expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 21 Juli 2016

Buku Kang Dedi Mulyadi : MENGAYUH NEGERI DENGAN CINTA
Pelajaran Ke Enam : Tali Paranti Karuhun
Dalam menetapkan kebijakan pembangunan, saya selalu menggunakan istilah tali paranti karuhun (adat istiadat nenek moyang). Tetapi perlu saya garis bawahi bahwa adat istiadat itu bukan berarti berdampingan dengan yang namanya mistik (hal-hal yang takhayul, bid’ah atau khurafat). Adat istiadat berurusan dengan cara kita memandang dunia, memandang diri, dan masa depan.
Tali paranti karuhun pilemburan mempunyai ciri guyub
konsep kegotong royongan). Tradisinya nulung kanu butuh, nalang kanu susah, nyaangan kanu poekeun. Artinya, memberi pertolongan kepada yang membutuhkan, membantu kepada yang susah, memberi pencerahan/penerangan kepada orang yang tidak tahu. Silih asah, asih, asuh yang akhirnya silih anteuran jeun silih anteurkeun. Artinya, saling tukar pengetahuan, saling menyayangi, dan saling menjaga yang akhirnya saling memberi dan saling mengantar dalam hal kebaikan dan tolong menolong.
Seperti kegiatan yang sedang dilakukan saat ini di Pondok pesantren Daarul Hikhmah. Ada yang membawa beberapa jenis
makanan karena untuk menunjang kegiatan (nganteuran), kemudian oleh pimpinan Pondok Pesantren (Mama Kiai) diberikan untuk memenuhi seluruh kebutuhan para santri. Hajat masyarakat dan hajat para orang tua santri dilaksanakan sesuai dengan tujuan masing-masing yang pada intinya adalah untuk mendapat keridoan dari Allah swt. (nganteurkeun).
Seluruh kebudayaan dan tradisi pilemburan yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Jawa khususnya budaya pilemburan Sunda diluruskan oleh para waliyullah sehingga menjadi tradisi atau kebiasaan yang sangat Islami. Seiring dengan bergulirnya waktu, tradisi Islami itu semakin dinamis dan sempurna. Maka terwujudlah menjadi tradisi Islam ahlussunah waljamaah.
Tradisi pilemburan (tali paranti) selanjutnya adalah mengolah dan memberdayakan alam dan lingkungannya sehingga lebih populer dalam bahasa Sundanya disebut tatanen (pertanian). Tatanen tali paranti lebih mengutamakan pola organik daripada pola mekanik. Maksudnya, kalau dilihat dan kacamata Islam, tatanen (pertanian) seperti ini adalah mengikuti sunnatullah, memperhatikan waktu, dan memanfaatkan potensi alam.
Mengikuti sunatullah, alam tidak boleh dikesampingkan. Di sawah itu mutlak harus ada cacing koot, ular sawah, ikan, belut, beserta komunitas sawah lainnya. Demikian juga ketika jerami usai dituai padinya tidak usah dibakar, akan tetapi lebih baik jerami itu dibenamkan dalam lumpur sawah agar membusuk. Tujuannya agar komunitas ikan belut dalam lumpur menjadi banyak. Dengan semakin banyaknya ikan belut di sawah, berarti pertanda tanah sawah itu subur. Inilah tali paranti karuhun yang
harus dilestarikan. -
Semua yang telah diciptakan Allah pastilah ada manfaatnya dan untuk dimanfaatkan bukan dimusnahkan. Karena itu pesan leluhur Sunda bahwa “yang panjang jangan dipotong, yang pendek jangan disambung” harus sebisa mungkin dilaksanakan agar kehidupan berjalan lestari tanpa perusakan alam. Bila alam rusak, tidak ada lagi tempat bagi keturunan kita di masa depan. Planet Mars yang bagi orang Barat dijadikan tempat bagi
kehidupan masa depan sampai sekarang belum dapat ditunduk
an. Satu-satunya tempat tinggal kita adalah bumi ini,maka lestarikan alam.
Memperhatikan Waktu. Jika suara bedug tengah hari di tabuh, pertanda bahwa petani harus berhenti/istirahat dalam
bekerja, para petani pilemburan mempunyai kebiasaan
pada waktu istirahat ini mandi dan salat zuhur kemudian usai salat dilanjutkan dengan makan siang. Betapa tidak dengan
memperhatikan waktu, ini banyak yang diperoleh selain
mendapat pahala beribadah, juga kesehatan dan pola makan yang teratur.
Memanfaatkan Potensi Alamiah. Kotoran sapi/kerbau yang timbun akan menjadi pupuk yang sangat baik (pupuk organik).
Tenaganya sapi/kerbau digunakan untuk membajak sawah sambil diselingi haleuangan Sunda oleh si petani sebagai kemudinya. Bukan menggunakan traktor yang membuat getaran dalam tubuh juga polusi karena bahan bakarnya (mekanik).
Sehingga pola kehidupan dan hidup masyarakat benar-benar sangat alamiah dan sehat. Dengan pola yang hidup sederhana dan alamiah, disamping hemat biaya, yang lebih utama akan terhindar dari segala penyakit tubuh sebagai akibat bahan-bahan anorganik, pestisida dan bahan-bahan kimia. Seiring dengan memperdayakan potensi-potensi alamiah berwawasan pilemburan yang dibarengi dengan percepatan pembangunan dalam bidang infrastruktur jalan dan bangunan serta pendidikan akan membentuk dan menjadikan Kabupaten Purwakarta sesuai degan harapan kita semua. (bersambung)
‪#‎inspirasikangdedi‬




Tidak ada komentar:

Posting Komentar