expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 11 Maret 2017

DEDI MULYADI SANG PENDEKAR KEBAIKAN

RASA, ada yang tak boleh hilang dengan ini. 
Tidak karna terjebak romansa nuansa,. 
tapi sejatinya adalah hal yang sangat prinsipil 
akan sebuah pilihan, pilihan atas konstruksi “kapital” dan konstruksi “sosial”. 
Biar pundi ku tak berisi penuh selama “rasa” menjadi bagiannya, 
lebih indah dibanding pundi terisi penuh tapi tak tercecap “rasa”.




Puisi diatas seperti gambaran kecil kehidupan seorang Dedi Mulyadi, apa yang dilakukannya bukanlah pencitraan karena seperti inilah karakter seorang Dedi Mulyadi, ketika dilihatnya ada yang kurang pas selalu merespon dengan cepat entah sedang berada dimana atau sedang bersama siapa, hidupnya dijalaninya seperti hanya untuk mengabdi kepada sesama.
Sulit mencari perbandingan untuk seorang Dedi Mulyadi itu, dalam hal tolong menolong terhadap sesama, falsafah kehidupan orang Sunda silih asah, silih asih, silih asuh, tukang tutulung kanu keur butuh, tukang tatalang kanu keur susah, tukang nganteur kanu keur siuen dan tukang nyaangan kanu keur poekkeun benar benar menjadi jalan hidupnya, bayangkan tercatata sudah 3 (tiga) orang yang pingsan setelah menerima bantuan Kang Dedi, kita juga masih ingat belum lama ini kalau bukan uluran Kang Dedi bayi kembar siam asal Sumedang Devina Devani yang biaya operasi pemisahannya mencapai 500 juta tidak mungkin dapat terlaksana.
Sebenarnya kenapa saya sebut ini bukan pencitraan, karena semua yang suka ditulis media itu tidak seberapa dari uluran Kang Dedi kepada sesama yang tidak diberitakan, saya pribadipun pernah mengalami hal ini. Kebaikan Kang Dedi Mulyadi yang tidak di tulis media itu bahkan sangat mencengangkan, hanya pribadi yang dibantunya saja yang tahu dan mungkin orang orang terdekat Kang Dedi, jika tidak percaya silahkan datang ke Purwakarta tanyakan kepada orang orang yang sekiranya dekat dengan beliau.
Lihat saja perlakuan Kang Dedi hari ini, ketika beliau membantu Pak Abdul Gani warga Surabaya yang hendak pulang ke Lampung dengan berjalan kaki dan menaikkan keluarganya ke Gerobak, tentu sepanjang perjalan banyak orang yang melihat pemandangan mengenaskan ini, apa ada yang peduli?
Lihat saja saja bagaimana Kang Dedi Mulyadi memperlakukan anak istri Pak Goni mereka dijamu, tidur di rumah dinas bupati, dibelikan pakaian layak dan diberi modal usaha, kira kira ada orang yang super baik seperti Kang Dedi Mulyadi, sepanjang saya hidup belum ada orang yang memiliki jiwa sinterklas atau sang pendekar kebaikan, karena inilah Kang Dedi dan julukan inipun menurut saya belum sepadan jika diukur dari semua kebaikannya kepada sesama selama ini. (DKS)
#inspirasikangdedi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar