expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 27 Juli 2016

"Refleksi: Melalui jalan Tradisi"

Buku Kang Dedi Mulyadi : MENGAYUH NEGERI DENGAN CINTA
Pelajaran Ke Enam : Tali Paranti Karuhun (tamat)

"Refleksi: Melalui jalan Tradisi"
Keberpihakan saya pada tradisi, sekali lagi, bukan dengan niatan menolak agama sebagai basis kehidupan. Agama adalah keyakinan, sedangkan tali paranti karuhun adalah cara yang menggenapi syariat agama. Keberpihakan pada tradisi di antaranya didorong oleh ramalan uga bahwa pada saat Sumedang ngarangrangan (seluruh daun-daun kehidupan Sumedang rontok oleh kemarau zaman), juga pada saat daerah-daerah lain ditatar Sunda ini mengalami kemunduran, uga itu menyatakan Purwakarta Digjaya Salawasna.
Uga itu bisa jadi dianggap sekadar ramalan atau isapan jempol belaka. Namun saya menanggapinya sebagai doa pendorong semangat, bahwa orang masa lalu menganggap Purwakarta sebagai benteng terakhir kebangkitan seluruh masyarakat Sunda. Uga itu saya jadikan spirit dan para karuhun bahwa mereka pernah melihat dan menyimpulkan bahwa pada masyarakat Purwakartalah akan muncul kebangkitan dan kesejahteraan masyarakat Sunda.
Tradisi adalah harta kita terakhir yang akan membedakan din kita dengan identitas manusia lain. Tradisi bagi saya adalah peta harta karun yang bila diikuti akan membuat segala sesuatu terbuka dengan sendirinya:

"Dibuka pating haleuang
Putera putu tigangewu
Bagawan Sewidak Jima"
‪#‎inspirasikangdedi‬








Tidak ada komentar:

Posting Komentar