expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 29 Mei 2017

Buku Kang Dedi Mulyadi : CING CARINGCING PAGEUH KANCING SET SARINGSET PAGEUH IKET




Bab : Telaah Penerapan Bahasa Cing Caringcing Pageuh Kancing Set Saringset Pageuh Iket
29. Pribahasa Cing Caringcing Pageuh Kancing Set Saringset Pageuh Iket dan Transportasi
Ilustrasi sejarah
Kehidupan di Purwakarta makin berkembang setelah
daerah itu dilewati oleh jalan kereta api, yaitu jalur kereta api
kedua dari Batavia ke Bandung. Perlu dikemukakan, jalankereta api Pertama yang dibangun di daerah Jawa Barat adalah jalur
Batavia—Bogor-Sukabumi—Cianjur—Padalarang—Bandung dan seterusnya sampai ke Cilacap. Transportasi kereta api antara Bogor—Bandung dibuka secara bertahap antara tahun 1881 sampai dengan tahun 1884. Awal abad ke-20 dibuka jalur kereta api kedua
antara Batavia—Bandung lewat Purwakarta. Jalur kereta api
Karawang—Purwakarta (41 kilometer) diresmikan tanggal 27
Desember 1902. Jalur itu sampai di Padalarang tahun 1906.
Keberadaan transportasi kereta api mendorong
meningkatnya mobilitas sosial, kemunikasi, dan perdagangan antar kota/daerah. Transportasi kereta api diadakan tak hanya untuk keperluan orang-orang Eropa, tetapi masyarakat pribumi pun dapat menggunakannya. Hal itu dimungkinkan oleh ongkos kereta api, khususnya kelas III (kelas ekonomi), baik untuk ôrang maupun barang, cukup murah Pada tahap awal transportasi kereta api.
dioperasikan, tarif umum penumpang tiap orang per kilometer adalah 12 sen untuk kelas I,9 sen untuk kelas II, dan 3 sen untuk kelas III.
ini. Berarti pada tahap awal ongkos penumpang kereta api
dari Purwakarta ke Batavia (103,06 kilometer) adalah f 3,09
Purwakarta-Bandung (70,62 kilometer) adalah f 2,12. Keberadaan transportasi kereta api menyebabkan Purwakarta makin terbuka.
dalam arti dapat dicapai dengan mudah, baik dari arah Batavia maupun dan Bandung. Hal itu mendorong kehidupan di Purwakarta makin berkembang sehingga banyak orang Eropa Belanda dan daerah lain, termasuk Residen Karawang, yang tertarik untuk tinggal
di kota Purwakarta, apalagi suhu udaranya cukup menyenangkan.
Itulah sebabnya di kota itu dibangun gedung keresidenan (1967) yang disebut “gedong/kantor gede” oleh masyarakat pribumi. Pada sisi lain, keberadaan transportasi kereta api telah mendorong guru-guru pribumi di Afdeling Karawang untuk merealisasikan pembentukan perkumpulan guru. Sejumlah guru:daerah itu sudah lama memiliki gagasan untuk membentuk.perkumpulan guru. Guru-guru dimaksud adalah guru-guru sekolah rendah kelas I dan II di Purwakarta dan sekolah rendah kelas II di distrik-distrik Karawang,,Wanayasa, Dawuan, Cilamaya.dan Subang. Akan tetapi, gagasan itu tidak segera dapat di1aksanaka
Kendala utama yang menjadi faktor penyebabnya adalah kesulitan berkomunikasi antara guru di daerah satu dan guru di daerah lain akibat belum adanya sarana transportasi dan komuniikasi.
Setelah transportasi kereta api di jalur kedua beroperasi
guru-guru tersebut, kecuali guru dan daerah Subang, tanggal 5:April 1903 berkumpul di Dawuan dan membentuk organ perkumpulan guru di Afdeling Karawang. Guru-guru yang terpilih menjadi pengurus organisasi tersebut adalah Mas Kartasasmita .Kepala Sekolah Rendah Kelas I Purwakarta, sebagai ketua dengan sebutan presiden. Raden Singawinata, mantri guru di Karawang.
sebagai sekretaris. Mas Sumadireja, mantri guru di Dawuan:
sebagai bendahara.
Perkumpulan tersebut dibentuk dengan beberapa tujuan
Pertama, untuk mengerakkan hubungan atau persahabatan
:kalangan guru. Kedua, untuk membahas berbagai keperluan sekolah. Sejalan dengan tujuan kedua, pengurus perkumpulan wajib melaporkan kekurangan buku-buku pelajaran membaca,berhitung, alat-alat tulis, dan lain-lain, sekaligus memohon tambahan barang-barang tersebut. laporan dan permohonan itu ditujukan kepada Direktur HIK (Hollandsch Inlandsche Kweekschocil)Bandurig. Waktu itu HIK Bandung selain sebagai sekolah calon guru pribumi, juga berperan sebagai pembina sekolah-sekolah
rendah pribumi. Guru-guru pribumi di daerah Karawang
termasuk Purwakarta adalah lulusan HIK Bandung.
Transportasi kereta api secara langsung ataupun tidak
langsung telah mendorong bertambahnya fasilitas kota, antara lain jaringan listrik (1908), Pasar Rebo (1911), dan Rumah Sakit Bayu Asih. Rumah sakit itu dibangun oleh misi Zendmg tahun 1925 dan diresmikan tahun 1930. Tahun 1920-an kehidupan pendidikan di Purwakarta makin berkembang. Di Kota Purwakarta dibuka ELS (Europesche Lagere School) baru. Sekolah itu memiliki 5 orang guru dan murid 138 orang, 56 murid di antaranya bukan golongan Eropa. Selain ELS, di Purwakarta juga berdiri beberapa sekolah menengah, sekolah kejuruan, dan sekolah khusus. sekolah menengah yang pertama berdiri di Purwakarta adalah HIS (Hollandsch Inlaizdsche School).
Pada awal berdirinya, sekolah itu memiiki 8 orang guru dan 238 murid. Setiap tahun jumlah murid HIS terus meningkat sehingga tidak sesuai dengan daya tampung sekolah. Oleh karena itu, pada tahun 1929 pemerintah koloriial memberi izin kepada misi Zending untuk membuka HIS di Purwakarta, dan akan diberi subsidi.
Catatan
Perkembangan suatu wilayah terus berjalan, begitu pula
kebutuhan masyarakat semakin berkembang dan harus dipenuhi. Salah satu kebutuhan masyarakat adalah transportasi. Kebutuhan ini semata mata untuk menyampaikan tujuan masyarakat dari satu daerah ke daerah lain. Transportasi harus diperhitungkan kesesuaian wilayah. Maka,keberagaman transportasi pun perlu ada dan diselenggarakan.
#kdmj1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar