Seorang pemimpin yang memimpin dengan RASA akan lebih memahami realitas kehidupan nyata
di daerah yang dipimpinnya, semua kebijakan yang dibuatnya benar benar hasil
dari perenungan, kajian dan analisanya selama menjalin kedekatan dengan
masyarakat, selama berada berdiri disuatu lingkungan , selama datang dan
melihat langsung tentang apa yang dirasakan maupun yang dibutuhkan masyarakat yang dipimpinya, sehingga semua kebijakannya
akan dirasakan benar manfaatnya oleh
masyarakatnya. Tipikal KDM memang seorang pemimpin yang memimpin dengan RASA, seorang leader, seorang
pandita yang selalu berkelana di daerah daerah pinggiran kota yang kumuh,
disudut sudut kampung yang becek, di pesisir pantai, dilereng lereng bukit.
Untuk mendengar semua keluh kesah warganya. KDM seorang pemimpin yang selalu
memiliki percaya diri untuk memecahkan permasalahan suatu daerah, tanpa perlu
study banding ke luar negeri yang akan menghambur hamburkan uang Negara saja.
(DKS)
“Orang sering bertanya, kenapa saya sering menyusuri ke
sudut sudut kampung menyusuri wilayah diseluruh Jawa Barat, dari mulai Ujung
Genteng sampai Kampung Jawa, dari Kampung
Jawa sampai Cipondoh , dari Cipomdoh sampai
Eretan sampai Muara Gembong. Kudapati rakyat yang katanya wajib belajar
12 tahun, tapi kelasnya antara SD dan SMP kelasnya berbeda jumlah SD lebih besar dari pada SMP, Negara
mewajibkan rakyatnya bersekolah, tapi Negara tidak menyiapkan ruang kelasnya.Kewenangan
yang dimiliki oleh Propinvinsi dan Kabupaten sering sekali menjadi Egosektoral
, yang tidak menyatukan jiwanya seorang
Gubernur, Wakil Gubernur adalah administratur
yang harus menyatukan energy itu, tidak mesti punya program baru, satukan jiwa dalam raga dalam tri Tangtu di
Buana, Kejayaan Masyarakat Sunda.” –Dedi Mulyadi
sudut sudut kampung menyusuri wilayah diseluruh Jawa Barat, dari mulai Ujung
Genteng sampai Kampung Jawa, dari Kampung
Jawa sampai Cipondoh , dari Cipomdoh sampai
Eretan sampai Muara Gembong. Kudapati rakyat yang katanya wajib belajar
12 tahun, tapi kelasnya antara SD dan SMP kelasnya berbeda jumlah SD lebih besar dari pada SMP, Negara
mewajibkan rakyatnya bersekolah, tapi Negara tidak menyiapkan ruang kelasnya.Kewenangan
yang dimiliki oleh Propinvinsi dan Kabupaten sering sekali menjadi Egosektoral
, yang tidak menyatukan jiwanya seorang
Gubernur, Wakil Gubernur adalah administratur
yang harus menyatukan energy itu, tidak mesti punya program baru, satukan jiwa dalam raga dalam tri Tangtu di
Buana, Kejayaan Masyarakat Sunda.” –Dedi Mulyadi
#2dm4jabar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar