expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 24 Februari 2018

DEDDY MIZWAR & DEDI MULYADI BUKANLAH FIGUR FIGUR PEMIMPIN INSTAN APALAGI KARBITAN


Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi bukanlah figure figure pemimpin yang terlahir secara instan lantaran garis keturunan karena anak seorang politisi, jendral atau pejabat, mereka berdua juga tidak dibesarkan dikeluarga yang memiliki kekayaan yang berlimpah, sehingga dengan kekuatan uang bisa meraih kekuasaan. Namun keduanya untuk dapat seperti sekarang ini telah melalui suatu proses tempaan alam terlebih dahulu sebagai bentuk lahan ujin bagi mereka berdua. Yang dimaksud tempaan alam disini bahwa keduanya jika melihat masa lalunya yang begitu sulit, namun lewat tekad dan perjuangan yang tidak mengenal lelah sehingga keduanya mampu merubah nasibnya.

Deddy Mizwar mungkin kita semua baru tahu, kalau dulunya beliau seorang PNS di Dinas Kesehatan DKI, kemudian berani berspekulasi untuk merubah keadaan hidupnya dengan beralih profesi menjadi seorang actor, tentu disini kita bisa menebak bagaimana sulitnya seorang yang spontanitas terjun ke dunia acting tanpa latar belakang pendidikan seni peran maupun seperti yang sering kita tonton actor actor sinetron saat ini yang hanya bermodalkan tampang yang keren saja., berani mengadu nasib di dunia yang benar benar baru digelutinya. Namun akhirnya seperti yang kita tahu beliau sebelum merambah ke dunia politik telah menjadi actor Indonesia yang sukses dan lewat kematangan actingnya telah menyabet beberapa kali penghargaan piala Citra sebagai aktot, aktor pembatu dan sutradara terbaik bahkan karya karya beliau di dunia film maupun sinetron mampu memberikan spirit nasionalisme seperti di filmnya Naga Bonar dan karya karya sinetronya dari mulai Kiamat Makin Dekat, Lorong Waktu sampai sinetron khas bulan puasa Para Pencari Tuhan (PPT) mampu memberi spirit religius kepada kita.

Begitu terjun kedunia politik sebagai wakilnya Pak Haji Aher di Pilgub Jabar 2013, Pak H. Deddy Mizwar telah memiliki modal yang lebih dari cukup yaitu popularitas dan kekayaan. Jadi tidaklah heran jika pasangan ini pada Pilgub Jabar 2013 silam mampu mengalahkan Rieke DP dan Kang Dede Yusuf yang sama sama berlatar belakang artis maupun politisi kawakan seperti Pak Yance.
Kemudian jika kita melihat latar belakang Kang Dedi Mulyadi, beliau hanyalah seorang anak desa yang dibesarkan ditengah tengah kesederhanaan yang sejak di bangku sekolah SD sudah dipaksa karena keadaan, harus membatu kedua orang tuanya dengan mengembala kambing, menyabit rumput, sampai yambi nyambi demi memperoleh uang jajan harus berjualan es mambo. Kalau KDM selama ini selalu memuji mendiang ibunya yang telah memberinya banyak inspirirasi, semua ini tidak lepas dari kegigihan sosok ibunya yang harus menggantikan peran ayahnya yang sakit saat itu. Sosok Ibunya bagi KDM telah mengajari menjadi manusia yang sederhana namun mumpuni.

Menginjak masa SMP bagi KDM seperti menemukan dunia luar yang semakin sulit, bagaimana tidak, setiap hari harus berjalan hampir 3 KM dari rumahnya di Kampung Sukadaya ke SMP Kalijati. Kemudian harus bergaul dengan anak anak lingkungan kelas menengah, karena di SMP Kalijati pada umumnya yang bersekolah disitu anak anak pilot yang bertugas di bandara Kalijati, namun di masa inilah bakat kepemimpinan KDM mulai menonjol dari mulai menjadi Ketua Kelas,OSIS sampai mengikuti berbagai kegiatan extra kulikuler.

Beranjak dewasa di bangku SMA, Kang Dedi kadang kadang harus menjadi tukang ojeg untuk membantu keluarga dan memenuhi kebutuhannya, ada satu hal yang begitu tragis di masa itu, ketika KDM di terima Sipenmaru di Fakultas Hukum UNPAD tahun 1989 an, namun terpaksa tidak diambilnya karena factor biaya. Kegagalan berkuliah di Unpad ini tidak membuat dirinya patah semangat.
Akhirnya KDM dengan perjuangan yang sangat berat dapat melanjutkan kuliah di STH Purnawarman Purwakarta, bagaimana tidak berat KDM semasa kuliah harus juga berjualan gorengan didepan kampus, kalau anak anak muda yang bermental cengeng tentu hal ini sangatlah tidak mungkin karena factor gengsi tentunya. Di masa masa kuliah ini jiwa leadership KDM semakin menonjol, selain aktip di senat mahasiswa KDM juga menjadi ketua HMI Kabupaten Purwakarta ketika itu, jadi tidak heran begitu selesai kuliah, KDM langsung menjadi politisi dengan menjadi anggota DPRD di Purwakarta dari Partai Golkar ketika itu di usianya baru menginjak 27 tahun.

Jadi sangatlah pantas jika KDM akhirnya ingin meningkatkan pengabdiannya kepada bangsa dan Negara ini dengan menjadi Wakil Gubernur di Jawa Barat, KDM telah menyelesaikan masa baktinya selama Dua Priode menjadi Bupati Purwakarta dengan prestasi yang sangat membanggakan dengan membawa Kabupaten Purwakarta menjadi Kabupaten yang istimewa dengan berbagai kemajuan di bidang fisik dan pelayanan yang luar biasa.

Pepatah mengatakan: buah yang masak diatas pohon, lebih manis rasanya. Memang waktu yang diperlukan untuk masak diatas pohon relatif lebih lama. Karena itu, orang yang tidak sabar menunggu, biasanya melakukan secara praktis dan lebih cepat dengan melakukan pengkarbitan, walaupun kualitas hasilnya tentu lebih rendah, dan salah-salah malah bisa terjadi pembusukan. Tak beda dengan kematangan buah diatas pohon, kematangan kepemimpinan dalam suatu daerah dibutuhkan figur figur seorang pemimpin yang terbentuk dalam waktu yang tidak singkat.

H.Deddy Mizwar maupun Kang Dedi Mulyadi ibarat buah yang matang di pohon karena telah melewati suati proses kepemimpinan yang panjang juga ditempa oleh perjuangan hidupnya maupun pengalamannya sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat dan Bupati Purwakarta selama Dua Priode. (DKS)
#2dm4jabar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar