Sebenarnya kalau kita melihat kandidat untuk Pilgub Jabar 2018
mengerucut kepada 2 nama saja Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil, kenapa
demikian? kedua tokoh ini memang sangat populer di Medsos dibandingkan
kandidat kandidat yang lainnya.
Kedua tokoh ini memang telah mempersiapkan sedemikian rupa untuk kampanye di Medsos ini, lihat saja dari jumlah fans page mereka di Facebook, Kang Dedi Mulyadi telah memiliki 4 Juta lebih yang menyukainya dan Kang Emil sekitar hampir 3 Jutaan.
Bagi Kang Emil tentu akan banyak lawan politik yang seolah olah mendukungnya untuk maju di Pilgub Jabar 2018, kenapa demikian karena bangku wali kota Bandung yang di tinggalkan Kang Emil akan menjadi lebih kompetitif untuk di perebutkan, dibandingkan dengan jika Kang Emil bertahan untuk menjadi wali kota Bandung untuk kedua kalinya, kasus Kang Emil ini akan sama dengan yang tejadi untuk pemilihan wali kota Surabaya pada Pilkada 2015, kesulitan mencari lawan bertarung.
Strategi lawan politik menjadi kawan atau pendukung ini pernah juga terjadi menjelang Pilgub DKI 2017, dimana banyak pihak maupun parpol yang mengharapkan Kang Emil maju di Pilkada DKI melawan Ahok, namun Kang Emil mengatakan ini seperti Ngajongklokkeun, bagi saya sebagai salah satu tim Kang Dedi Mulyadi, tidak masalah jika untuk Pilkada Jabar 2018 nanti Kang Emil akan menjadi lawan, namun saya mungkin juga jutaan rakyat Jawa Barat menyayangkan saja jika 2 (dua) putera Jawa Barat yang berprestasi akan saling bersaing untuk memperebutkan kursi Jabar 1 dan salah satunya akan terhempas.
Sebenarnya jika kita masyarakat Sunda pandai mengatur strategi untuk dapat melawan tradisi kekuasaan di Indonesia, salah satunya dengan cara ada yang mengalah untuk pencapaian kekuasaan tertinggi di pencaturan politik di Indonesia, kalau kita telaah dalam catatan sejarah sejak zaman kemerdekaan baru Pak Yogi SM. di era Pak Harto, Gubernur Jawa Barat yang menjadi Mendagri ketika itu. ini salah satu gambaran kecil kalau suku Sunda belum memiliki peranan besar dalam kekuasaan di Indonesia, memang ada Pak Umar Wirahadikusumah yang pernah menjadi Wakil Presiden , namun secara keseluruhan orang Sunda masih kalah bersaing. Kita sesama orang Sunda harus ada konsensus dan kompak agar satu ketika ada Orang Sunda yang menguasai kekuasaan di Indonesia dan jika tidak di upayakan dari sekarang kapan lagi.
Maaf, ini hanya sekedar usulan jika saja Kang Emil mau bersabar mengisi Jabatan Wali Kota Bandung untuk kedua kalinya, sambil menghimpun kekuatan politik dan materi untuk maju nantinya di Pilkada DKI 2022 menggantikan Gubenur DKI terpilih nanti hasil pilkada 2017, itu merupakan strategi politik yang sangat jitu dan tinggal selangkah lagi menjadi RI 1, sekali lagi ini hanya opini dari rakyat biasa orang Bandung, yang ingin orang Sunda tandang makalangan dan tidak saling jegal, saya juga tidak ingin Kang Emil seperti "moro julang ngaleupaskeun peusing".(DKS)
Kedua tokoh ini memang telah mempersiapkan sedemikian rupa untuk kampanye di Medsos ini, lihat saja dari jumlah fans page mereka di Facebook, Kang Dedi Mulyadi telah memiliki 4 Juta lebih yang menyukainya dan Kang Emil sekitar hampir 3 Jutaan.
Bagi Kang Emil tentu akan banyak lawan politik yang seolah olah mendukungnya untuk maju di Pilgub Jabar 2018, kenapa demikian karena bangku wali kota Bandung yang di tinggalkan Kang Emil akan menjadi lebih kompetitif untuk di perebutkan, dibandingkan dengan jika Kang Emil bertahan untuk menjadi wali kota Bandung untuk kedua kalinya, kasus Kang Emil ini akan sama dengan yang tejadi untuk pemilihan wali kota Surabaya pada Pilkada 2015, kesulitan mencari lawan bertarung.
Strategi lawan politik menjadi kawan atau pendukung ini pernah juga terjadi menjelang Pilgub DKI 2017, dimana banyak pihak maupun parpol yang mengharapkan Kang Emil maju di Pilkada DKI melawan Ahok, namun Kang Emil mengatakan ini seperti Ngajongklokkeun, bagi saya sebagai salah satu tim Kang Dedi Mulyadi, tidak masalah jika untuk Pilkada Jabar 2018 nanti Kang Emil akan menjadi lawan, namun saya mungkin juga jutaan rakyat Jawa Barat menyayangkan saja jika 2 (dua) putera Jawa Barat yang berprestasi akan saling bersaing untuk memperebutkan kursi Jabar 1 dan salah satunya akan terhempas.
Sebenarnya jika kita masyarakat Sunda pandai mengatur strategi untuk dapat melawan tradisi kekuasaan di Indonesia, salah satunya dengan cara ada yang mengalah untuk pencapaian kekuasaan tertinggi di pencaturan politik di Indonesia, kalau kita telaah dalam catatan sejarah sejak zaman kemerdekaan baru Pak Yogi SM. di era Pak Harto, Gubernur Jawa Barat yang menjadi Mendagri ketika itu. ini salah satu gambaran kecil kalau suku Sunda belum memiliki peranan besar dalam kekuasaan di Indonesia, memang ada Pak Umar Wirahadikusumah yang pernah menjadi Wakil Presiden , namun secara keseluruhan orang Sunda masih kalah bersaing. Kita sesama orang Sunda harus ada konsensus dan kompak agar satu ketika ada Orang Sunda yang menguasai kekuasaan di Indonesia dan jika tidak di upayakan dari sekarang kapan lagi.
Maaf, ini hanya sekedar usulan jika saja Kang Emil mau bersabar mengisi Jabatan Wali Kota Bandung untuk kedua kalinya, sambil menghimpun kekuatan politik dan materi untuk maju nantinya di Pilkada DKI 2022 menggantikan Gubenur DKI terpilih nanti hasil pilkada 2017, itu merupakan strategi politik yang sangat jitu dan tinggal selangkah lagi menjadi RI 1, sekali lagi ini hanya opini dari rakyat biasa orang Bandung, yang ingin orang Sunda tandang makalangan dan tidak saling jegal, saya juga tidak ingin Kang Emil seperti "moro julang ngaleupaskeun peusing".(DKS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar