Wisata Desa: Petani dan Kebahagiaan)
Dulu saya sempat bertanya
pada seorang kiai apakah ada kesamaan antara falah dalam arti petani dan
falah dalam arti kemenangan seperti dalam azan (hayya ‘alal falah)?
Keduanya ternyata berasal dan kata yang sama, keduanya menunjuk arti
mengolah dan kebahagiaan. Maka saya bersyukur bahwa sebagian besar dan
warga Purwakarta adalah petani. ini berarti Purwakarta memiliki sumber
daya kebahagiaan yang luar biasa, sumber daya yang dapat menyelamatkan
kabupatën ini dan selamat dari stres.
Kenapa begitu? Karena saya
tahu, petani adalah orang orang yang selalu bersyukur dan kerja keras.
Bila hujan datang, petani bersiap menanam padi. Bila hujan tidak ada,
petani menyiapkan diri untuk menanam palawija dengan menggali sumur.
Satu hal yang sangat luar biasa dari petani adalah kesadarannya untuk
membayar zakat. Walaupun hasilnya pas-pasan, para petani adalah pembayar
zakat yang taat. Sementara para profesional (dokter, guru, dosen, PNS
secara umum, dan sejenisnya) biasanya pandai mengelak dan kewajiban
zakat ini membuktikan para petani adalah orang-orang yang pandai
bersyukur secara lahir dan batin.
Saya bermimpi suasana desa dengan
kearifan petani kembali muncul di Kabupaten Purwakarta. Karena itu,
saya akan mendorong ditumbuhkan kembali kesenian yang ada di desa desa.
Anak-anak harus mulai kembali dikenalkan dengan kaulinan barudak, di
desa-desa harus lagi dibuat kolecer, lomba layang-layang, dan
sejenisnya. Lebih dari itu, sejumlah upacara tradisi harus juga
diaktifkan kembali —tentu dengan beberapa penyesuaian agar tidak
bertentangan dengan ajaran agama. Semua itu difungsikan agar suasana
desa kembali terasa. Tentu saja, bersamaan dengan itu, desa-desa harus
kembali hijau dan asri. Jalanan harus ditata kembali agar bersih,
irigasi juga harus kembali baik agar sawah tetap berproduksi dalam
keadaan musim hujan atau kemarau.
Bila desa sudah tertata, saya
yakin Purwakarta akan digjaya salawasna. Salah satu alasannya adalah
desa akan menjadi sumber mata air kearifan dan kedamaian. Bila
orang-orang kota ingin lepas dan stres, datanglah ke desa, hiduplah
bersama orang-orang desa (bersama-sarna ngangon munding, menanam padi,
nguseup, membuat kolecer, dan sejenisnya). Hidup bersama di desa akan
menjadi obat stres yang paling mujarab.
Ide menjadikan ngariung
jeung urang lembur ini berasal dan beberapa informasi —dan tentu saja
berdasarkan keyakinan bahwa semua orang rnenyenangi kegiatan mudik.
Informasi pertama dari acara televisi seperti acara anak-anak “Si
Bolang” (Bocah Petualang) yang merampilkan suasana desa yang sedernikian
murni, ternyata kemurnian alam pedesaan dapat “dijual” dan menarik
perhatian banyak orang kota. Belum lagi ada acara liburan anak-anak kota
yang dikenalkan pada kehidupan pedesaan. Saya pernah melihat betapa
anak-anak kota terlihat antusias dan ceria ketika memandikan kerbau dan
naik di atas kerbau. Saya saat itu berpikir bukankah Purwakarta dapat
menjadi pusat wisata desa bagi orang-orang kota besar. Akses jalan tol
memungkinkan orang-orang dari Jakarta, sebelum ke Bandung, akan mampir
ke Purwakarta, mengunjungi desa-desa untuk tinggal sehari.
Informasi kedua adalah
tayangan televisi juga, tentang “Tukar Nasib”.Pada acara itu kelurga
kaya bertukar nasib dalam waktu sehari semalam dengan keluarga miskin.
Saya pikir, kenapa mereka (keluarga:
kaya itu) tidak sekalian saja
tukar nasib dengan orang orang desa. Mereka tinggal di rumah-rumah orang
desa, pagi-pagi mencari kayu bakar, kemudian ke sawah, memandikan
kerbau, mengikuti rapat desa, dan seterusnya. Bila acara “Tukar Nasib”
bisa dilakukan, acara wisata ngariung jeung urang lembur juga bisa
dilakukan. Syaratnya, tentu saja setiap desa harus memiliki kekhasan
tradisi dan saya yakin tradisi Sunda —bila dibangkitkan— akan menjadi
daya tarik tersendiri. Saya menduga, daya tarik Bali yang utama bukanlah
pantainya, melainkan suasana pedesaan dan tradisi yang kental. Saya
juga yakin, para wisatawan suatu ketika akan bosan pada suasana pedesaan
Bali dan menginginkan suasana pedesaan dan daerah lain.
Informasi
ketiga saya dapatkan dari tulisan Jalaluddin Rakhmat tentang kesuksesan
(lihat buku Meraih Kebahagiaan, Simbiosa, Bandung), pada salah satu
babnya, ia menulis bahwa sukses itu menyimpan racun tersendiri. Racunnya
adalah rasa stres, gelisah, dan selalu tidak percaya pada orang lain.
Orang sukses terkena racun untuk terus-menerus mendapatkan kesuksesannya
itu, mereka memiliki pninsip semua hal harus menghasilkan untung, in
menyebabkan mereka akan menghitung semua kegiatan, bahkan teman dan
saudara-saudaranya berdasarkan dapat memberikan untung atau tidak;
akhirnya mereka kesepian (kehilangan ketulusan persahabatan dan
kebahagiaan keluarga). Untuk bisa mendapatkan kebahagiaan,
menurut
Jalaluddin Rakhmat, mereka kemudian membeli sejumlah barang-barang
berharga, hiburan yang luar biasa, dan mengubah penampilannya. Pada
mulanya, mereka merasa senang, namun rasa sepi sendiri memunculkan
kebosanan. Lalu, mereka mengikuti pelatihan kepribadian atau pengajian
agama yang “aneh-aneh” atau bersifat pragmatis, semuanya dilakukan untuk
membuat dirinya tenang.
Bila kesuksesan membuat seseorang begitu
kesepian, apa obatnya? Kembali ke desa adalah obat yang mujarab. Di desa
mereka akan mendapatkan pelajaran rasa syukur. Begitu hidup bersama
orang-orang desa, mereka akan menemukan bahwa dirinya sudah mendapat
anugerah Tuhan yang sedemikian besar. Mereka malu untuk merasa kurang,
mereka akan belajar menerima kehidupan.
Sekali lagi, saya yakin,
wisata ngariung jeung urang lembur dapat menjadi alternatif bagi
sejumlah wisata yang ada. Saya akan terus bermimpi, di masa depan
orang-orang akan datang ke Purwakarta belajar kearifan urang lembur.
Namun, perlu dikemukakan, semua itu hanya mungkin terjadi bila semua
warga Purwakarta bersedia berubah.
Beberapa Kebijakan untuk Desa
Program saya yang utama sebagai bupati adalah memuliakan desa. Pertama,
pada tahun 2008 sampai tahun 2009 saya memfokuskan pada pembanguñan
jalan besar dan selanjutnya jalan-jalan kecil. Jalan besar dari
Pasawahan ke Margasari akan dibangun, kemudian jalan dari Citalang ke
Cirende yang sekarang sedang di-hotmix sampai ke Wanawali, dan insya
allah jalan itu akan diperbaki sampai ke Sagalaherang. Selanjutnya, juga
akan diteruskan sampai ke pintu tol Kopo melalui rute:
Cilandak,
Kertamukti, Cimahi, Cijunti, Karangmukti dan bersambung lagi hingga
jalan besar di Kopo. Pada tahun 2009, perjalanan ke Cianjur cukup hanya 1
jam, tidak perlu ke Sukatani - tapi melalui ke Lembur Situ, Sukajadi,
Kertasari,
Cilingga, Sadar karya, Depok sampai ke tujuan (Cianjur)
semua jalannya sudah di-hotmix. Demikian juga jembatan layang akan
segera dibangun yang menghubungkan SMP 5 dan SMP 2 sehingg a perjalanan
dan transportasi akan semakin cepat dan mudah.
Pokoknya, apabila
dikalkulasikan, anggaran untuk pembangunan jalan hotmix berkisar kurang
lebih 100 miliar untuk tahun sekarang. ini hasil perjuangan seluruh
aparat pemerintah dan DPRD yang mau memutar otak dan ketulusannya untuk
menaikkan anggaran penyediaan fasilitas umum dari 25 miliar menjadi 100
miliar.
Selanjutnya, ada juga program pemerintah untuk rakyat kecil
seperti dana santunan kematian, SD sampai SMP tidak dipungut biaya
(gratis). Saya juga menekankan kepada seluruh kepala desa untuk tidak
memungut biaya pembuatan KTP kartu keluarga dan akte kelahiran anak.
Mengapa demikian? Untuk itu, agar desa tetap memiliki dana operasional,
pemerintah akan menaikkan anggaran desa.
Program lain yang tak
kalah pentingnya adalah diangkatnya para sekdes sebagai PNS. Pada pidato
pengangkatan PNS Sekdes, saya menekankan dua catatan penting bagi para
sekdes. Pertama, aspek administrasi pembangunan. Para sekdes-PNS ini
secara langsung bertanggung jawab kepada kepala desa dan secara tidak
langsung bertanggung jawab kepada bupati. Tugas sekdes adalah membantu
kepala desa melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan administrasi
pemerintahan desa. Oleh karena itu, para sekdes diharuskan kursus yang
berkaitan dengan tekonologi informasi (IT), belajar hal-hal yang
berhubungan dengan komputer. Karena ke depan, komputer menjadi alat
utama dalam melaksanakan pekerjaan. Sekdes dituntut agar kemampuannya
lebih tinggi dan masa lalu.
Dengan pengangkatan sebagai PNS, jangan
sampai terjadi perubahan sikap sekdes yang beranggapan karena sudah
PNS, ia tidak bertanggung jawab kepada kades, tapi kepada bupati. Kades
tetap secara langsung bertanggung jawab membantu kepala desa karena
keberhasilan kades merupakan keberhasilan
bupati. Tapi kades juga
jangan menurut kalau diperintah melak ukan pekerjaan yang tidak sesuai
dengan peraturan. Karena sebagai PNS, pengangkatan dan pemberhentian
sekdes bukan wewenang kepala desa, melainkan wewenang bupati. Bupati
tidak äkan segan-segan memberhentikan sekdes yang statusnya sebagai PNS
apabila tidak melakukan tugasnya dengan baik.
Kedua, aspek
keuangan. Risiko yang ditimbulkan dan pengangkatan ini, bisa jadi gaji
take home pay yang diterima para sekdes lebih besar daripada kepala
desanya, bergantung pada golongannya. Hal ini harus menjadi bahan
pertimbangan agar jangan sampai gaji sekdes lebih tinggi daripada gaji
kepala desa. Apabila ini terjadi, akan memengaruhi kinerja dan
kewibawaan kepala desa.
Lalu, apa tugas utama para sekdes-PNS ini?
Inilah yang terus-menerus menjadi ganjalan pikiran saya. Bila mereka
hanya bekerja seadanya, membantu kepala desa, lalu apa bedanya pada saat
mereka belum menjadi PNS?
Saya memiliki beberapa pemikiran
mengenai tugas sekdes. Pertama, kelemahan desa terletak pada sistem
kearsipan dan administrasi yang acak-acakan. Masalah DPT yang
diterbitkan KPU pada Pemilu 2009 merupakan cermin dari amburadulnya
sistem administrasi kependudukan. Para sekdes memiliki tugas untuk
menata ulang sistem administrasi desa, ia harus mendata ulang,
memperbaiki, dan membuatnya menjadi teratur. Tidak hanya itu, para
sekdes-PNS ini juga barus mampu membuat analisis perkembangan kemajuan
desa, mereka harus mampu membuat grafik perkembangan yang akan menjadi
dasar pembangunan. Karena para sekdes ini terus-menerus akan menjadi
sekdes, seluruh program ini akan terus berlangsung walaupun para
lurahnya berganti.
Kedua, program Wisata Desa atau Wisata Ngariung
Jeung Urang Lembur merupakan tugas kedua yang harus dilaksanakan para
sekdes. Kepala desa tentulah pelaku utama kegiatan ini, namun sekdes
—dengan data yang sudah dimilikinya— menjadi penggerak utamanya. Kepala
desa dan sekdes harus dapat
menganalisis kekuatan dan peluang
potensi tradisi desa yang dapat dikembangkan menjadi unik dan khas.
Sekali lagi, karena para sekdes akan tetap di desa walaupun kepala
desanya berganti, semua program pemerintah akan terus berjalan sepanjang
tahun.
Saya merasa yakin bahwa desa akan dapat bangkit kembali
bila para sekdes menjaga amanah posisi barunya. Catatan penting yang
hams diingat para sekdes adalah bahwa mereka digaji oleh rakyat. Oleh
karena itu, mereka harus melayani rakyat sepenuh hati.
Refleksi: Desa Mengepung Kota
Kenapa harus kembali berkumpul di desa? Jawaban satu-satunya adalah
karena di sana ada banyak ibu yang tulus. Merekalah sumber energi,
malaikat Tuhan yang akan terus mendorong kita menjadi manusia. Dan
ibu-ibu tua di desa itulah kita belajar mengayuh kehidupan tanpa kenal
lelah. Sungguh, bagi saya, desa bisa mengepung kota bila semua warga
masih mencintai ibunya.
Ini satu lagi kisah yang memberi inspirasi
bagi saya bahwa ibulah yang sanggup membuat saya mewujudkan cita-cita
“desa mengepung kota”.
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki
yang bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?” Ibunya
menjawab, “Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak.” “Aku tak mengerti,”
kata si anak lagi. lbunya -hanya tersenyum dan memeluknya erat, “Nak,
kamu memang tak akan pernah mengerti....”
Kemudian, anak itu
bertanya kepada ayahnya, “Ayah, menga para Ibu menangis? Sepertinya Ibu
menangis tanpa ada sebab yang jelas?”Sang ayah menjawab,”Sernua wanita
memang rnenañgis tanpa ada alasan. Hanya itu jawaban yang bisa diberikan
ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap
bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.
Pada suatu malam, Ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan,”Ya ALLah, mengapa wanita mudah sekaLi menangis?”
Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,”Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya
menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya agar mampu menahan seluruh
beban dunia dan isinya walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan
lembut untuk menahan kepata bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan
wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dan
rahimnya, walau, seringkali puLa, Ia kerap berukangkali menerima cerca
dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap
bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa. Pada
wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih,
walau sakit, watau telah tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita,
perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam
kondisi apa pun, dan dalam situasi apa pun. Walau, tak jarang
anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula
yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan
lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap
dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing
suaminya, metalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab,
bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar
tak terkoyak? Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk
memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang
tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkati pula, kebijaksanaan itu
akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap
berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan,
akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya.
Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita agar dapat digunakan kapan
pun ía inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita walaupun
sebenarnya air mata ini adatah air mata kehidupan.’
Maka dekatlah
diri kita pada seorang ibu jika beliau masih hidup atau terus kenang
ketabahan, air mata dan ketulusan matanya –jika ia sudah tiada. (tamat)
#inspirasikangdedi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar