B. Telaah Filosofis Peribahasa CCPKSSPI
1) Konstruktivisme
Peribahasa CCPKSSPI merupakan susunan dan suatu bangunan kalimat yang
memiliki kesinambungan antara susunan kata dan makna. Susunan makna pun
diikuti dengan jenis kata yang menempati posisi awal dan akhir.
Menggabungkan kata memiliki kesepadanan tempat kata yang nyata dan makna
yang sepadan. Cing caringcing pageuh kancing, sing saringset pageuh
iket, konstruktivisme kalimat dengan menggunakan cing, bukan sing. Cing
digunakan karena sepadan dengan kata caringcing dan kelengkapan
kalimat berikutnya pageuh kancing. Kancing yang dipasang pada baju untuk
menyatukan dua bagian kin kanan agar terpasang dengan rapi. Kancing
yang digunakan pun harus kuat (pageuh) agar pakaian yang digunakan tidak
kedodoran (ngaléklek). Dengan pakaian yang rapi, akan terlihat baik dan
badan pun terjaga dan serangan berbagai macam penyakit. Makna dan
kalimat tersebut, dilihat dan nilai-nilai isi kalimat menunjukkan pada
rasa yang berada, bermuara di sekitar dada, rasa, dan hati.
Semeñtara, kalimat berkutnya, sing saringset pageuh iket, kata pertama
menggunakan sing dan dipadankan dengan saringset. Kata berikutnya pageuh
iket. Sing dipadankan dengan saringset artinya kuat, rapi, tapi tidak
ketat yang digunakan pada kepala dengan ikatan baik. Hal yang diikatkan
pada kepala, yakni iket. Makna yang terdapat dalam kalimat itu secara
nyata yang terlihat untuk menjaga kepala, melindungi dan terik matahari,
dan memperindah wajah. Namun, ilustrasi ini semata-mata untak
menggambarkan bahwa kepala merupakan lokasi otak dan fungsinya yakni
berpikir. Keadaan tersebut harus dijaga dengan baik, minimal tidak
mengundang masalah dan memengaruhi pikiran dan akal si pemiliknya.
Konstuktivisme menggambarkan susunan aliran dan kesinamb ungan
permasalahan yang mendahului dan masih dilakukan sekarang. Kesinambungan
penempatan kata pertama dan kata berikutnya.
Peribahasa cing
caringcing pageuh kancing set sarin gset pageuh iket merupakan
peribahasa yang memiliki makna, membimbing, mengarahkan, mengawasi,
menunjukkan kewaspa daan, kehati-hatian, perlindungan, dan ketahanan.
Penulis menafsirkan bahwa peribahasa ini harus ditelaah dan sudut
filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan
cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dan filsafat, yaitu
berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan
nilai.
Aliran filsafat pendidikan dapat menelaah peribahasa ini.
Hampir seluruh jenis dan aliran dapat melengkapi peribahasa ini. Namun,
pada tulisan ini, penulis akan mengaitkannya dengan aliran:
1)
Filsafat pendidikan Idealisme yakni ifisafat yang memandang bahwa
realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang
diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap.
Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah,
seperti
apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak
berubah dan generasi ke generasi. Berkaitan dengan peribahasa CCPKSSPI
maka, kehidupan manusia harus dapat menjaga, mewaspadai bahwa wujud
dirinya akan berubah dan perubahan itu harus diperhatikan oleh setiap
individu. Karena perubahan yang akan datang akan dicapai dan juga akan
mengalami perubahan berbagai kemampuan, fisik dan psykis. Menjaga rasa
dan menjaga pikir, serta kesinambungan antara rasa dan pikir, pada
peribahasa ini sangat dibutuhkan.
2) Filsafat pendidikan realisme
merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualistis. Realisme
berpendapat bahwa hakikat realitas terdiri atas dunia fisik dan dunia
rohari. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang
menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah
adanya realita di luar manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan
manusia.
3) Filsafat pendidikan materialisme berpandangan bahwa
hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau
supernatural.
4) Filsafat pendidikan pragmatisme dipandang sebagai
filsafat Amerika asli. Namun, sebenamya berpangkal pada filsafat
empirisme Inggris yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa
yang manusia alami.
5) Filsafat pendidikan eksistensialisme, aliran
ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum,
eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subjektivitas pengalaman
manusia, dan tindakan konkret dan keberadaan manusia atas setiap skema
rasional untuk hakikat manusia atau realitas.
6) Filsafat
pendidikan progresivisme, ahiran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang
benar páda masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan
hams terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang
muatan.
7) Filsafat Pendidikan esensialisme adalah suatu filsafat
pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik
pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa
pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan
moral di antara kaum muda.
8) Filsafat pendidikan perenialisme
merupakan suatu aliran yang lahir sebagai suatu reaksi terhadap
pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang
menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang
situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan
sosiokultural. Oleh karena itu, perlu ada usaha untuk mengamankan
ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali
nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup
yang kukuh, kuat, dan teruji.
9) Filsafat pendidikan
rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dan gerakan progresivisme.
Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif
hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat
yang ada sekarang.
Filsafat dapat dipahami apabila secara
turun-temurun diajarkan, diinformasikan melalui bimbingan, pendidikan,
dorongan, hukuman, hadiah. Pada dasarnya filasafat pendidikan ini
bekerja dengan menggunakan cara kerja filsafat dan’ akan menggunakan
hasil-hasil dan filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang
realitas, pengetahuan, dan nilai.
Filsafat berusaha mencari
kebenaran yang sesungguhnya, dan bekerja dengan pikiran, akal melalui
tahapan hati yang memproses sehingga kejernihan berpikir akan tercapai.
Pikiran yang jernih akan menghasilkan kebijakan, keadilan, norma, nilai,
etika, moral, dan estetika.
#inspirasikangdedi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar