Jakarta - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dan Wali Kota Bandung Ridwan
Kamil menjadi pembicara dalam Kongres Nasional Kebebasan Beragama dan
Berkeyakinan (KBB) yang diadakan oleh Komnas HAM. Dua orang yang
digadang-gadang maju dalam Pilgub Jabar 2018 ini lalu bicara soal
kebebasan beragama dan toleransi.
Dedi dan Ridwan
Kamil hadir di sesi berbeda. Dedi datang lebih dulu ke kongres yang
digelar di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Kuningan Timur, Jakarta
Selatan, Kamis (16/3/2017), itu pada pukul 12.30 WIB, dengan menggunakan
pakaian putih-putih lengkap dengan pengikat kepala. Dedi mengatakan
konflik yang terjadi di Indonesia disebutkan karena kekuasaan, bukan
karena nama agama.
"Menjadi konflik jika isu agama jadi komoditas
politik. Tiap individu menggunakan agama sebagai kekuatan politik. Isu
agama akan selalu ada karena dikapitalisasi, dan selama kita masih
memilih secara langsung (pilkada), isu agama akan terus dimainkan," ujar
Dedi dalam pemaparannya.
Dalam hal ini Dedi memberi solusi, KPU
harus melakukan ideologi calon sebagai tes. Bukan hanya sekadar sehat,
karena dalam kepemimpinan, ideologilah yang paling berperan.
"Kepala
daerah tidak boleh takut memberi ruang kepada orang untuk menjalankan
agamanya. Kepala daerah atau calon juga tidak mengkapitalisasi isu agama
sebagai sentral bagi kemenangan dia," ujarnya.
Ridwan Kamil datang
setelah Dedi meninggalkan tempat kongres. Ridwan datang pukul 15.00 WIB
mengenakan batik cokelat lengan panjang.
Ridwan mengaku merasa sedih
karena masih harus mengurusi intoleransi. Jika ada yang mengalami
perbedaan, ia meminta warga mendatangi negara.
"Kami ini pemimpin
daerah, dari daging sapi, elang mati, sampai toleransi masih harus saya
urus. Terus terang kami sedih, ini masih hadir di tahun-tahun seperti
ini. Tapi apa pun, itu tanggung jawab kami selaku pemimpin. Saya datangi
organisasi radikal di Bandung," ujar Ridwan Kamil.
"Saya dengarkan,
apa perbedaan Anda, sampaikan ke negara, jangan turun sendiri. Inilah
logika yang sedang saya bangun. Saya bilang, se-iya-iyanya fakta itu,
sampaikan kepada negara, pemerintah, itu yang sekarang kami buka peran,"
sambungnya.
Ridwan mengatakan, selama 5 tahun ini sudah ada 309-an
rumah ibadah nonmuslim yang dibangun. Dalam hal ini, ia mengatakan
berfokus pada pemberantasan intoleransi.
"Saya tahun ini fokus
memberantas intoleransi dan berita hoax. Ini kita lawan dengan
kedewasaan dan pendidikan, pemuka agama konten digital. Tolong
konten-konten digital bisa kita lawan berita provokasi seperti itu,
karena memang problem masih banyak," ujarnya.
"Kami ini diapresiasi,
alhamdulillah, warga hormat, bergandengan tangan, hanya itu. Indonesia
datang dari keberagaman. Jika ada perbedaan, gunakan instrumen negara,
untuk komunikasi," pungkasnya.
(imk/imk)
#inspirasikangdedi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar