A. Telaah Penerapan Peribahasa CCPKSSPI dan Sejarah
4) Telaah peribahasa CCPKSSPI dan kematangan
Gejolak masyarakat seiring dengan waktu terus bergulir, bervariasi,
masuk akal, tidak masuk akal, dan hal-hal baru terus dihadapi
oleh
individu. Kematangan pun tidak hanya ditemukan pada jiwa manusia yang
merupakan tingkat kedewasaan dalam cara berpikir dan bertindak,
melainkan ia mampu pula menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi dan
kemudian menentukan sikap dalam menghadapinya.
Suatu kondisi yang
terjadi baik melalui pengalaman nyata atau informasi dan mulut ke mulut,
maka individu yang sudah memiliki tingkat kematangan baik, maka ia akan
mempertimbangknya dengan santun. Gejolak yang ada, mengalami proses
berpikir sehingga invidu akan dapat menentukan masalah, baik di
lingkungan keluarga, tetangga, masyarakat, bangsa dan negara. Adanya
situasi yang berbeda, maka individu pun harus segera menyesukan dirinya
terhadap masalah yang dihadapi.
Kasus yang terjadi pada suatu
situasi, maka kewaspadaan, kehatihatian, kebijakan dan keadilan harus
ditempatkan pada situasi dan kondisi yang sebenarnya terjadi untuk
ditindaklanjuti. Seperti pada kilasan sejarah perjalanan sejarah
Purwakarta, pada tulisan ini dimaksudkan sebagai sebuah kasusitis yang
langsung atau tidak langsung dihadapi oleh stiap orang. seperti
diungkapkan Dr. A. Sobana Hardjasaputra, S.S.,M.A. yang terdapat dalam
buku sejarah Purwakarta (2003), dalam penelitiannya yang berjudul
sejarah purwakarta adalah sebagai berikut;
1. Peribahasa CCPKSSPI sebagai kesiapan mental dan perlengkapan
hitstrasi
Sultan Agung Sultan Mataram pada tahun 1632 mengutus Wiraperbangsa dan
Galuh. Saat itu 1.000 prajurit dengan keluarganya menemaninya menuju
Karawang. Tujuan utama pasukan yang dipimpin oleh Wiraperbangsa adalah
membebaskan Karawang dan pengaruh Banten. Karawang menjadi tempat untuk
mempersiapkan logistik dan perlengkapan persiapan dalam melakukan
penyerangan terhadp VOC (Belanda) di Batavia. Sebelumnya, penyerangan
pernah dilakukan oleh Aria Wirasaba yang kemudian dianggap gagal karena
kurang persiapan dan perlengkapan. Begitu pula tidak ada tempat untuk
mempers iapkan karena karawang masth dikuasai oleh Banten.
Catatan
Gambaran peribahasa yang ada saat itu adalah “bru dijuru bro dipanto
ngalayah ditengah imah” dengan persiapan yang lengkap maka kemenangan
sudah di depan mata. Disini peribahasa CCPKSSPI berusaha mempersiapkan
baik, makanan, perlengkapan perang dan persiapan mental.
2. Peribahasa CCPKSSPI dan kesiapan menjalankan tugas
Ilustrasi
Tugas yang diberikan kepada Wiraperbangsa dapat dilaksanakan dengan
baik dan hasilnya langsung dilaporkan kepada Sultan Agung. Atas
keberhasilannya, Wiraperbangsa oleh Sultan Agung dianugerahi jabatan
wedana (setingkat bupati) di Karawang dan diberi gelar Adipati Kertabumi
III serta diberi hadiah sebilah keris yang bernama Karosinjang.
Setelah penganugerahan gelar tersebut yang dilakukan di Mataram,
Wiraperbangsa bermaksud akan segera kembali ke Karawang. Namun,
sebelumnya Beliau singgah dahulu ke Galuh untuk menjenguk keluarganya.
Atas takdir Illahi, Beliau kemudian wafat saat berada di Galuh.
Catatan
Peribahasa CCPKSSPI dalam menjalankan tugas harus mempersiapkan diri
baik pengetahuan, sikap, keterampilan, ideologi, dan keyakinan serta
kemampuan dalam memutuskan sesuatu yang menjadi
masalah. Seorang
individu yang kemudian menjalankan tugas sebagai pemimpin memerlukan
kesiapan mental seorang pemimpin dengan berusaha bertindak adil,
bijaksana, dan mampu menjaga tekad, ucap, lampah, dan paripolah.
Dalam penampilan, seorang pemimpin harus menjalankan tugasnya dengan
menunjukkan perilaku baik, berpakaian baik, dan seiring dengan perbuatan
yang harus dilakukan oleh seorang pemirnpin.
individu yang menjadi
pemimpin pun haruss mengelola tata pemerintahan, mengidentifikasi
kebutuhan masyarakat, pola pikir dalam mempersiapkan dan menjaga sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan pemenuhan kebutuhan antara bangsa
dan negara. Menjadi pemimpin harus masagi.
3. Peribahasa CCPKSSPI sebagai sebuah kehormatan
Ilus trasi
Setelah Wiraperbangsa wafat, jabatan bupati di Karawang dilanjutkan
oleh putranya yang bemama Raden Singaperbangsa dengan gelar Adipati
Kertabumi IV yang memerintah pada tahun
1633-1677.
Pada abad
XVII kerajaan terbesar di Pulau Jawa adalah Mataram dengan raja yang
terkenal yaitu Sultan Agung Hanyokrokusumo. la tidak menginginkan
wilayah Nusantara diduduki atau dijajah oleh bangsa lain dan ingin
mempersatukan Nusantara.
Dalam upaya mengusir VOC yang telah
menanamkan kekuasaan di Batavia, Sultan Agung mempersiapkan diri dengan
terlebih dahulu menguasai daerah Karawang untuk dijadikan basis atau
pangkal perjuangan dalam menyerang VOC.
Ranggagede diperintalmya
untuk mempersiapkan bala tentara/prajurit dan logistik dengan membuka
lahan-lahan pertanian yang kemudian berkembang menjadi lumbung padi.
Tanggal 14 September 1633 Masehi bertepatan dengan tanggal 10 Maulud
1043 Hijriah, Sultan Agung melantik Singaperbangsa sebagai Bupati
Karawang yang pertama sehingga secara tradisi setiap tanggal 10 Maulud
diperingati sebagai Han Jadi Kabupaten Karawang.
Berawal dan
sejarah tersebut dan perjuangan persiapan proklamasi kemerdekaan RI,
Karawang lebih dikenal dengan julukan sebagai kota pangkal perjuangan
dari daerah lumbung padi Jawa Barat.
Catatan
Kematian, kapan
pun, di mana pun bisa teijadi. Entah pejabat, pemerintah, bangsa
termasuk individu sebagai simpulan dan semua itu akan mengalami
kematian. Adalah benar kematian tidak bisa dihindari, tetapi yang harus
dipersiapkan adalah siapa yang akan meneruskan kehidupan ini setelah
individu yang bersangkutan meninggalkan dunia ini.
#inspirasikangdedi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar