expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 22 September 2017

JANGAN MENOHOK DEDI MULYADI DARI BELAKANG




Harus ada klarifikasi dari DPP Golkar,di Jakarta jangan membuat resah kader Golkar di Jawa Barat, draf surat penunjukan yang ramai di media sosial tanggal 22 September 2017 kepada bukan kader partai dalam pilgub Jabar 2018 nanti ini telah ditanggapi gegap gempita oleh kubu sebelah. DPP Golkar di Jakarta jangan mengabaikan aspirasi arus bawah di Jawa Barat yang telah bulat mendukung ketua DPPnya di Jawa Barat H.Dedi Mulyadi sebagai cagub Jabar 2018 dari Partai Golkar. Jika ini bagian dari maneuver politik orang orang yang tidak senang  terhadap pencalonan Dedi Mulyadi setelah sebelumnya pernyataan Nusron Wahid tidak mampu membelokan opini dukungan terhadap Dedi Mulyadi, ini sangatlah tidak beradab, ingin menohok kawan seperjuangan kader terbaik Golkar  Dedi Mulyadi dari belakang. Ingin membunuh karir politik kader terbaiknya. Jika draf surat  itu benar adanya, Dedi Mulyadi seorang Ketua DPP Partai Golkar priode 2016-2021 telah di jegal oleh DPP Partai Golkar di Jakarta, kenapa  demikian? Sama partainya tidak dicalonkan mau maju secara independent juga waktunya sudah sangat mepet, meski atas izin Allah SWT. semuanya bisa saja. Para kader dan simpatisan siap menggalang KTP dukungan untuk Dedi Mulyadi.
Draf surat penunjukan ini juga menyalahi AD/ART dimana sebelumnya DPP Partai Golkar telah mengeluarkan rekomendasi resmi pada tanggal 2 Agustus 2017 yang mencalonkan Dedi Mulyadi dalam Pilgub Jabar 2018, meski tidak secara tegas menyebutkan posisinya antara Gubernur atau Wakil Gubernur, andaikata ada surat keputusan lagi seharusnya isinya berdasarkan keputusan atau mengacu kepada surat keputusan pada tanggal 2 Agustus 2017 tersebut.
Dari awal kita merasa prihatin terhadap sikap kurang tegas DPP Partai Golkar di Jakarta terhadap pencalonan Dedi mulyadi, Partai elite sekelas Golkar seperti kurang pecaya diri sehingga telah membuka ruang untuk untuk pihak pihak yang tidak ingin Golkar di Jawa Barat meraih kemenangan, menyingkirkan Dedi Mulyadi dari pencalonan gubernur Jawa Barat sama saja menyakiti  kader Golkar di Jawa Barat, berkat Dedi Mulyadi Dua Kepala Daerah di Jawa Barat terpilih, Kota Tasik dan Kabupaten Bekasi, padahal dalam Pilkada di Dua tempat tersebut lawannya cukup berat karena artis artis nasional, Decky Chandra di Tasik dan Ahmad Dani di Bekasi,  hampir 24 jam setiap harinya Dedi Mulyadi menjadi jurkam, melakukan sosialisasi  di Dua daerah tersebut.  Kemudian berkat jasa Dedi Mulyadi partai Golkar di Jawa Barat saat ini memiliki elektabilitas tertinggi di Jawa Barat, bahkan bisa mengalahkan PDIP sebagai partai pemenang Pileg 2014 lalu.
Akhirnya kita semua  para pendukung, relawan dan simpatisan berharap memang surat yang beredar ini memang hoax dan DPP Partai Golkar tetap mengusung Dedi Mulyadi dalam Pilgub Jabar 2018 nanti, Pak Setya Novanto harus mengingat jasa Kang Dedi yang mengatakan “Proses hukum biar berjalan secara normatif sesuai kaidah hukum yang mengatur. Mengenai nasib Partai Golkar ke depan dibicarakan setelah suasana dingin. Tidak boleh bercerita tentang politik menyangkut pergantian kepemimpinan disaat pimpinan mendapat musibah. Itu etika," – Dedi Mulyadi , Kalau seandainya DPP Partai Golkar masih ragu kenapa tidak menempuh jalan Konvensi saja untuk siapa yang akan dicalonkan dalam Pilgub Jabar 2018 nanti, ini mungkin akan lebih terasa fair. (DKS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar