expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 18 Agustus 2016

Buku Kang Dedi Mulyadi : MENGAYUH NEGERI DENGAN CINTA Pelajaran Katujuh : NGARIUNG JEUNG URANG LEMBUR

Wisata Desa: Petani dan Kebahagiaan)
Dulu saya sempat bertanya pada seorang kiai apakah ada kesamaan antara falah dalam arti petani dan falah dalam arti kemenangan seperti dalam azan (hayya ‘alal falah)? Keduanya ternyata berasal dan kata yang sama, keduanya menunjuk arti mengolah dan kebahagiaan. Maka saya bersyukur bahwa sebagian besar dan warga Purwakarta adalah petani. ini berarti Purwakarta memiliki sumber daya kebahagiaan yang luar biasa, sumber daya yang dapat menyelamatkan kabupatën ini dan selamat dari stres.
Kenapa begitu? Karena saya tahu, petani adalah orang orang yang selalu bersyukur dan kerja keras. Bila hujan datang, petani bersiap menanam padi. Bila hujan tidak ada, petani menyiapkan diri untuk menanam palawija dengan menggali sumur. Satu hal yang sangat luar biasa dari petani adalah kesadarannya untuk membayar zakat. Walaupun hasilnya pas-pasan, para petani adalah pembayar zakat yang taat. Sementara para profesional (dokter, guru, dosen, PNS secara umum, dan sejenisnya) biasanya pandai mengelak dan kewajiban zakat ini membuktikan para petani adalah orang-orang yang pandai bersyukur secara lahir dan batin.
Saya bermimpi suasana desa dengan kearifan petani kembali muncul di Kabupaten Purwakarta. Karena itu, saya akan mendorong ditumbuhkan kembali kesenian yang ada di desa desa. Anak-anak harus mulai kembali dikenalkan dengan kaulinan barudak, di desa-desa harus lagi dibuat kolecer, lomba layang-layang, dan sejenisnya. Lebih dari itu, sejumlah upacara tradisi harus juga diaktifkan kembali —tentu dengan beberapa penyesuaian agar tidak bertentangan dengan ajaran agama. Semua itu difungsikan agar suasana desa kembali terasa. Tentu saja, bersamaan dengan itu, desa-desa harus kembali hijau dan asri. Jalanan harus ditata kembali agar bersih, irigasi juga harus kembali baik agar sawah tetap berproduksi dalam keadaan musim hujan atau kemarau.
Bila desa sudah tertata, saya yakin Purwakarta akan digjaya salawasna. Salah satu alasannya adalah desa akan menjadi sumber mata air kearifan dan kedamaian. Bila orang-orang kota ingin lepas dan stres, datanglah ke desa, hiduplah bersama orang-orang desa (bersama-sarna ngangon munding, menanam padi, nguseup, membuat kolecer, dan sejenisnya). Hidup bersama di desa akan menjadi obat stres yang paling mujarab.
Ide menjadikan ngariung jeung urang lembur ini berasal dan beberapa informasi —dan tentu saja berdasarkan keyakinan bahwa semua orang rnenyenangi kegiatan mudik. Informasi pertama dari acara televisi seperti acara anak-anak “Si Bolang” (Bocah Petualang) yang merampilkan suasana desa yang sedernikian murni, ternyata kemurnian alam pedesaan dapat “dijual” dan menarik perhatian banyak orang kota. Belum lagi ada acara liburan anak-anak kota yang dikenalkan pada kehidupan pedesaan. Saya pernah melihat betapa anak-anak kota terlihat antusias dan ceria ketika memandikan kerbau dan naik di atas kerbau. Saya saat itu berpikir bukankah Purwakarta dapat menjadi pusat wisata desa bagi orang-orang kota besar. Akses jalan tol memungkinkan orang-orang dari Jakarta, sebelum ke Bandung, akan mampir ke Purwakarta, mengunjungi desa-desa untuk tinggal sehari.
Informasi kedua adalah
tayangan televisi juga, tentang “Tukar Nasib”.Pada acara itu kelurga kaya bertukar nasib dalam waktu sehari semalam dengan keluarga miskin. Saya pikir, kenapa mereka (keluarga:
kaya itu) tidak sekalian saja tukar nasib dengan orang orang desa. Mereka tinggal di rumah-rumah orang desa, pagi-pagi mencari kayu bakar, kemudian ke sawah, memandikan kerbau, mengikuti rapat desa, dan seterusnya. Bila acara “Tukar Nasib” bisa dilakukan, acara wisata ngariung jeung urang lembur juga bisa dilakukan. Syaratnya, tentu saja setiap desa harus memiliki kekhasan tradisi dan saya yakin tradisi Sunda —bila dibangkitkan— akan menjadi daya tarik tersendiri. Saya menduga, daya tarik Bali yang utama bukanlah pantainya, melainkan suasana pedesaan dan tradisi yang kental. Saya juga yakin, para wisatawan suatu ketika akan bosan pada suasana pedesaan Bali dan menginginkan suasana pedesaan dan daerah lain.
Informasi ketiga saya dapatkan dari tulisan Jalaluddin Rakhmat tentang kesuksesan (lihat buku Meraih Kebahagiaan, Simbiosa, Bandung), pada salah satu babnya, ia menulis bahwa sukses itu menyimpan racun tersendiri. Racunnya adalah rasa stres, gelisah, dan selalu tidak percaya pada orang lain. Orang sukses terkena racun untuk terus-menerus mendapatkan kesuksesannya itu, mereka memiliki pninsip semua hal harus menghasilkan untung, in menyebabkan mereka akan menghitung semua kegiatan, bahkan teman dan saudara-saudaranya berdasarkan dapat memberikan untung atau tidak; akhirnya mereka kesepian (kehilangan ketulusan persahabatan dan kebahagiaan keluarga). Untuk bisa mendapatkan kebahagiaan,
menurut Jalaluddin Rakhmat, mereka kemudian membeli sejumlah barang-barang berharga, hiburan yang luar biasa, dan mengubah penampilannya. Pada mulanya, mereka merasa senang, namun rasa sepi sendiri memunculkan kebosanan. Lalu, mereka mengikuti pelatihan kepribadian atau pengajian agama yang “aneh-aneh” atau bersifat pragmatis, semuanya dilakukan untuk membuat dirinya tenang.
Bila kesuksesan membuat seseorang begitu kesepian, apa obatnya? Kembali ke desa adalah obat yang mujarab. Di desa mereka akan mendapatkan pelajaran rasa syukur. Begitu hidup bersama orang-orang desa, mereka akan menemukan bahwa dirinya sudah mendapat anugerah Tuhan yang sedemikian besar. Mereka malu untuk merasa kurang, mereka akan belajar menerima kehidupan.
Sekali lagi, saya yakin, wisata ngariung jeung urang lembur dapat menjadi alternatif bagi sejumlah wisata yang ada. Saya akan terus bermimpi, di masa depan orang-orang akan datang ke Purwakarta belajar kearifan urang lembur. Namun, perlu dikemukakan, semua itu hanya mungkin terjadi bila semua warga Purwakarta bersedia berubah.
Beberapa Kebijakan untuk Desa
Program saya yang utama sebagai bupati adalah memuliakan desa. Pertama, pada tahun 2008 sampai tahun 2009 saya memfokuskan pada pembanguñan jalan besar dan selanjutnya jalan-jalan kecil. Jalan besar dari Pasawahan ke Margasari akan dibangun, kemudian jalan dari Citalang ke Cirende yang sekarang sedang di-hotmix sampai ke Wanawali, dan insya allah jalan itu akan diperbaki sampai ke Sagalaherang. Selanjutnya, juga akan diteruskan sampai ke pintu tol Kopo melalui rute:
Cilandak, Kertamukti, Cimahi, Cijunti, Karangmukti dan bersambung lagi hingga jalan besar di Kopo. Pada tahun 2009, perjalanan ke Cianjur cukup hanya 1 jam, tidak perlu ke Sukatani - tapi melalui ke Lembur Situ, Sukajadi, Kertasari,
Cilingga, Sadar karya, Depok sampai ke tujuan (Cianjur) semua jalannya sudah di-hotmix. Demikian juga jembatan layang akan segera dibangun yang menghubungkan SMP 5 dan SMP 2 sehingg a perjalanan dan transportasi akan semakin cepat dan mudah.
Pokoknya, apabila dikalkulasikan, anggaran untuk pembangunan jalan hotmix berkisar kurang lebih 100 miliar untuk tahun sekarang. ini hasil perjuangan seluruh aparat pemerintah dan DPRD yang mau memutar otak dan ketulusannya untuk menaikkan anggaran penyediaan fasilitas umum dari 25 miliar menjadi 100 miliar.
Selanjutnya, ada juga program pemerintah untuk rakyat kecil seperti dana santunan kematian, SD sampai SMP tidak dipungut biaya (gratis). Saya juga menekankan kepada seluruh kepala desa untuk tidak memungut biaya pembuatan KTP kartu keluarga dan akte kelahiran anak. Mengapa demikian? Untuk itu, agar desa tetap memiliki dana operasional, pemerintah akan menaikkan anggaran desa.
Program lain yang tak kalah pentingnya adalah diangkatnya para sekdes sebagai PNS. Pada pidato pengangkatan PNS Sekdes, saya menekankan dua catatan penting bagi para sekdes. Pertama, aspek administrasi pembangunan. Para sekdes-PNS ini secara langsung bertanggung jawab kepada kepala desa dan secara tidak langsung bertanggung jawab kepada bupati. Tugas sekdes adalah membantu kepala desa melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan desa. Oleh karena itu, para sekdes diharuskan kursus yang berkaitan dengan tekonologi informasi (IT), belajar hal-hal yang berhubungan dengan komputer. Karena ke depan, komputer menjadi alat utama dalam melaksanakan pekerjaan. Sekdes dituntut agar kemampuannya lebih tinggi dan masa lalu.
Dengan pengangkatan sebagai PNS, jangan sampai terjadi perubahan sikap sekdes yang beranggapan karena sudah PNS, ia tidak bertanggung jawab kepada kades, tapi kepada bupati. Kades tetap secara langsung bertanggung jawab membantu kepala desa karena keberhasilan kades merupakan keberhasilan
bupati. Tapi kades juga jangan menurut kalau diperintah melak ukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan peraturan. Karena sebagai PNS, pengangkatan dan pemberhentian sekdes bukan wewenang kepala desa, melainkan wewenang bupati. Bupati tidak äkan segan-segan memberhentikan sekdes yang statusnya sebagai PNS apabila tidak melakukan tugasnya dengan baik.
Kedua, aspek keuangan. Risiko yang ditimbulkan dan pengangkatan ini, bisa jadi gaji take home pay yang diterima para sekdes lebih besar daripada kepala desanya, bergantung pada golongannya. Hal ini harus menjadi bahan pertimbangan agar jangan sampai gaji sekdes lebih tinggi daripada gaji kepala desa. Apabila ini terjadi, akan memengaruhi kinerja dan kewibawaan kepala desa.
Lalu, apa tugas utama para sekdes-PNS ini? Inilah yang terus-menerus menjadi ganjalan pikiran saya. Bila mereka hanya bekerja seadanya, membantu kepala desa, lalu apa bedanya pada saat mereka belum menjadi PNS?
Saya memiliki beberapa pemikiran mengenai tugas sekdes. Pertama, kelemahan desa terletak pada sistem kearsipan dan administrasi yang acak-acakan. Masalah DPT yang diterbitkan KPU pada Pemilu 2009 merupakan cermin dari amburadulnya sistem administrasi kependudukan. Para sekdes memiliki tugas untuk menata ulang sistem administrasi desa, ia harus mendata ulang, memperbaiki, dan membuatnya menjadi teratur. Tidak hanya itu, para sekdes-PNS ini juga barus mampu membuat analisis perkembangan kemajuan desa, mereka harus mampu membuat grafik perkembangan yang akan menjadi dasar pembangunan. Karena para sekdes ini terus-menerus akan menjadi sekdes, seluruh program ini akan terus berlangsung walaupun para lurahnya berganti.
Kedua, program Wisata Desa atau Wisata Ngariung Jeung Urang Lembur merupakan tugas kedua yang harus dilaksanakan para sekdes. Kepala desa tentulah pelaku utama kegiatan ini, namun sekdes —dengan data yang sudah dimilikinya— menjadi penggerak utamanya. Kepala desa dan sekdes harus dapat
menganalisis kekuatan dan peluang potensi tradisi desa yang dapat dikembangkan menjadi unik dan khas. Sekali lagi, karena para sekdes akan tetap di desa walaupun kepala desanya berganti, semua program pemerintah akan terus berjalan sepanjang tahun.
Saya merasa yakin bahwa desa akan dapat bangkit kembali bila para sekdes menjaga amanah posisi barunya. Catatan penting yang hams diingat para sekdes adalah bahwa mereka digaji oleh rakyat. Oleh karena itu, mereka harus melayani rakyat sepenuh hati.
Refleksi: Desa Mengepung Kota
Kenapa harus kembali berkumpul di desa? Jawaban satu-satunya adalah karena di sana ada banyak ibu yang tulus. Merekalah sumber energi, malaikat Tuhan yang akan terus mendorong kita menjadi manusia. Dan ibu-ibu tua di desa itulah kita belajar mengayuh kehidupan tanpa kenal lelah. Sungguh, bagi saya, desa bisa mengepung kota bila semua warga masih mencintai ibunya.
Ini satu lagi kisah yang memberi inspirasi bagi saya bahwa ibulah yang sanggup membuat saya mewujudkan cita-cita “desa mengepung kota”.
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?” Ibunya menjawab, “Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak.” “Aku tak mengerti,” kata si anak lagi. lbunya -hanya tersenyum dan memeluknya erat, “Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti....”
Kemudian, anak itu bertanya kepada ayahnya, “Ayah, menga para Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?”Sang ayah menjawab,”Sernua wanita memang rnenañgis tanpa ada alasan. Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.
Pada suatu malam, Ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan,”Ya ALLah, mengapa wanita mudah sekaLi menangis?”
Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,”Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepata bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dan rahimnya, walau, seringkali puLa, Ia kerap berukangkali menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa. Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, watau telah tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apa pun, dan dalam situasi apa pun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, metalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak? Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkati pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita agar dapat digunakan kapan pun ía inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita walaupun sebenarnya air mata ini adatah air mata kehidupan.’
Maka dekatlah diri kita pada seorang ibu jika beliau masih hidup atau terus kenang ketabahan, air mata dan ketulusan matanya –jika ia sudah tiada. (tamat)
‪#‎inspirasikangdedi‬



Tidak ada komentar:

Posting Komentar