ilustrasi
Aspek lain yang menunjukkan dinamika kehidupan masyarakat pribumi
adalah berlangsungnya pendidi formal. Kegiatan pendidikan berlangsung di
sekolah kabupaten. dan sekolah distrik. Sekolah kabupaten adalah
sekolah rendah kelas satu (de eerste kiasse school) yang terdapat di ibu
kota kabupaten.
Sekolah ini dimaksudkan untuk mendidik calon-calon
pegawai menengah. Oleh karena itu, murid sekolah dasar kelas satu
terdiri atas anak-anak pejabat pribumi tingkat menengah ke atas dan
tokoh masyarakat Sekolah distrik adalah sekolah rendah kelas dua (de
tweede kiasse school) yang terdapat di ibu kota distrik.
Sekolah
ini dimaksudkan untuk mendidik calon-calon pegawai rendahan. Pendidikan
di kedua sekolah itu ditempuh dalam waktu tiga tahun dengan bahasa
pengantar bahasa Melayu dan bahasa daerah. Tahun 1863, di Kota
Purwakarta telah berdiri sebuah sekolah kabupaten dengan jumlah murid 41
orang. Tahun berikutnya, jumlah murid bertambah 22 orang sehingga
menjadi 63 orang. Murid-murid itu terdiri atas I orang anak bupati, 2
orang anak ondercollecteur, 2 orang anak kepala distrik, 1 orang anak
jaksa, 3 orang anak penghulu, 2 orang anak mantri cacar (vaksinator), 4
orang anak mantri, 5 orang anak patinggi, 1 orang anak juru taksir padi
(rijst-taxateur), 2 orang anak kepala desa, 2 orang anak mandor, 2 orang
anak juru tulis, 1 orang anak telik sandi (mata-mata), 1 orang anak
ulama, 1 orang anak penjaga penjara (cipier), 15 orang anak pedagang, 1
orang anak jagal (penyembelih hewan), dan 17 orang anak petani pemilik
tanah. Beberapa waktu
• kemudian, 13 orang murid keluar sehingga
jumlah murid tahun 1864 tinggal 50 orang. Pekerjaan orang tua murid itu
secara tidak langsung menunjukkan keragaman kehidupan masyarakat pribumi
di Purwakarta.
Sejak tahun 1864, di ibu kota Distrik Karawang,
Wanayasa, Adiarsa, dan Cabangbungin, masing-masing berdiri sebuah
sekolah distrik. Murid pertama masing-masing sekolah adalah 20 orang, 19
orang, 18 orang, dan 7 orang. Usia murid di kedua sekolah tersebut
berkisar antara 10 tahun sampai dengan 23 tahun.
Mata pelajaran di
kedua sekolah tersebut adalah membaca (bacaan berbahasa Melayu dan
bahasa daerah), menulis (huruf Sunda, Jawa, dan Melayu), berhitung, ilmu
bumi, pengetahuan dasar ilmu ukur tanah, dan ilmu bumi. Pendirian
bangunan dan penyelenggaraan sekolah tersebut menjadi tanggung jawab
bupati.
Pada tahap awal, bangunan kedua sekolah tersebut sangat
sederhana. Bangunan itu dibuat dan bahan bambu dengan atap ijuk
dikerjakan oleh tenaga kerja wajib (heerendienst).
Tahun 1871 di
Afdeling Purwakarta sudah berdiri 22 sekolah madrasah dengan jumlah
murid 367 orang, terdiri atas 4 orang dewasa dan 363 anak remaja usia
sekitar 15 tahun. Tahun berikutnya, di Purwakarta sudah berdiri sebuah
ELS (Europesche Lagere School), sekolah rendah untuk anak-anak Eropa,
dengan jumlah murid 19 orang. Keberadaan madrasah dalam jumlah banyak
mencerminkan berlangsungnya kehidupan beragama (Islam). Hal itu tentu
tidak terlepas dan kekuasai atau wewenang bupati. Atas keberhasilan
memajukan daerahnya, Bupati R.A.A.. Sastra Adiningrat II mendapat tanda
jasa dan pemerintah kolonial berupa bintang Ridder in de Orde van den
Nederlandschen Leeuw. Oleh karena itu, ia dijuluki “Dalem Bintang” oleh
masyarakat pribumi. Tanda jasa itu memang biasa diberikan oleh
pemerintah kolonial kepada bupati yang berprestasi, terutama dalam
bidang kegiatan yang mendatangkan keuntungan bagi pemerintah kolonial.
Pada masa pemerintahan Bupati R.A.A. Sastra Adiningrat III/R. Suria
kusumah (1886-1911) dibantu oleh Patih R. Kusumadipura, dinamika
kehidupan di Purwakarta cenderung meningkat. Kondisi itu ditunjukan oleh
peningkatan jumlah penduduk, perkembangan transportasi dan komunikasi,
perekonomian, dan lain-lain.
Catatan
Aspek pendidikan
merupakan aspek yang dibutuhkan oleh setiap warga masyarakat, baik
pendidikan formal maupun pendidikan informal, nonformal. Alasannya,
karena pendidikan yang kemudian akan meningkatkan kemampuan dan
kecerdasan warga masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya.
Pendidikan tidak boleh ditinggalkan karena di negara atau wilayah yang
sudah maju sekalipun pendidikan tidak pernah ditinggalkan. Pendidikan
yang menopang negara, wilayah, dan daerah untuk tetap berdiri.
Pendidikan ini yang menciptakan wawasan bagi individu dalam mencapai
kesejahteraan lahir dan batin.
#kdmj1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar