expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 15 Mei 2020

JANGAN MENGGORENG ISU KENAIKAN BPJS


Ini saya bayar BPJS untuk bulan Mei 2020 Rp 36.000 tambah admin Rp 2500 total Rp 38.500. Pembayaran tersebut untuk 4 orang keanggotaan saya,istri dan 2 anak.
Kenapa bisa semurah ini, karena ada sisa pembayaran yang dikembalikan sewaktu tarip pembayaran BPJS naik.

Saya peserta BPJS kelas III, tidak merasa minder, karena menjadi peserta BPJS bukan untuk gengsi gengsian. Kenapa kelas III ya sesuai dengan kemampuan saya, mengingat bukan karyawan swata atau Pegawai Pemerintahan yang iurannya di potong dari gaji.
Saya hanya seorang wiraswata yang penghasilan tidak menentu, saya berpikir tidak penting urusan kelas, yang terpenting keluarga saya terlindungi apabila sakit.

Memang benar pada kenyataannya sangat diuntungkun dengan menjadi peserta BPJS Kelas III karena yang membedakan itu hanya apabila dirawat di rumah sakit rujukan harus dikamar kelas III, sebab untuk pelayanan dari mulai tindakan dokter dan obat obatan diperlakukan sama, tidak di beda bedakan berdasarkan kelas.

Seandainya setiap orang bisa cerdas dari awal menjadi peserta sudah memperhitungkan kedepannya tentu akan nyaman nyaman saja ketika iuran BPJS dinaikan. Karena dari beberapa kali kenaikan peserta Kelas III tidak pernah naik iurannya, kalaupun naik ya dalam batas persentase yang masih wajar dan terjangkau.

Selama ini realitanya yang banyak nunggak angsuran itu peserta BPJS kelas I dan II. Dari awal adanya BPJS Pemerintah sendiri mungkin telah memperhitungkan kalau peserta BPJS kelas I dan II itu kelompoik masyarakat kelas menengah keatas,

Kalau kita menyikapinya dengan bijak begitu mahalnya jika kita sakit itu, sekarang untuk tarip rawat inap di Rumah sakit untuk kelas III sehari bisa Rp 300.000 sampai Rp 500.000, belum dokter, obat, apalagi kalau harus operasi, cuci darah yang taripnya sekali cuci paling murah 1,5 juta. Pengalam pribadi saya, orang tua saya di operasi mata karena katarak, kalau tanpa BPJS biaya operasinya saja Rp 20 jt, karena beliau menjadi peserta BPJS sama sekali tidak keluar biaya.

Jadi jangan heran keadaan saat ini BPJS defisit sampai 12,2 Trilyun, dari mana untuk menutup defisit tersebut, pemerintah dalam hal ini mau tidak mau untuk menyelamatkan BPJS jangan sampai bubar, meski berat ya menaikan iuran BPJS terutama untuk peserta kelas I dan II

Jadi sudahlah jangan mengoreng isu kenaikan BPJS untuk menghakimi pemerintah macam macam. Bagi kelompok kelas menengahkan rata rata di rumahnya sekarang pasang wifi yang bayarnya ke Telkom 300 ribuan ko mampu, masa untuk kepentingan bangsa kita masih itung itungan.
Toh pemerintah sendiri sudah mempersilahkan turun ke kelas III, jika merasa tidak mampu membayar iuran di kelas I atau II dengan catatan tunggakannya di tutup dulu. -Deden Karna Subrata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar