya yang sama dengan cahaya bintang, yang berjarak sangat jauh. Tanaman, yang tumbuh dengan bantuan cahaya tadi menjadi makanan kita; makanan itu membuat kita dapat bertahan hidup dalam rahim ibu; dan, sekarang kita sedang memandang bintang-bintang itu dengan mata yang secara tidak langsung dibangun oleh cahaya. Jadi, ada hubungan kosmik antara kita dan alam semesta.
Jadi, berbahagialah dalam keterhubungan dengan kosmik. Bayangkan diri kita menjalani hidup yang benar-benar baru dan penuh energi. Hal yang terasa sempurna. Dalam diri kita, ada percikan api berkobar-kobar, dan tiba-tiba kita tahu, tanpa ragu
bahwa kita benar-benar hidup di sebuah dunia yang merupakan rumah kita. Pada saat-saat seperti itu, kita benar-benar selaras dengan alam semesta. Rasakanlah kita terhubung dengan segalanya.
Anehnya, keterhubungan ini sangat sulit untuk ditemukan. Berusaha menemukannya, persis seperti seekor ikan yang mencari air ke mana pun, tanpa berhasil menemukannya. Ketika ia kebetulan meloncat keluar, ke udara, barulah ia merasakan bahwa air adalah hal yang baru saja ia tinggalkan. Aha! Terny’ata air adalah itu. Tanpa sadar, aku telah berenang di dalamnya sepanjang hidupku.
Inilah yang selalu saya inginkan ketika merumuskan Sejumlah program. Bukan kesuksesan yang saya utamakan, melainkan kesaling terhubungan itu yang menjadi tujuan utama.
Wabah Penyakit Kota
Wabah sesungguhnya dalam budaya kita bukan hanya penyakit jantung fisikal kita, melainkan juga apa yang saya sebut penyakit jantung emosional dan spiritual —yakni perasaan kesepian, tersisih, terasing, dan depresi men dalam, yang begitu jamak dalam budaya kita dengan runtuhnya struktur sosial yang dulu memberi kita perasaan terhubung dan berkomunitas. Itulah menurut saya akar dan penyakit, sinisme, dan kekerasan dalam masyarakat kita (Dean Ornis, Love & Survival).
Banyak dokter mengidentifikasi bahwa kesepian merupakan penyebab utama kematian, kesepian adalah pembunuh kehidupan. Kesepian yang dimaksudkan adalah: (1) ketersisihan dan orang lain; (2) keterasingan dan diri kita yang apa adanya; dan (3) kehampaan spritual serta perasaan jauh dari Tuhan.
Kesepian adalah penyakit manusia modern yang memiliki individualisme berlebihan. Individualisme berlebihan dan kurangnya ikatan intim dengan sesama adalah ciri masyarakat
kota yang ingin sukses dengan segera. Mulanya menghasilkan sesuatu, namun lama kelamaan menjadi masalah besar: kesuksesan itu menjadi racun yang mematikan dirinya sendiri. Apa sebabnya? Individualis yang berlebihan biasanya memlliki keinginan untuk membuat kesan, bukan untuk menciptakan hubungan silaturahim; mereka ingin menang, bukan bersama sama menuju tujuan. Akhirnya, sikap hidup seperti ini membuat mereka merasa kesepian dan menderita kebutaan sosial yang mencengangkan, ketahanan emosional yang buruk, kehampaan akar spiritual, dan ketiadaan rasa memiliki. Mereka terasing oleh kesuksesannya dan merasa ketakutan.
Kalau begitu, dibutuhkan strategi kesehatan masyarakat yang tidak sekadar obat, bidan atau dokter, serta rumah sakit atau puskesmas. Kita membutuhkan kultur lembur yang menjadi gaya hidup semua orang, kultur yang mau bersama-sama dalam heuheuy jeung deudeuh, dalam seluruh penghadapan masalah kehidupan.
Bagi saya, inilah yang menjadi tugas dan puskesmas (pusat kesehatan masyarakat). Maksud saya sudah saatnya kita
melebarkan makna pusat kesehatan tidak sekadar kesehatan jasmani yang selesai dengan obat-obatan kimiawi, tetapi juga mencakup kesehatan emosi dan jiwa. Untuk itu, para bidan dan para dokter yang ditugaskan di desa, sudah seharusnya melengkapi keterampilannya dengan pengetahuan kearifan hidup yang menyehatkan. Pemikiran ini didasarkan pada kebutuhan pemerintah kabupaten bahwa yang dibutuhkan bukanlah sekadar badan segar bugar, melainkan badan yang sanggup menghasilkan karya (ini tentu saja berhubungan dengan jiwa).
Pesan untuk Petugas Kesehatan
Ada faktor yang rupanya dilupakan oleh bangsa ini. Faktor yang dilupakan ini disebabkan oleh keterbelengguan kita pada nilai-. nilai profesionalitas, terlalu terbelenggu pada nilai -nilai teknis, terlalu terbelenggu pada nilai-nilai akademis. Akibatnya, kita melupakan nilai sosial yang selama ini menjadi kekuatan kebudayaan bangsa, yang selama ini menjaga keutuhan daerah yang selama ini menjaga kesehatan masyarakat, yang selama ini menjaga status sosial dan kredibilitas ekonomi masyarakat pedesaan. Hal inilah yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, dan yang sangat memengaruhi efek pelayanan.
Beberapa waktu yang lalu, saya melantik beberapa bidan yang ditugaskan di desa. Mereka masih muda dan memiliki banyak pengetahuan medis yang tentu saja akan berguna bagi pembinaan kesehatan masyarakat. Saya senang melihat mereka begitu bersemangat dan penuh dengan dedikasi. Namun diam diam, saat itu, saya merasa sedih dan khawatir.
Saya sedih karena saat itu pula saya terkenang dengan para paraji yang mulai hari itu mungkin akan digantikan perannya oleh para bidan. Para paraji bukanlah sekadar petugas kesehatan yang membantu membugarkan kesehatan lewat pijatannya, atau membantu melahirkan. Para paraji adalah tokoh sosial yang memberikan motivasi bagi para ibu dan anak, bagi para bapak yang pulang dan sawah. Para paraji juga memiliki jiwa-sosial yang tinggi, mereka mau melakukan apa pun demi kesehatan pasien ya walaupun tidak dibayar. Sebagai bayarannya, masyarakat meletakkan paraji sebagai tokoh sosial yang dimintai solusi atas masalah, diberikan zakat fitrah, bila ada panen mereka pun men— dapatkan hadiah.
Saat itu saya bertanya, “Dapatkah para bidan ini akan menggantikan peran paraji ?“
Pada kesempatan lain, saya juga meryampaikan pesan pada beberapa dokter di dinas kesehatan, “Boleh saja paraji dipinggirkan oleh para bidan, tetapi nanti Anda harus bertanggung jawab manakala banyak orang-orang miskin yang tidak terselamatkan hanya karena persoalan biaya.” Walaupun negara menyiapkan biaya kelahiran untuk orang miskin, tetap saja pengobatan modern memerlukan dana yang tak sedikit.
Untuk itu, saya ingin semua petugas kesehatan di desa melebur menjadi warga desa. Para bidan bukanlah pesaing paraji, melainkan rekan kerja para paraji. Para bidan harus juga belajar kearifan dan teknik tradisional dan para paraji. Bagi saya, para paraji sebenarnya memiliki teknik-teknik penyehatan yang teruji walaupun belum teruji secara ilmiah. Hal utama yang harus ditransformasi dan para paraji adalah kearifannya dalam memberikan pelayanan kepada siapapun yang membutuhkan.
Para paraji merupakan kaum profesional yang terus-menerus memberikan pelayanan, ini yang harus ditiru. Kesetiaan profesi paraji adalah kesetiaan terhadap orang yang dilayani; para petugas kesehatan modern pun harus demikian. Bila profesionalitas
(tanpa orientasi uang) para paraji tidak ditransformasi menjadi sikap bidan dan dokter, puskesmas akan sepi. Lalu, apa artinya seorang bidan manakala tidak ada orang yang mau melahirkan dengan bantuan dirinya; apa artinya seorang dokter manakala tidak ada orang yang mau berobat ke dokter. Lebih dari itu, bila profesionalitas model paraji tidak diteladani, kehadiran petugas kesehatan modern akan menambah jumlah orang sakit di tengah masyarakat. Akhirnya, kehadiran puskesmas bukannya menumbuhkan masyarakat yang sehat, sebaliknya menjadi peletup munculnya masyarakat yang sakit.
Cinta sebagai Sumber Kesehatan
Untuk dapat menghayati spirit paraji, bagi saya, para bidan harus mulai menjadikan cinta sebagai basis pekerjaannya. Bagi saya cinta adalah sesuatu yang sentral dalam kehidupan ini. Bagi saya cinta bukanlah sekadar emosi, cinta adalah nilai, cinta adalah tujuan, cinta adalah kekuatan sejati kita. Cintalah yang memberi inspirasi pada kita, dan yang mengembangkan kita, “Kita semua lahir karena cinta.”
Cinta adalah tujuan kehidupan ini. Tujuan-tujuan lain seperti kesuksesan, uang, kebahagiaan, kekuasaan, dan kemasyhuran kehilangan seluruh nilai dan maknanya tanpa cinta. Bahkan dapat dikatakan bahwa bila kesuksesan yang saya dapatkan tidak memberi tempat untuk cinta, saya tidak akan merasa sukses.”
Maka, jadikan cinta sebagai basis pelayanan kesehatan. Seorang filsuf, Humberto Maturana, menyatakan “Cinta melebarkan visi, cinta menumbuhkan kreativitas, dan cinta meluaskan kecerdasan”. Cinta membuat seseorang memiliki bayangan masa depannya sendiri, sekaligus membuat seseorang menjadi kreatif dan penuh kecerdasan. Cinta itu cerdas karena cinta mengilhami visi, memperkuat nilai-nilai, membangkitkan imajinasi, meluaskan kemungkinan, dan kreatif.
Seorang filsuf menyatakan, “Tidak ada kesulitan yang bisa disembuhkan oleh cinta; tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan dengan cinta. Tak ada pintu yang bisa dibuka oleh cinta, dan tak ada jarak yang tak dapat terjembatani dengan cinta, tak ada dinding yang tak dapat diruntuhkan dengan cinta...” Dengan energi cinta, para bidan akan menjadi penuh semangat tanpa kenal menyerah.
Apa yang harus dicintainya? Yang dicintainya adalah kehidupan, orang-orang yang dilayani, dan pekerjaan itu sendiri.
Ketika cinta mengilhami kerja, kerja menjadi transformatif, kreatif dan sangat memuaskan. Kita juga tahu, dan banyak pengalaman yang menyakitkan bahwa kerja tanpa cinta sering kali
hanyalah bersibuk-sibukkan saja,
dipenuhi kejengkelan, pengorbanan, dan penuh sump ah serapah. Marianne Williamson, pengarang buku A Return to Love, menulis dengan penuh semangat ihwal
cinta dan kerja:
Anda berbisnis untuk
menebarkan cinta. Film
yang Anda buat haruslah
menebarkan cinta. Salon rambut harus menebarkan cinta. Kelagengan Anda harus menebarkan cinta. Kehidupan Anda harus menebarkan cinta. Kunci men uju karier yang sukses adalah men yadari bahwa cinta tidak terpisah dan seluruh kehidupan Anda, namun justru merupakan perluasan dari diri Anda yang paling mendasar. Dari diri Anda yang paling mendasar adalah cinta.
Demikian pun dengan para dokter. Dengan tangan cinta, kerja menyebuhkan penyakit, memberikan obat, mengoperasi, memberikan vonis mati, menjadi tidak lagi menyeramkan. Rumah sakit dan puskesmas mungkin akan menjelma menjadi tempat yang menyenangkan karena para dokter dan perawatnya memperlakukan seluruh pasien sebagai objek yang dicintai. Semua keluhan pasien tidak dibalas dengan hembusan nafas tidak suka, tetapi dengan senyuman dan sentuhan tangan lembut. Pasien yang sakit dan biasanya rewel justru diberi humor-humor tertentu yang membuat pasien itu melupakan rasa sakitnya.
Cinta dapat menyajikan pengobatan sebagai penyehatan. Namun, tanpa cinta, pengobatan akan menjelma menjadi penularan penyakit baru atau bahkan pembunuhan. Maka, belajarlah menjadikan cinta sebagai niat, cara, dan tujuan melaksanakan tugas.
Refleksi: Energi Cinta
Nelson Mandela menulis, “Bagaimana bisa satu orang dapat memecahkan persoalan dunia? Berbagai persoalan hanya bisa dipecahkan jika seseorang adalah anggota dan sebuah tim”.
Pemikiran sehat dengan cinta mungkin saja dapat menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat yang semakin menurun. Namun, sehat dengan cinta ini tak mungkin bisa terwujud jika dilakukan sendirian. Seperti kata Mandela, dibutuhkan satu tim, satu kesatuan antara semua orang untuk mewujudkan satu pemikiran perubahan sosial.
Cinta dalam kebersamaan berbakti kepada Tuhan adalah prasyarat mutlak bagi prinsip dasar melayani kesehatan dengan cinta.
‪#‎Inspirasikangdedi‬

Jumat, 19 Agustus 2016

Opini : DIPINJAMNYA KERETA KI JAGA RAKSA OLEH PRESIDEN JOKO WIDODO UNTUK MEMBAWA BENDERA PUSAKA DALAM UPACARA MEMPERINGATI DETIK DETIK PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA KE 71 TAHUN DI ISTANA NEGARA.

Memang sungguh membanggakan ketika tata cara memperingati kemerdekaan Indonesia ke 71 tahun untuk tingkat nasional di rubah, yaitu dengan tambahkannya kirab bendera pusaka dari Monas ke istana negara sebelum dikibarkan dengan di bawa memakai kereta kuda, yang kebetulan yang di pakai adalah Ki Jaga Raksa milik Pemda Purwakarta, ini akan menjadi catatan sejarah sepanjang masa.
Tentu semua ini bukan suatu kebetulan kenapa Kereta Ki Jaga Raksa yang di pakai untuk upacara kenegaraan memperingati kemerdekaan Indonesia ke 71 oleh pihak kepresidenan, kenapa tidak memakai kereta yang di pakai Pak Jokowi sewaktu kirab pesta rakyat setelah pelantikan menuju istana Merdeka, kenapa tidak meminjam kereta kereta milik keraton Cirebon, keraton Solo atau keraton D.I. Yogyakarta yang secara tradisi lebih disakralkan. Untuk kepentingan negara apapun bisa dilakukan membuat atau mendatangkan dari ujung dunia sekalipun , tidaklah harus Ki Jaga Raksa milik Pemda Purwakarta. Hal ini mungkin yang menjadi misteri.
Mari kita analisa :
1. Ini adalah bentuk penghargaan dari Presiden Joko Widodo kepada Kang Dedi Mulyadi yang berani konsisten mengusung Budaya dan kearifan lokal sebagai dasar pemikiran pembangunan, Pak Presiden tentunya telah melihat dan mengamati bagaimana perjuangan seorang Dedi Mulyadi mempertahankan prinsip meski dengan berbagai penolakan maupun ancaman. Apa yang dilakukan Kang Dedi Mulyadi ini bukan sesuatu yang melanggar konsitusi justru merupakan penjabaran dari sila sila yang terkandung dalam Pancasila, makanya intinya peminjaman kereta Ki Jaga Raksa oleh Presiden, salah satu apresiasi negara terhadap perjuangan dan keberanian Dedi Mulyadi.
2. Secara fisik kereta Ki Jaga Raksa lebih memungkinkan di pakai karena di buat pada tahun 2011, ditambah lagi dengan kwalitas perawatan yang baik juga oleh Pemda Purwakarta.
3. Jarak anatara Jakarta dengan Purwakarta relatip dekat, mungkin kalau di tempuh dengan pengawalan ala Presiden paling 45 menit. pertimbangan jarak ini juga salah satunya, mengingat mungkin idenya spontanitas jadi perlu keputusan yang cepat.
Sekali lagi semua tulisan ini hanya sekedar perkiraan saya, apa yang menjadi pertimbangan sebernarnya kenapa kereta Ki Jaga Raksa yang di pakai hanya anatara Pak Jokowi dan Kang Dedi yang tahu.(Wallahu a'lam)
‪#‎inspirasikangdedi‬

Kamis, 18 Agustus 2016

Buku Kang Dedi Mulyadi : MENGAYUH NEGERI DENGAN CINTA Pelajaran Katujuh : NGARIUNG JEUNG URANG LEMBUR

Wisata Desa: Petani dan Kebahagiaan)
Dulu saya sempat bertanya pada seorang kiai apakah ada kesamaan antara falah dalam arti petani dan falah dalam arti kemenangan seperti dalam azan (hayya ‘alal falah)? Keduanya ternyata berasal dan kata yang sama, keduanya menunjuk arti mengolah dan kebahagiaan. Maka saya bersyukur bahwa sebagian besar dan warga Purwakarta adalah petani. ini berarti Purwakarta memiliki sumber daya kebahagiaan yang luar biasa, sumber daya yang dapat menyelamatkan kabupatën ini dan selamat dari stres.
Kenapa begitu? Karena saya tahu, petani adalah orang orang yang selalu bersyukur dan kerja keras. Bila hujan datang, petani bersiap menanam padi. Bila hujan tidak ada, petani menyiapkan diri untuk menanam palawija dengan menggali sumur. Satu hal yang sangat luar biasa dari petani adalah kesadarannya untuk membayar zakat. Walaupun hasilnya pas-pasan, para petani adalah pembayar zakat yang taat. Sementara para profesional (dokter, guru, dosen, PNS secara umum, dan sejenisnya) biasanya pandai mengelak dan kewajiban zakat ini membuktikan para petani adalah orang-orang yang pandai bersyukur secara lahir dan batin.
Saya bermimpi suasana desa dengan kearifan petani kembali muncul di Kabupaten Purwakarta. Karena itu, saya akan mendorong ditumbuhkan kembali kesenian yang ada di desa desa. Anak-anak harus mulai kembali dikenalkan dengan kaulinan barudak, di desa-desa harus lagi dibuat kolecer, lomba layang-layang, dan sejenisnya. Lebih dari itu, sejumlah upacara tradisi harus juga diaktifkan kembali —tentu dengan beberapa penyesuaian agar tidak bertentangan dengan ajaran agama. Semua itu difungsikan agar suasana desa kembali terasa. Tentu saja, bersamaan dengan itu, desa-desa harus kembali hijau dan asri. Jalanan harus ditata kembali agar bersih, irigasi juga harus kembali baik agar sawah tetap berproduksi dalam keadaan musim hujan atau kemarau.
Bila desa sudah tertata, saya yakin Purwakarta akan digjaya salawasna. Salah satu alasannya adalah desa akan menjadi sumber mata air kearifan dan kedamaian. Bila orang-orang kota ingin lepas dan stres, datanglah ke desa, hiduplah bersama orang-orang desa (bersama-sarna ngangon munding, menanam padi, nguseup, membuat kolecer, dan sejenisnya). Hidup bersama di desa akan menjadi obat stres yang paling mujarab.
Ide menjadikan ngariung jeung urang lembur ini berasal dan beberapa informasi —dan tentu saja berdasarkan keyakinan bahwa semua orang rnenyenangi kegiatan mudik. Informasi pertama dari acara televisi seperti acara anak-anak “Si Bolang” (Bocah Petualang) yang merampilkan suasana desa yang sedernikian murni, ternyata kemurnian alam pedesaan dapat “dijual” dan menarik perhatian banyak orang kota. Belum lagi ada acara liburan anak-anak kota yang dikenalkan pada kehidupan pedesaan. Saya pernah melihat betapa anak-anak kota terlihat antusias dan ceria ketika memandikan kerbau dan naik di atas kerbau. Saya saat itu berpikir bukankah Purwakarta dapat menjadi pusat wisata desa bagi orang-orang kota besar. Akses jalan tol memungkinkan orang-orang dari Jakarta, sebelum ke Bandung, akan mampir ke Purwakarta, mengunjungi desa-desa untuk tinggal sehari.
Informasi kedua adalah
tayangan televisi juga, tentang “Tukar Nasib”.Pada acara itu kelurga kaya bertukar nasib dalam waktu sehari semalam dengan keluarga miskin. Saya pikir, kenapa mereka (keluarga:
kaya itu) tidak sekalian saja tukar nasib dengan orang orang desa. Mereka tinggal di rumah-rumah orang desa, pagi-pagi mencari kayu bakar, kemudian ke sawah, memandikan kerbau, mengikuti rapat desa, dan seterusnya. Bila acara “Tukar Nasib” bisa dilakukan, acara wisata ngariung jeung urang lembur juga bisa dilakukan. Syaratnya, tentu saja setiap desa harus memiliki kekhasan tradisi dan saya yakin tradisi Sunda —bila dibangkitkan— akan menjadi daya tarik tersendiri. Saya menduga, daya tarik Bali yang utama bukanlah pantainya, melainkan suasana pedesaan dan tradisi yang kental. Saya juga yakin, para wisatawan suatu ketika akan bosan pada suasana pedesaan Bali dan menginginkan suasana pedesaan dan daerah lain.
Informasi ketiga saya dapatkan dari tulisan Jalaluddin Rakhmat tentang kesuksesan (lihat buku Meraih Kebahagiaan, Simbiosa, Bandung), pada salah satu babnya, ia menulis bahwa sukses itu menyimpan racun tersendiri. Racunnya adalah rasa stres, gelisah, dan selalu tidak percaya pada orang lain. Orang sukses terkena racun untuk terus-menerus mendapatkan kesuksesannya itu, mereka memiliki pninsip semua hal harus menghasilkan untung, in menyebabkan mereka akan menghitung semua kegiatan, bahkan teman dan saudara-saudaranya berdasarkan dapat memberikan untung atau tidak; akhirnya mereka kesepian (kehilangan ketulusan persahabatan dan kebahagiaan keluarga). Untuk bisa mendapatkan kebahagiaan,
menurut Jalaluddin Rakhmat, mereka kemudian membeli sejumlah barang-barang berharga, hiburan yang luar biasa, dan mengubah penampilannya. Pada mulanya, mereka merasa senang, namun rasa sepi sendiri memunculkan kebosanan. Lalu, mereka mengikuti pelatihan kepribadian atau pengajian agama yang “aneh-aneh” atau bersifat pragmatis, semuanya dilakukan untuk membuat dirinya tenang.
Bila kesuksesan membuat seseorang begitu kesepian, apa obatnya? Kembali ke desa adalah obat yang mujarab. Di desa mereka akan mendapatkan pelajaran rasa syukur. Begitu hidup bersama orang-orang desa, mereka akan menemukan bahwa dirinya sudah mendapat anugerah Tuhan yang sedemikian besar. Mereka malu untuk merasa kurang, mereka akan belajar menerima kehidupan.
Sekali lagi, saya yakin, wisata ngariung jeung urang lembur dapat menjadi alternatif bagi sejumlah wisata yang ada. Saya akan terus bermimpi, di masa depan orang-orang akan datang ke Purwakarta belajar kearifan urang lembur. Namun, perlu dikemukakan, semua itu hanya mungkin terjadi bila semua warga Purwakarta bersedia berubah.
Beberapa Kebijakan untuk Desa
Program saya yang utama sebagai bupati adalah memuliakan desa. Pertama, pada tahun 2008 sampai tahun 2009 saya memfokuskan pada pembanguñan jalan besar dan selanjutnya jalan-jalan kecil. Jalan besar dari Pasawahan ke Margasari akan dibangun, kemudian jalan dari Citalang ke Cirende yang sekarang sedang di-hotmix sampai ke Wanawali, dan insya allah jalan itu akan diperbaki sampai ke Sagalaherang. Selanjutnya, juga akan diteruskan sampai ke pintu tol Kopo melalui rute:
Cilandak, Kertamukti, Cimahi, Cijunti, Karangmukti dan bersambung lagi hingga jalan besar di Kopo. Pada tahun 2009, perjalanan ke Cianjur cukup hanya 1 jam, tidak perlu ke Sukatani - tapi melalui ke Lembur Situ, Sukajadi, Kertasari,
Cilingga, Sadar karya, Depok sampai ke tujuan (Cianjur) semua jalannya sudah di-hotmix. Demikian juga jembatan layang akan segera dibangun yang menghubungkan SMP 5 dan SMP 2 sehingg a perjalanan dan transportasi akan semakin cepat dan mudah.
Pokoknya, apabila dikalkulasikan, anggaran untuk pembangunan jalan hotmix berkisar kurang lebih 100 miliar untuk tahun sekarang. ini hasil perjuangan seluruh aparat pemerintah dan DPRD yang mau memutar otak dan ketulusannya untuk menaikkan anggaran penyediaan fasilitas umum dari 25 miliar menjadi 100 miliar.
Selanjutnya, ada juga program pemerintah untuk rakyat kecil seperti dana santunan kematian, SD sampai SMP tidak dipungut biaya (gratis). Saya juga menekankan kepada seluruh kepala desa untuk tidak memungut biaya pembuatan KTP kartu keluarga dan akte kelahiran anak. Mengapa demikian? Untuk itu, agar desa tetap memiliki dana operasional, pemerintah akan menaikkan anggaran desa.
Program lain yang tak kalah pentingnya adalah diangkatnya para sekdes sebagai PNS. Pada pidato pengangkatan PNS Sekdes, saya menekankan dua catatan penting bagi para sekdes. Pertama, aspek administrasi pembangunan. Para sekdes-PNS ini secara langsung bertanggung jawab kepada kepala desa dan secara tidak langsung bertanggung jawab kepada bupati. Tugas sekdes adalah membantu kepala desa melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan desa. Oleh karena itu, para sekdes diharuskan kursus yang berkaitan dengan tekonologi informasi (IT), belajar hal-hal yang berhubungan dengan komputer. Karena ke depan, komputer menjadi alat utama dalam melaksanakan pekerjaan. Sekdes dituntut agar kemampuannya lebih tinggi dan masa lalu.
Dengan pengangkatan sebagai PNS, jangan sampai terjadi perubahan sikap sekdes yang beranggapan karena sudah PNS, ia tidak bertanggung jawab kepada kades, tapi kepada bupati. Kades tetap secara langsung bertanggung jawab membantu kepala desa karena keberhasilan kades merupakan keberhasilan
bupati. Tapi kades juga jangan menurut kalau diperintah melak ukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan peraturan. Karena sebagai PNS, pengangkatan dan pemberhentian sekdes bukan wewenang kepala desa, melainkan wewenang bupati. Bupati tidak äkan segan-segan memberhentikan sekdes yang statusnya sebagai PNS apabila tidak melakukan tugasnya dengan baik.
Kedua, aspek keuangan. Risiko yang ditimbulkan dan pengangkatan ini, bisa jadi gaji take home pay yang diterima para sekdes lebih besar daripada kepala desanya, bergantung pada golongannya. Hal ini harus menjadi bahan pertimbangan agar jangan sampai gaji sekdes lebih tinggi daripada gaji kepala desa. Apabila ini terjadi, akan memengaruhi kinerja dan kewibawaan kepala desa.
Lalu, apa tugas utama para sekdes-PNS ini? Inilah yang terus-menerus menjadi ganjalan pikiran saya. Bila mereka hanya bekerja seadanya, membantu kepala desa, lalu apa bedanya pada saat mereka belum menjadi PNS?
Saya memiliki beberapa pemikiran mengenai tugas sekdes. Pertama, kelemahan desa terletak pada sistem kearsipan dan administrasi yang acak-acakan. Masalah DPT yang diterbitkan KPU pada Pemilu 2009 merupakan cermin dari amburadulnya sistem administrasi kependudukan. Para sekdes memiliki tugas untuk menata ulang sistem administrasi desa, ia harus mendata ulang, memperbaiki, dan membuatnya menjadi teratur. Tidak hanya itu, para sekdes-PNS ini juga barus mampu membuat analisis perkembangan kemajuan desa, mereka harus mampu membuat grafik perkembangan yang akan menjadi dasar pembangunan. Karena para sekdes ini terus-menerus akan menjadi sekdes, seluruh program ini akan terus berlangsung walaupun para lurahnya berganti.
Kedua, program Wisata Desa atau Wisata Ngariung Jeung Urang Lembur merupakan tugas kedua yang harus dilaksanakan para sekdes. Kepala desa tentulah pelaku utama kegiatan ini, namun sekdes —dengan data yang sudah dimilikinya— menjadi penggerak utamanya. Kepala desa dan sekdes harus dapat
menganalisis kekuatan dan peluang potensi tradisi desa yang dapat dikembangkan menjadi unik dan khas. Sekali lagi, karena para sekdes akan tetap di desa walaupun kepala desanya berganti, semua program pemerintah akan terus berjalan sepanjang tahun.
Saya merasa yakin bahwa desa akan dapat bangkit kembali bila para sekdes menjaga amanah posisi barunya. Catatan penting yang hams diingat para sekdes adalah bahwa mereka digaji oleh rakyat. Oleh karena itu, mereka harus melayani rakyat sepenuh hati.
Refleksi: Desa Mengepung Kota
Kenapa harus kembali berkumpul di desa? Jawaban satu-satunya adalah karena di sana ada banyak ibu yang tulus. Merekalah sumber energi, malaikat Tuhan yang akan terus mendorong kita menjadi manusia. Dan ibu-ibu tua di desa itulah kita belajar mengayuh kehidupan tanpa kenal lelah. Sungguh, bagi saya, desa bisa mengepung kota bila semua warga masih mencintai ibunya.
Ini satu lagi kisah yang memberi inspirasi bagi saya bahwa ibulah yang sanggup membuat saya mewujudkan cita-cita “desa mengepung kota”.
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?” Ibunya menjawab, “Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak.” “Aku tak mengerti,” kata si anak lagi. lbunya -hanya tersenyum dan memeluknya erat, “Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti....”
Kemudian, anak itu bertanya kepada ayahnya, “Ayah, menga para Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?”Sang ayah menjawab,”Sernua wanita memang rnenañgis tanpa ada alasan. Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.
Pada suatu malam, Ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan,”Ya ALLah, mengapa wanita mudah sekaLi menangis?”
Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,”Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepata bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dan rahimnya, walau, seringkali puLa, Ia kerap berukangkali menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa. Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, watau telah tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apa pun, dan dalam situasi apa pun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, metalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak? Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkati pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita agar dapat digunakan kapan pun ía inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita walaupun sebenarnya air mata ini adatah air mata kehidupan.’
Maka dekatlah diri kita pada seorang ibu jika beliau masih hidup atau terus kenang ketabahan, air mata dan ketulusan matanya –jika ia sudah tiada. (tamat)
‪#‎inspirasikangdedi‬



KERETA KI JAGA RAKSA PEMDA PURWAKARTA PEMBAWA BENDERA PUSAKA DALAM HUT R...

Selasa, 16 Agustus 2016

DIRGAHAYU INDONESIA KE 71 TAHUN SEMOGA SEMAKIN MENGGEMGAM DUNIA

PUTARAN HIDUP itu akan selalu DATANG & PERGI seiring dgn jalannya sang WAKTU.
" Semuanya akan berlalu seiring waktu "
Teradang .... apa yang kita BERI , tak selamanya BERARTI.
Teradang .... apa yang kita CARI juga tak selamanya bisa kita TEMUKAN .
Teradang .... apa yang kita NANTIKAN dan kita HARAPKAN pun, tak selalu bisa kita DAPATKAN

Namun ..... YAKINLAH dalam hati bahwa HARAPAN itu akan selalu ADA dan tak pernah mati selama hayat dikandung badan.
Itu semua sangat TERGANTUNG dari CARA kita MENSYUKURI apa yang sudah kita dapatkan dan apa yang sudah kita lalui .
INGATLAH ....
SENYUM ..... bisa menghadirkan KETENANGAN dan PERSAHABATAN.
TAWA ...... bisa menghadirkan KEGEMBIRAAN dan PERSATUAN.
KASIH SAYANG ..... bisa menghadirkan PENGERTIAN dan KERELAAN .
C I N T A ....... akan menghadirkan SEGALANYA.
NAMUN.....
KEBENCIAN HANYA AKAN MERENDAHKAN DIRI KITA
Setiap matahari TERBIT pasti memberikan HARAPAN bagi KITA untuk HIDUP lebih BAIK
Setiap bulan purnama BERSINAR selalu memberikan KEHANGATAN dan CINTA untuk diri kita
Buka "HATI" ada DAMAI;
Buka "MATA" ada TERANG;
Buka"KASIH" ada SUKA CITA,
Semoga kita semua diberi KESEHATAN, KESELAMATAN, REZEKI, KEBAHAGIAAN dan PANJANG UMUR, SUKSES DALAM CITA, CINTA DAN USAHA
"DIRGAHAYU NEGERIKU INDONESIA KE 71 TAHUN, SEMOGA SEMAKIN MENGGEMGAM DUNIA"
"JANGAN TANYAKAN APA YANG NEGARA BERIKAN KEPADA KITA,
TAPI TANYAKAN APA YANG TELAH KITA BERIKAN KEPADA NEGARA INDONESIA TERCINTA INI"
#inspirasikangded

Senin, 15 Agustus 2016

Empat Pemimpin Indonesia Yang Konon Memiliki Hubungan Batin Dengan Nyi Roro Kidul

Membuka mata hati. (Semua tidak ada yang kebetulan ada peneropongan batin dan catatan sejarah)

Mau memisahkan klenik dan hal mistis dari Indonesia? Sepertinya hal itu akan sulit sekali. Karena bukan hanya hal-hal sepele, panggung politik terkadang juga dihubung-hubungkan dengan mitos dan alam ghaib. Ada pejabat yang memang mengakuinya dan secara terang-terangan menunjukkan hubunganya dengan alam ghoib dalam bentuk benda-benda keramat, azimat maupun dalam bentuk aktivitas seperti ritual dan pertapaan di tempat keramat.
Ada juga tokoh-tokoh pemimpin indonesia yang diduga memiliki hubungan batin dengan sosok mistis penguasa pantai Selatan yaitu Nyi Roro Kidul. Bahkan peristiwa pergantian kekuasaan seringkali juga dihubungkan dengan restu dari sang Nyai. Siapa sajakah pemimpin Indonesia yang konon memiliki hubungan batin dengan Nyi Roro Kidul? Berikut ini ulasanya.
1.Ir. Soekarno
Para tokoh supranatural banyak yang mengakui bahwa hampir semua penguasa Indonesia memiliki hubungan batin dengan sosok Nyi Roro Kidul. Tak terkecuali presiden pertama Indonesia Soekarno. Proklamator Indonesia tersebut memang besar dengan budaya Jawa. Ia bahkan juga mempercayai ramalan-ramalan kuno seperti ramalan Prabu Jayabaya tentang datangnya bangsa asing berkulit kuning yang kemudian disamakan dengan kedatangan Jepang.
Hubungan Soekarno dan Nyi Roro Kidul mulai menjadi perbincangan publik sejak lama. Apalagi saat Soekarno mencetuskan ide pembangunan Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Sebagian orang menilai keinginan Soekarno sebenarnya adalah membangun tempat untuk menjalin hubungan dengan Nyai Ratu.
2.Soeharto
Soeharto tak bisa dilepaskan dari nilai-nilai filosofis budaya Jawa. Ia begitu kukuh memegang tradisi. Banyak orang-orang di dekatnya yang mengatakan aktivitas spiritual seperti semedi dan puasa adalah hal yang biasa bagi Penguasa Orde Baru ini.
Kekuasaanya yang langgeng salama puluhan tahun bagi masyarakat yang kental dengan kepercayaan dan adat Jawa, pasti dihubungkan dengan keberadaan Nyi Roro Kidul. Nyi Roro Kidul juga dianggap sebagai simbol yang menjaga keseimbangan Nusantara. Sesuai dengan Soeharto yang sangat kental dangn filosofis Jawa khusunya untuk hal keserasian antara manuisa dan alam semesta.
3.Sultan Hamengku Buwono IX
Sebelum para presiden Indonesia, para raja Jawa juga konon memiliki hubungan batin dengan Nyi Roro Kidul. Demi melanggengkan kekuasaan, para raja Jawa harus bersedia menjalin hubungan dengan Nyi Roro Kidul. Mitos yang berkembang di masyarakat menjelaskan bahwa Nyi Roro Kidul erat kaitannya dengan para pendiri Mataram.
Konon hubungan tersebut diteruskan pada para keturunannya sampai saat ini salah satunya adalah Sultan Hamengkubuwono IX. Hamengku Buwono IX bukan hanya seorang raja tapi dia adalah tokoh perjuangan Indonesia yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia. Hamengku Buwana IX pernah menceritakan perihal pengalaman spiritualnya bertemu dengan Nyi Roro Kidul. Makhluk ghaib tersdebut digambarkan dengan wujud wanita cantik saat bulan purnama dan sebagai wanita tua di waktu yang lain.
4.Joko Widodo
Presiden Indonesia yang baru, Joko Widodo juga tak lepas dari mitos Nyi Roro Kidul ini. Pribadi Joko Widodo yang juga berasal dari Jawa membuat masyarakat jadi menyamakannya dengan Soekarno dan Seoharto dalam hal kedekatan dengan sosok ghaib Nyi Roro Kidul.
Publik sempat heboh dengan isu-isu klenik yang memberitakan bahwa pasukan Nyi Roro Kidul ikut mengawal Joko Widodo saat pawai mengendarai kereta Kenacana setalah ia resmi menjadi presiden. Di lain pihak, ada juga masyarakat yang memandang berita tersebut hanya sebagi isu untuk memperkuat kepemimpinan Joko Widodo.
Itulah empat pemimpin Indonesia yang konon memiliki hubungan batin dengan Nyi Roro Kidul. Adanya sosok ghaib penguasa Pantai Selatan tersebut memang hanyalah sebuah mitos dan belum terbukti kebenarannya. Tentu setiap orang memiliki kepercayaannya masing-masing terutama soal ha-hal yang berbau mistis.
‪#‎inspirasikangdedi‬