“Kalau
bicara kedokteran misalnya, dunia kedokteran kita sudah berkembang,
buktinya kedokteran kita lebih hebat, yang patah kaki di Sundamah cukup
diusap, teu kudu diamputasi, pertanyaannya kenapa mereka tidak mengalami
perkembangan, karena perguruan tinggi berjalan pada relnya, pada cara
berfikir intelektualitasnya, tapi tidak pernah melihat realitas,
sesungguhnya kalau perguruan tinggi berani maka, ahli patah tulang ini
harus diteliti airnya, diteliti air ludahnya, diolah menjadi bahan
penelitian, diangkat menjadi doktor honoris causa di perguruan
tingginya” –Dedi Mulyadi
(PR).Pengobatan tradisional di Indonesia kurang dihargai akibat sering
berbenturan dengan pengobatan modern. Padahal pengobatan tradisional di
Indonesia ternyata diakui oleh dunia Internasional, seperti contohnya
pengobatan patah tulang.
Tanpa kemasan yang baik dan bantuan dari pemerintah, dikhawatirkan pengobatan tradisional ini akan musnah ditelan zaman. Sehingga diharapkan ada cara-cara khusus dalam menanggulangi punahnya pengobatan tradisional ini.
Rida Safitri (20), baru saja mengalami kecelakaan saat motor yang ditumpanginya ditabrak oleh sebuah mobil. Akibatnya sambungan pinggulnya lepas dari posisinya.
"Saya ditabrak, tapi tidak luka sih, posisi 'tetepokan' (pinggul.red) tak sesuai. Jadinya saya gak bisa jalan bahkan gak bisa berdiri sama sekali, lalu saya datang ke Abah Suryana sama dia dibenerin. Sekarang saya sudah bisa berdiri, meski untuk jalan saya belum bisa lama-lama," ucapnya di tempat pengobatan tradisional Abah Suryana, di Kampung Poponcol, Desa Puseur, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, Sabtu 17 Februari 2018.
Menurut Rida mulanya dia akan berobat ke rumah sakit setempat. Tetapi saat menanyakan biaya, biayanya cukup mahal. "Kalau ke rumah sakit harus dioperasi gitu lah, biayanya sekitar Rp 3.5 juta, saya uang darimana," ucapnya.
Namun saat berkunjung ke Abah Suryana, dia hanya membayar seikhlasnya saja. "Bahkan kalau mau pun kita bisa gratis, cuma kasihan Abah, kalau gratis bagaimana untuk biaya sehari-harinya," ucap dia.
Suryana (57) merupakan seorang PNS yang sehari-hari bekerja sebagai guru olah raga. Namun dia sempat mempelajari disiplin ilmu tradisional tentang pengobatan tulang.
"Ini anugrah Allah swt. Jadi saya tak memungut biaya sedikit pun. Bisa dibuktikan secara medis, bahwa cara pengobatan tradisional yang ada di sini sesuai dengan ilmu ortopedi dan kinesiologi," ucapnya.
Pasien yang datang ke tempatnya ini lanjut Suryana bahkan ada yang datang dari Inggris dan Korea. Lalu ahli-ahli ortopedi pun datang ke tempatnya untuk mempelajari cara pengobatan tulang ajaib itu.
"Rata-rata sih kalau normal, yang datang justru dari kalangan tidak mampu, biayanya tidak saya patok. Tetapi jika tidak punya uang bahkan saya gratiskan mengobati pasiennya. Karena yang utama saya ingin beramal," ucapnya.
Tanpa kemasan yang baik dan bantuan dari pemerintah, dikhawatirkan pengobatan tradisional ini akan musnah ditelan zaman. Sehingga diharapkan ada cara-cara khusus dalam menanggulangi punahnya pengobatan tradisional ini.
Rida Safitri (20), baru saja mengalami kecelakaan saat motor yang ditumpanginya ditabrak oleh sebuah mobil. Akibatnya sambungan pinggulnya lepas dari posisinya.
"Saya ditabrak, tapi tidak luka sih, posisi 'tetepokan' (pinggul.red) tak sesuai. Jadinya saya gak bisa jalan bahkan gak bisa berdiri sama sekali, lalu saya datang ke Abah Suryana sama dia dibenerin. Sekarang saya sudah bisa berdiri, meski untuk jalan saya belum bisa lama-lama," ucapnya di tempat pengobatan tradisional Abah Suryana, di Kampung Poponcol, Desa Puseur, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, Sabtu 17 Februari 2018.
Menurut Rida mulanya dia akan berobat ke rumah sakit setempat. Tetapi saat menanyakan biaya, biayanya cukup mahal. "Kalau ke rumah sakit harus dioperasi gitu lah, biayanya sekitar Rp 3.5 juta, saya uang darimana," ucapnya.
Namun saat berkunjung ke Abah Suryana, dia hanya membayar seikhlasnya saja. "Bahkan kalau mau pun kita bisa gratis, cuma kasihan Abah, kalau gratis bagaimana untuk biaya sehari-harinya," ucap dia.
Suryana (57) merupakan seorang PNS yang sehari-hari bekerja sebagai guru olah raga. Namun dia sempat mempelajari disiplin ilmu tradisional tentang pengobatan tulang.
"Ini anugrah Allah swt. Jadi saya tak memungut biaya sedikit pun. Bisa dibuktikan secara medis, bahwa cara pengobatan tradisional yang ada di sini sesuai dengan ilmu ortopedi dan kinesiologi," ucapnya.
Pasien yang datang ke tempatnya ini lanjut Suryana bahkan ada yang datang dari Inggris dan Korea. Lalu ahli-ahli ortopedi pun datang ke tempatnya untuk mempelajari cara pengobatan tulang ajaib itu.
"Rata-rata sih kalau normal, yang datang justru dari kalangan tidak mampu, biayanya tidak saya patok. Tetapi jika tidak punya uang bahkan saya gratiskan mengobati pasiennya. Karena yang utama saya ingin beramal," ucapnya.
Modifikasi
Calon Wakil Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi yang datang ke lokasi,
menyarankan akan modifikasi pelayanan di pengobatan tradisional ini.
Termasuk pengobatan tulang yang dibuka oleh Abah Suryana tersebut.
"Dengan packaging yang baik, maka ahli patah tulang seperti Abah
Suryana akan lebih dihargai. Bahkan di dunia Internasional, sebelumnya
padahal Abah ini sudah didatangi oleh ahli-ahli ortopedi dari
negara-negara lain," ucap Dedi Mulyad
Dedi Mulyadi pun berjanji,
nanti akan memberikan bantuan untuk memugar tempat pengobatan
tradisional Pak Suryana ini. "Jadi pasien akan disediakan kamar-kamar
khusus, tidak mengantri tak beraturan seperti ini," ucapnya.
Selain
itu para asistennya pun diharapkan bisa ditambah. "Kalau Abah cuma punya
satu saja, nanti kalau bisa ada 5-6 lagi asisten. Ruangannya pun nanti
dipasang AC. Karena jika ini tidak dilakukan pengobatan tradisional ini
bisa punah. Selain itu bentuknya juga dirubah menjadi klinik. Klinik
tulang misalnya dan dikerjasamakan dengan RSUD setempat," ucap Dedi
Mulyadi.
Oleh karenanya Dedi Mulyadi berharap pemerintah dan
dinas-dinas terkait memberikan keleluasaan bagi berkembangnya pengobatan
tradisional ini. "Ini warisan leluhur kita, tujuan pengobatan kan
intinya sama, yaitu menyembuhkan orang," ucap Dedi Mulyadi.***
#2dm4jabar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar