expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 05 Maret 2017

Buku Kang Dedi Mulyadi CING CARINGCING PAGEUH KANCING SEUT SARINGSEUT PAGEUH IKEUT Bab : Tinjauan Filsafat

B. Telaah Filosofis Peribahasa CCPKSSPI
1) Konstruktivisme
Peribahasa CCPKSSPI merupakan susunan dan suatu bangunan kalimat yang memiliki kesinambungan antara susunan kata dan makna. Susunan makna pun diikuti dengan jenis kata yang menempati posisi awal dan akhir. Menggabungkan kata memiliki kesepadanan tempat kata yang nyata dan makna yang sepadan. Cing caringcing pageuh kancing, sing saringset pageuh iket, konstruktivisme kalimat dengan menggunakan cing, bukan sing. Cing digunakan karena sepadan dengan kata caringcing dan kelengkapan
kalimat berikutnya pageuh kancing. Kancing yang dipasang pada baju untuk menyatukan dua bagian kin kanan agar terpasang dengan rapi. Kancing yang digunakan pun harus kuat (pageuh) agar pakaian yang digunakan tidak kedodoran (ngaléklek). Dengan pakaian yang rapi, akan terlihat baik dan badan pun terjaga dan serangan berbagai macam penyakit. Makna dan kalimat tersebut, dilihat dan nilai-nilai isi kalimat menunjukkan pada rasa yang berada, bermuara di sekitar dada, rasa, dan hati.
Semeñtara, kalimat berkutnya, sing saringset pageuh iket, kata pertama menggunakan sing dan dipadankan dengan saringset. Kata berikutnya pageuh iket. Sing dipadankan dengan saringset artinya kuat, rapi, tapi tidak ketat yang digunakan pada kepala dengan ikatan baik. Hal yang diikatkan pada kepala, yakni iket. Makna yang terdapat dalam kalimat itu secara nyata yang terlihat untuk menjaga kepala, melindungi dan terik matahari, dan memperindah wajah. Namun, ilustrasi ini semata-mata untak menggambarkan bahwa kepala merupakan lokasi otak dan fungsinya yakni berpikir. Keadaan tersebut harus dijaga dengan baik, minimal tidak mengundang masalah dan memengaruhi pikiran dan akal si pemiliknya.
Konstuktivisme menggambarkan susunan aliran dan kesinamb ungan permasalahan yang mendahului dan masih dilakukan sekarang. Kesinambungan penempatan kata pertama dan kata berikutnya.
Peribahasa cing caringcing pageuh kancing set sarin gset pageuh iket merupakan peribahasa yang memiliki makna, membimbing, mengarahkan, mengawasi, menunjukkan kewaspa daan, kehati-hatian, perlindungan, dan ketahanan. Penulis menafsirkan bahwa peribahasa ini harus ditelaah dan sudut filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dan filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Aliran filsafat pendidikan dapat menelaah peribahasa ini. Hampir seluruh jenis dan aliran dapat melengkapi peribahasa ini. Namun, pada tulisan ini, penulis akan mengaitkannya dengan aliran:
1) Filsafat pendidikan Idealisme yakni ifisafat yang memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah,
seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dan generasi ke generasi. Berkaitan dengan peribahasa CCPKSSPI maka, kehidupan manusia harus dapat menjaga, mewaspadai bahwa wujud dirinya akan berubah dan perubahan itu harus diperhatikan oleh setiap individu. Karena perubahan yang akan datang akan dicapai dan juga akan mengalami perubahan berbagai kemampuan, fisik dan psykis. Menjaga rasa dan menjaga pikir, serta kesinambungan antara rasa dan pikir, pada peribahasa ini sangat dibutuhkan.
2) Filsafat pendidikan realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualistis. Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas terdiri atas dunia fisik dan dunia rohari. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
3) Filsafat pendidikan materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural.
4) Filsafat pendidikan pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun, sebenamya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami.
5) Filsafat pendidikan eksistensialisme, aliran ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subjektivitas pengalaman manusia, dan tindakan konkret dan keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakikat manusia atau realitas.
6) Filsafat pendidikan progresivisme, ahiran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar páda masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan hams terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
7) Filsafat Pendidikan esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda.
8) Filsafat pendidikan perenialisme merupakan suatu aliran yang lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural. Oleh karena itu, perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat, dan teruji.
9) Filsafat pendidikan rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dan gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang.
Filsafat dapat dipahami apabila secara turun-temurun diajarkan, diinformasikan melalui bimbingan, pendidikan, dorongan, hukuman, hadiah. Pada dasarnya filasafat pendidikan ini bekerja dengan menggunakan cara kerja filsafat dan’ akan menggunakan hasil-hasil dan filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Filsafat berusaha mencari kebenaran yang sesungguhnya, dan bekerja dengan pikiran, akal melalui tahapan hati yang memproses sehingga kejernihan berpikir akan tercapai. Pikiran yang jernih akan menghasilkan kebijakan, keadilan, norma, nilai, etika, moral, dan estetika.
#inspirasikangdedi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar