expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 05 Mei 2017

Buku Kang Dedi Mulyadi CING CARINGCING PAGEUH KANCING SET SARINGSEUT PAGEUH IKEUT Bab : Telaah Penerapan Pribahasa Cing Caringcing Pageuh Kancing Set Saringseut Pageuh Ikeut (CCPKSSPI)


28) Peribahasa Cing Caringcing Pageuh Kancing Set Saringseut Pageuh Ikeut dan Tingkat Pendidikan
ilustrasi
Aspek lain yang menunjukkan dinamika kehidupan masyarakat pribumi adalah berlangsungnya pendidi formal. Kegiatan pendidikan berlangsung di sekolah kabupaten. dan sekolah distrik. Sekolah kabupaten adalah sekolah rendah kelas satu (de eerste kiasse school) yang terdapat di ibu kota kabupaten.
Sekolah ini dimaksudkan untuk mendidik calon-calon pegawai menengah. Oleh karena itu, murid sekolah dasar kelas satu terdiri atas anak-anak pejabat pribumi tingkat menengah ke atas dan tokoh masyarakat Sekolah distrik adalah sekolah rendah kelas dua (de tweede kiasse school) yang terdapat di ibu kota distrik.
Sekolah ini dimaksudkan untuk mendidik calon-calon pegawai rendahan. Pendidikan di kedua sekolah itu ditempuh dalam waktu tiga tahun dengan bahasa pengantar bahasa Melayu dan bahasa daerah. Tahun 1863, di Kota Purwakarta telah berdiri sebuah sekolah kabupaten dengan jumlah murid 41 orang. Tahun berikutnya, jumlah murid bertambah 22 orang sehingga menjadi 63 orang. Murid-murid itu terdiri atas I orang anak bupati, 2 orang anak ondercollecteur, 2 orang anak kepala distrik, 1 orang anak jaksa, 3 orang anak penghulu, 2 orang anak mantri cacar (vaksinator), 4 orang anak mantri, 5 orang anak patinggi, 1 orang anak juru taksir padi (rijst-taxateur), 2 orang anak kepala desa, 2 orang anak mandor, 2 orang anak juru tulis, 1 orang anak telik sandi (mata-mata), 1 orang anak ulama, 1 orang anak penjaga penjara (cipier), 15 orang anak pedagang, 1 orang anak jagal (penyembelih hewan), dan 17 orang anak petani pemilik tanah. Beberapa waktu
• kemudian, 13 orang murid keluar sehingga jumlah murid tahun 1864 tinggal 50 orang. Pekerjaan orang tua murid itu secara tidak langsung menunjukkan keragaman kehidupan masyarakat pribumi di Purwakarta.
Sejak tahun 1864, di ibu kota Distrik Karawang, Wanayasa, Adiarsa, dan Cabangbungin, masing-masing berdiri sebuah sekolah distrik. Murid pertama masing-masing sekolah adalah 20 orang, 19 orang, 18 orang, dan 7 orang. Usia murid di kedua sekolah tersebut berkisar antara 10 tahun sampai dengan 23 tahun.
Mata pelajaran di kedua sekolah tersebut adalah membaca (bacaan berbahasa Melayu dan bahasa daerah), menulis (huruf Sunda, Jawa, dan Melayu), berhitung, ilmu bumi, pengetahuan dasar ilmu ukur tanah, dan ilmu bumi. Pendirian bangunan dan penyelenggaraan sekolah tersebut menjadi tanggung jawab bupati.
Pada tahap awal, bangunan kedua sekolah tersebut sangat sederhana. Bangunan itu dibuat dan bahan bambu dengan atap ijuk dikerjakan oleh tenaga kerja wajib (heerendienst).
Tahun 1871 di Afdeling Purwakarta sudah berdiri 22 sekolah madrasah dengan jumlah murid 367 orang, terdiri atas 4 orang dewasa dan 363 anak remaja usia sekitar 15 tahun. Tahun berikutnya, di Purwakarta sudah berdiri sebuah ELS (Europesche Lagere School), sekolah rendah untuk anak-anak Eropa, dengan jumlah murid 19 orang. Keberadaan madrasah dalam jumlah banyak mencerminkan berlangsungnya kehidupan beragama (Islam). Hal itu tentu tidak terlepas dan kekuasai atau wewenang bupati. Atas keberhasilan memajukan daerahnya, Bupati R.A.A.. Sastra Adiningrat II mendapat tanda jasa dan pemerintah kolonial berupa bintang Ridder in de Orde van den Nederlandschen Leeuw. Oleh karena itu, ia dijuluki “Dalem Bintang” oleh masyarakat pribumi. Tanda jasa itu memang biasa diberikan oleh pemerintah kolonial kepada bupati yang berprestasi, terutama dalam bidang kegiatan yang mendatangkan keuntungan bagi pemerintah kolonial. Pada masa pemerintahan Bupati R.A.A. Sastra Adiningrat III/R. Suria kusumah (1886-1911) dibantu oleh Patih R. Kusumadipura, dinamika kehidupan di Purwakarta cenderung meningkat. Kondisi itu ditunjukan oleh peningkatan jumlah penduduk, perkembangan transportasi dan komunikasi, perekonomian, dan lain-lain.
Catatan
Aspek pendidikan merupakan aspek yang dibutuhkan oleh setiap warga masyarakat, baik pendidikan formal maupun pendidikan informal, nonformal. Alasannya, karena pendidikan yang kemudian akan meningkatkan kemampuan dan kecerdasan warga masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya.
Pendidikan tidak boleh ditinggalkan karena di negara atau wilayah yang sudah maju sekalipun pendidikan tidak pernah ditinggalkan. Pendidikan yang menopang negara, wilayah, dan daerah untuk tetap berdiri. Pendidikan ini yang menciptakan wawasan bagi individu dalam mencapai kesejahteraan lahir dan batin.
#kdmj1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar