Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi bukanlah figure figure pemimpin yang
terlahir secara instan lantaran garis keturunan karena anak seorang
politisi, jendral atau pejabat, mereka berdua juga tidak dibesarkan
dikeluarga yang memiliki kekayaan yang berlimpah, sehingga dengan
kekuatan uang bisa meraih kekuasaan. Namun keduanya untuk dapat seperti
sekarang ini telah melalui suatu proses tempaan alam terlebih dahulu
sebagai bentuk lahan ujin bagi mereka berdua. Yang dimaksud tempaan alam
disini bahwa keduanya jika melihat masa lalunya yang begitu sulit,
namun lewat tekad dan perjuangan yang tidak mengenal lelah sehingga
keduanya mampu merubah nasibnya.
Deddy Mizwar mungkin kita semua
baru tahu, kalau dulunya beliau seorang PNS di Dinas Kesehatan DKI,
kemudian berani berspekulasi untuk merubah keadaan hidupnya dengan
beralih profesi menjadi seorang actor, tentu disini kita bisa menebak
bagaimana sulitnya seorang yang spontanitas terjun ke dunia acting tanpa
latar belakang pendidikan seni peran maupun seperti yang sering kita
tonton actor actor sinetron saat ini yang hanya bermodalkan tampang
yang keren saja., berani mengadu nasib di dunia yang benar benar baru
digelutinya. Namun akhirnya seperti yang kita tahu beliau sebelum
merambah ke dunia politik telah menjadi actor Indonesia yang sukses dan
lewat kematangan actingnya telah menyabet beberapa kali penghargaan
piala Citra sebagai aktot, aktor pembatu dan sutradara terbaik bahkan
karya karya beliau di dunia film maupun sinetron mampu memberikan spirit
nasionalisme seperti di filmnya Naga Bonar dan karya karya sinetronya
dari mulai Kiamat Makin Dekat, Lorong Waktu sampai sinetron khas bulan
puasa Para Pencari Tuhan (PPT) mampu memberi spirit religius kepada
kita.
Begitu terjun kedunia politik sebagai wakilnya Pak Haji
Aher di Pilgub Jabar 2013, Pak H. Deddy Mizwar telah memiliki modal yang
lebih dari cukup yaitu popularitas dan kekayaan. Jadi tidaklah heran
jika pasangan ini pada Pilgub Jabar 2013 silam mampu mengalahkan Rieke
DP dan Kang Dede Yusuf yang sama sama berlatar belakang artis maupun
politisi kawakan seperti Pak Yance.
Kemudian jika kita melihat
latar belakang Kang Dedi Mulyadi, beliau hanyalah seorang anak desa yang
dibesarkan ditengah tengah kesederhanaan yang sejak di bangku sekolah
SD sudah dipaksa karena keadaan, harus membatu kedua orang tuanya
dengan mengembala kambing, menyabit rumput, sampai yambi nyambi demi
memperoleh uang jajan harus berjualan es mambo. Kalau KDM selama ini
selalu memuji mendiang ibunya yang telah memberinya banyak inspirirasi,
semua ini tidak lepas dari kegigihan sosok ibunya yang harus
menggantikan peran ayahnya yang sakit saat itu. Sosok Ibunya bagi KDM
telah mengajari menjadi manusia yang sederhana namun mumpuni.
Menginjak masa SMP bagi KDM seperti menemukan dunia luar yang semakin
sulit, bagaimana tidak, setiap hari harus berjalan hampir 3 KM dari
rumahnya di Kampung Sukadaya ke SMP Kalijati. Kemudian harus bergaul
dengan anak anak lingkungan kelas menengah, karena di SMP Kalijati pada
umumnya yang bersekolah disitu anak anak pilot yang bertugas di bandara
Kalijati, namun di masa inilah bakat kepemimpinan KDM mulai menonjol
dari mulai menjadi Ketua Kelas,OSIS sampai mengikuti berbagai kegiatan
extra kulikuler.
Beranjak dewasa di bangku SMA, Kang Dedi kadang
kadang harus menjadi tukang ojeg untuk membantu keluarga dan memenuhi
kebutuhannya, ada satu hal yang begitu tragis di masa itu, ketika KDM di
terima Sipenmaru di Fakultas Hukum UNPAD tahun 1989 an, namun
terpaksa tidak diambilnya karena factor biaya. Kegagalan berkuliah di
Unpad ini tidak membuat dirinya patah semangat.
Akhirnya KDM dengan perjuangan yang sangat berat dapat melanjutkan kuliah di STH Purnawarman Purwakarta, bagaimana tidak berat KDM semasa kuliah harus juga berjualan gorengan didepan kampus, kalau anak anak muda yang bermental cengeng tentu hal ini sangatlah tidak mungkin karena factor gengsi tentunya. Di masa masa kuliah ini jiwa leadership KDM semakin menonjol, selain aktip di senat mahasiswa KDM juga menjadi ketua HMI Kabupaten Purwakarta ketika itu, jadi tidak heran begitu selesai kuliah, KDM langsung menjadi politisi dengan menjadi anggota DPRD di Purwakarta dari Partai Golkar ketika itu di usianya baru menginjak 27 tahun.
Akhirnya KDM dengan perjuangan yang sangat berat dapat melanjutkan kuliah di STH Purnawarman Purwakarta, bagaimana tidak berat KDM semasa kuliah harus juga berjualan gorengan didepan kampus, kalau anak anak muda yang bermental cengeng tentu hal ini sangatlah tidak mungkin karena factor gengsi tentunya. Di masa masa kuliah ini jiwa leadership KDM semakin menonjol, selain aktip di senat mahasiswa KDM juga menjadi ketua HMI Kabupaten Purwakarta ketika itu, jadi tidak heran begitu selesai kuliah, KDM langsung menjadi politisi dengan menjadi anggota DPRD di Purwakarta dari Partai Golkar ketika itu di usianya baru menginjak 27 tahun.
Jadi sangatlah pantas jika KDM akhirnya ingin meningkatkan
pengabdiannya kepada bangsa dan Negara ini dengan menjadi Wakil Gubernur
di Jawa Barat, KDM telah menyelesaikan masa baktinya selama Dua Priode
menjadi Bupati Purwakarta dengan prestasi yang sangat membanggakan
dengan membawa Kabupaten Purwakarta menjadi Kabupaten yang istimewa
dengan berbagai kemajuan di bidang fisik dan pelayanan yang luar biasa.
Pepatah mengatakan: buah yang masak diatas pohon, lebih manis rasanya.
Memang waktu yang diperlukan untuk masak diatas pohon relatif lebih
lama. Karena itu, orang yang tidak sabar menunggu, biasanya melakukan
secara praktis dan lebih cepat dengan melakukan pengkarbitan, walaupun
kualitas hasilnya tentu lebih rendah, dan salah-salah malah bisa terjadi
pembusukan. Tak beda dengan kematangan buah diatas pohon, kematangan
kepemimpinan dalam suatu daerah dibutuhkan figur figur seorang pemimpin
yang terbentuk dalam waktu yang tidak singkat.
#2dm4jabar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar