expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 18 April 2017

DEDI MULYADI SOSOK DANGIANG KI SUNDA HARAPAN ORANG SUNDA

Sosok Dedi Mulyadi seperti hadir sebagai harapan orang Sunda dalam melawan arus sisi negatif era globalisasi, disaat orang Sunda hanyut dalam gaya hidup kemoderan barat yang jauh dari kultur maupun adat istiadat orang Sunda.
Kang Dedi mampu mempresentasikan dirinya sebagai sosok urang Sunda dari mulai tutur kata, berpakaian sampai pemikiran pemikiran asli urang Sunda, Kang Dedi berani menjalani semua ini tidak sekedar retorika belaka, namun dijalaninya sebagai filosifi kehidupan dirinya maupun dijadikan salah satu sumber pemikiran untuk membangun daerahnya
Berawal dari ucapan salam sampurasun, sebuah salam yang berasal dari tatanan kearifan lokal suku Sunda, sekarang salam sampurasun ini sudah tidak asing lagi jika ada orang yang mengucapkan, salam sampurasun di ucapkan bagi seorang Muslim biasanya didahului salam Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Sampurasun yang mengandung arti menurut Kang Dedi Mulyadi Sampurasun berasal dari kalimat "sampurna ning ingsuh" yang memiliki makna "sempurnakan diri Anda".
Kesempurnaan diri adalah tugas kemanusiaan yang meliputi penyempurnaan pandangan, penyempurnaan pendengaran, penyempurnaan pengisapan, dan penyempurnaan pengucapan yang semuanya bermuara pada kebeningan hati.
"Pancaran kebeningan hati akan mewujudkan sifat kasih sayang hidup manusia, maka orang Sunda menyebutnya sebagai ajaran Siliwangi, silih asah, silih asih, silih asuh,"
Kemudian ikeut kepala, Sebagain sesepuh mengartikan bentuk segi empat yang terdiri dari empat sudut melambangkan unsur-unsur yang ada pada diri manusia yakni air, api, udara/ angin, dan tanah. Di Tatar Sunda, empat unsur tersebut dikenal dengan istilah "acining hirup" sesuai dengan asal mula kehidupan manusia dari saripati tanah. Sedangkan kalima pancer mengandung arti terpusat atau terpancar kepada Tuhan Pencipta alam semesta.
Dengan demikian dulur opat kalima pancer melambangkan sifta-sifat dasar manusia yang harus seimbang dan harus dimanfaatkan dengan tetap berpedoman kepada aturan Tuhan. Sebagai contoh, sifat amarah (unsur api) harus seimbang dengan sifat tenang dan sejuk (unsur air). Jadi hal ini sebenarnya erat hubungannya dengan arti keimanan manusia terhadap Tuhannya.
Beberapa budayawan Sunda mengartikan bentuk segi empat dengan empat arah utama mata angin yang selalu dipakai dalam peta dan tataletak nusantara yakni Utara, Barat, Timur, dan Selatan. Dari empat arah utama ini muncul turunannya yaitu Tenggara, Barat Daya, Tumur Laut, dan Barat Laut yang semuanya berfungsi sebagai pedoman dan penunjuk arah. Dalam filosofi iket arah di sini adalah arah dan tujuan hidup manusia.
Dari bentuk segi empat kemudian dilipat menjadi segitiga yang berarti Tritangtu. Lipatan ini sudah membentuk sebuah sistem yakni karamaan, karesian, dan karatuan. Karamaan berati kebijakan, karesian berati ilmu pengetahuan, dan karatuan berati gerakan. Ketiga komponen terebut tidak boleh dipisahkan dan harus tetap seimbang.
Saat ini kita melihat seperti sudah menjadi identitas setiap kepala daerah di wilayah Jawa Barat mengikuti jejak Kang Dedi Mulyadi.
Kemudian Kang Dedi dalam kesehariannya membudayakan berpakain pangsi, Para sesepuh baheula (nenek moyang) menjelaskan bahwa dalam setiap bentuk dan jahitan pangsi mengandung makna yang dapat dijadikan pengingat para pemakainya agar selalu introspeksi.
Kita bisa memaknainya jika memakai pangsi komrang bagi seorang lelaki akan leluasa untuk bergerak dan menyehatkan badan.
Itulah sosok Kang Dedi Mulyadi yang menurut Profesor Nina Herlina Lubis, guru besar ilmu sejarah sekaligus sejarahwan pada jurusan sejarah Unpad menyebut Dedi sebagai maesenas artinya dia (Dedi) piawai bak maestro yang pemikiran kebudayaannya orisinil. Dedi pun, menurut Prof Nina bukan hanya dalam hal pemikirannya saja namun beliau juga konsisten menterjemahkan pemikirannya itu pada kebijakan pembangunan di Kabupaten Purwakarta dengan spirit budaya Sunda. Lebih lanjut Prof Nina mengungkapkan bahwa Bupati Purwakarta bukan sembarang Bupati. Beliau adalah sosok yang aheng (unik), karena beliau bukan tipikal birokrat biasa. Beliau memiliki pemikiran yang luar biasa tentang kebudayaan.
"Beliau memiliki perhatian yang khusus tentang sejarah dan budaya. Selain itu beliau tak ragu membantu siapapun yang punya kepedulian dalam penelitian ilmiah bertajuk budaya Sunda. Sebagai pribadi saya ingin menjuluki Kang Dedi sebagai Maesenas, yaitu pelindung kebudayaan, pelindung seni dan seniman",
Inilah sosok DANGIANG KI SUNDA Kang Dedi Mulyadi, sosok harapan kita semua sebagai orang Sunda. (DKS)
#inspirasikangdedi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar