Bupati Purwakarta yang juga merupakan Calon Gubernur Jawa Barat priode 2018-2023 H. Dedi Mulyadi adalah seorang kepala daerah yang pandai berinovasi dengan terus
membuka isolasi daerah daerah yang karena faktor geografis menjadi seolah
terisolasi di Purwakarta. Setelah dibangun akses infrastruknya baik jalan
maupun jembatan kemudian di kembangkan menjadi tempat tempat parawaisata baru
yang dapat memberikan kontribusi kepada PAD (Pendapatann Asli Daerah)
Purwakarta dan tentunya masyarakat di daerah tersebut. Kang Dedi Mulyadi
kemampuan dan kepintarannya dalam berinovasi membangun daerahnya baik itu di
sektor fisik,pelayanan, pendidikan, pertanian, taman atau ruang terbuka umum, gedung
gedung yang berarsitektur khas Sunda, parawisata, bahkan Kang Dedi mampu membangun tempat ibadah di bekas lokalisasi, semua pembangunan di Purwakarta yang Kang Dedi lakukan tanpa perlu mengacu
blueprin Bapennas, semua hanya berdasarkan skala prioritas pemikiran dan
gagasan Kang Dedi Mulyadi, dilaksanakan dengan anggaran yang jauh dari sekedar
cukup, Kita bisa menilai bahwa talenta yang dimiliki Dedi Mulyadi melebihi
kemampuan seorang Arsitek atau ahli keuangan, Jadi bagi kita, semua ini semakin meyakinkan bahwa
beliau paling layak kita beri amanah menjadi gubernur Jawa Barat 2018 nanti.
Slogan "MENGURUS KAMPUNG DAN
MENATA KOTA" memang demikianlah realitanya kepintaran dan keahlian Si Anak
Desa Dedi Mulyadi.
“Perubahan hanya dapat dihadirkan melalui karya. Kami hadir dengan jalan lingkar barat dan timur yang selama ini mengisolasi warga sekitar, selama kurang lebih 50 tahun. Jalur lingkar barat menghubungkan sebanyak 3 kecamatan di Purwakarta yaitu Jatiluhur, Sukasari dan Maniis, panjangnya mencapai 67 KMJalur ini membuat Purwakarta terkoneksi dengan wilayah Kabupaten Karawang, Bogor dan Cianjur Sementara jalur lingkar timur menghubungkan Kecamatan Bungursari, Campaka, Cibatu, Kiarapedes, Wanayasa, Bojong, Darangdan sampai Plered sepanjang 150 KM. Mari berkarya, bukan hanya bicara”. –Dedi Mulyadi
“Jembatan Mak Uwo adalah kisah tentang satu kampung yang terpisah bentangan
Sungai Cilamaya. Jembatan tersebut terbuat dari bambu yang disebut Sasak Gantung.
Selama puluhan tahun kampung tersebut terisolir, kini semuanya telah berubah.
Jembatan kokoh dibangun dengan lebar 9 meter untuk membuka isolasi dan kawasan
pertumbuhan baru sehingga menggerakan kehidupan ekonomi warga sekitar Jembatan
baru ini bukan hanya menghubungkan satu kampung. Tetapi juga beberapa kecamatan
di Subang seperti Patok Beusi, Pabuaran dan Cipeundeuy pun bisa mengakses jalur
tersebut menuju Purwakarta dan Gerbang Cikopo. Walaupun sudah punya jembatan
dan jalan terbentang, Jembatan Mak Uwo tidak pernah dilupakan. Dia harus tetap
berdiri melayani kenangan masa silam yang tidak boleh kita lupakan”.-Dedi
Mulyadi
"Kecamatan Pasawahan dan
Jatiluhur sebenarnya berdekatan, tetapi menjadi jauh karena terpisah Sungai
Cikao. Kini kami membangun jembatan diantara keduanya.
Jembatan ini menghubungkan Desa
Parakan Lima di Jatiluhur dan Desa Ciherang di Pasawahan. Sebelumnya, warga
sekitar harus melingkar melewati kota dengan jarak tempuh satu jam.
Selain menciptakan konektifitas
untuk mobilitas masyarakat, di samping jembatan itu kini hadir Taman Cikao,
area wisata yang memanfaatkan atmosfer alam Cikao.
Mari berkunjung kemari, sebentar
lagi dibuka loh!!" -Dedi Mulyadi
“Saat ini anak-anak kita sangat sulit untuk mendapatkan pertunjukan yang memiliki makna edukasi. Mereka seperti tanpa batas dapat mengakses seluruh informasi yang bisa merusak tata berfikir mereka yang masih anak-anak. Kami hadirkan Taman Surawisesa, yaitu taman yang dilengkapi dengan TV Raksasa dalam setiap malam Sabtu akan diputar film-film yang berkualitas.Film ini akan memutar berbagai cerita yang mampu mengedukasi anak-anak kita mulai cerita alam, manusia dan cerita kehidupan lainnyaSetiap malam purnama anak-anak bisa bermain riang untuk melihat bulan dan bintang. Karena di taman ini dilengkapi dengan teropong bintang. Satu bulan lagi, taman ini akan dibuka untuk anak-anakku tercinta. Kata Surawisesa diambil dari nama Senopati Padjadjaran yang sangat cerdasSelamat menikmati, anak-anakku tercinta”. –Dedi Mulyadi
Terus bekerja menjelang akhir masa jabatan. "Tajug Gede" atau Mesjid Raya Cilodong tiga bulan lagi selesai. Keberadaan mesjid ini mengubah kawasan prostitusi menjadi kawasan religi berbasis alam.
Seluruh fasilitas sedang kami siapkan mulai dari Taman Air Mancur, Museum Digital Sate Maranggi hingga kawasan hijau hutan seluas 9 hektar.
Kini Cilodong tidak identik dengan kompleks prostitusi tetapi identik dengan tajug indah berarsitektur Sunda.
Pidu'a ti sadayana, mugia lungsur langsar. Barokallah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar