Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada kedua orang tuanya. Kewajiban ini tidaklah gugur bila seseorang telah berkeluarga. Namun sangat disayangkan, betapa banyak orang yang sudah berkeluarga lalu mereka meninggalkan kewajiban ini. Apalagi anak tersebut cukup sukses atau kaya, berbakti kepada orang hanyalah slogan tenggelam oleh kesibukan rutinitas si anak tersebut.
Padahal pada umumnya kebahagian orang tua itu sederhana, mereka cukup merasa bahagia dan bangga bila melihat anaknya hidup senang, orang tua biasanya tidak banyak menuntut ini dan itu kepada anak, meski anaknya telah menjadi orang kaya atau orang sukses, ini berbeda dengan kita sebagai anak kepada orang tua kita, ada lagi kelebihan orang tua kita itu, mereka juga biasanya sangat memaklumi atau memafaatkan sikap anaknya, tanpa anak tersebut meminta maaf, meski mungkin dalam hati kecilnya merasa sakit oleh tingkah laku sang anak, inilah merupakan manifestasi dari pribahasa Kasih orang tua sepanjang jalan, sementara bakti orang anak sepanjang langkahnya.
Ini ada kisah seorang anak, yang kalau kita cermati kisahnya sangat pantas kita jadikan pembelajaran maupun motivasi hidup, kisah ini menceritakan bagaimana berbaktinya seorang anak kepada orang tua.
Berawal dari kisah masa lalunya yang hidup dalam kesederhanaan, dimana ayahnya dipaksa pensiun dini dari dinas kemiliteran karena sakit, masa itu merupakan satu masa yang selalu dikenangnya hingga saat ini, dimana anak tersebut melihat perjuangan ibunya untuk menghidupi keluarganya ditengah himpitan kesulitan hidup, selain tentu merawat suaminya yang sedang sakit ketika itu.
Sosok ibunya telah mengajarinya mengaji, membaca, berkebun dan beternak, ini adalah senjata yang diberikan sang ibu kepadanya ketika itu, ini adalah senjata agar si anak dapat melawan kerasnya kehidupan ini, bukan dengan mengeluh, tangisan apalagi tenggelam dalam khayalan.
Kehidupan yang keras ini harus dapat dijalani dan lewati dengan belajar yang sungguh sungguh, mau bekerja, sabar dan tawakal. niscaya kita dapat meraih mimpi kita, niscaya kita dapat merubah nasib kita, kurang lebihnya seperti itu nasihat yang sering di terimanya dari sang ibu.
Singkat cerita seiring dengan berjalannya waktu sianak lewat kesungguhan ingin merubah nasib dengan diiringi do'a dari kedua orang tuanya akhirnya si anak tersebut dapat meraih mimpinya, sejak usia 27 tahun si anak telah menjadi anggota dewan, kemudian terus kariernya menanjak menjadi wakil bupati, kemudian menjadi bupati sampai saat ini, bahkan ada sisi istimewanya dari jabatannya selama ini, selain tercatat menjadi wakil bupati dan bupati termuda juga pernah pada tanggal 21 Agustus 2015 si anak di undang PBB untuk didengar visi misi di markas besarnya di New York, Dunia international melihat sosok si anak ini selain sukses membawa perubahan dan kemajuan nyata didaerah yang dimpinnya juga memiliki kekhas tersendiri dengan kearifan lokal sebagai landasan maupun filosofi membangun daerahnya, juga si anak ini dalam gaya kepemimpinannya sangat berbeda dengan bos bos kepala daerah lainnya, sikapnya sangat humanis dan dermawan, begitupun dari gaya hidup dan berpakain sangat sederhana, tiap hari tidak bersafari atau jas, cukup dengan ikeut kepala, baju dan celana pangsi komprang.
Untuk melengkapi kisahnya, ini ada sedikit catatan yang di kutip dari media
"International Young Leaders Assembly (IYLA), secara khusus mengundang Bupati Purwakarta, Jabar, Dedi Mulyadi, untuk berpidato di markas PBB di New York, Amerika Serikat. Ada alasan, kenapa organisasi tersebut mengundang bupati nyentrik dengan pakaian pangsi khas Sunda ini.
Wakil Direktur Eksekutif IYLA, Magali Careces, mengatakan, pihaknya sengaja mengundang Bupati Dedi Mulyadi, karena yang bersangkutan memiliki visi yang besar untuk membangun Purwakarta. Apalagi, sekarang ini Purwakarta jadi salah satu daerah terbaik di Indonesia".
Sayangnya memang sang ibu dari sianak ini telah tiada, ibunya yang telah memberikan do'a dan inspirasi sehingga telah menjadikan si anak seperti saat ini, kini hanya hidup selamanya dalam hati si anak tersebut, pernah dalam satu wawancara di acara Kick Andy Metro TV, si anak menangis dan berkata tentang sosok ibunya :
" Keiklasannya tidak pernah mengaku sakit tidak pernah mengaku susah , dia selalu tersenyum ketika menghadapi kesulitan dan ketika dia tidak punya daya ingat apapun terhadap sesuatu, saya selalu bercerita dan selalu meminta sesuatu dan engga tahu kenapa setiap yang saya minta selalu terpenuhi oleh Allah"
Ini kisah sianak tersebut dengan sosok sang ibu, bagaimana dengan sang ayah? sang ayah dari anak tersebut masih ada tinggal satu rumah karena si anak ingin merawat dengan tangannya sendiri, meski para pembatu di rumah seorang kepala daerah itu sangat banyak, tapi untuk ayahnya lebih banyak diurus langsung oleh sianak, disela sela kesibukannya sebagai kepala daerah, termasuk juga belanja sendiri keperluan bulanan sang ayah dari mulai makanan kesukaannya, obat obatan atau pakainnya selalu dilakukan oleh si anak itu sendiri, hal ini pernah dituangkan dalam salah satu buku karyanya, kenapa ini dilakukan, karena menurut si anak kasih sayang dari ayahnya kepadanya juga tidak pernah diwakilkan.
Inilah sepenggal kisah yang dapat kita jadikan sebagai perenungan betapa maha dasyatnya pengorbanan dan do'a dari kedua orang tua kita itu, dan tentu semuanya sudah menduga yang dimaksud si anak itu adalah sosok Kang Dedi Mulyadi, si Bocah Angon yang saat ini menjadi Bupati Purwakarta selama 2 (Dua) priode dan juga menjadi Ketua Dpd I Golkar Jawa Barat sampai tahun 2021, seorang kepala daerah yang sarat prestasi yang mampu membangun Purwakarta lewat karya nyata. inilah si Bocah angon yang sampai saat ini di liburan akhir pekannya lebih senang menyabit rumput, mengurus kebun dan sawah, seperti layaknya petani biasa. (DKS)
#inspirasikangdedi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar