expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 01 Januari 2018

POLA PIKIR KANG DEDI MULYADI (KDM) SANGAT MODERAT BAHKAN REVOLUSIONER







Seiring dengan santernya pemberitaan koalisi antara Partai Golkar dengan Partai Demokrat dalam Pilgub Jabar 2018 dengan mengusung H.DEDI MULYADI berpasangan dengan H.DEDDY MIZWAR yang mana koalisi ini menamakan diri dengan koalisi SAJAJAR, artinya disebut Sajajar kedua kandidat ini memiliki kesetaraan yang sama, terlepas siapa yang menjadi Cagub dan Cawagubnya nanti ketika pendaftaran ke KPUD Jawa Barat pada tanggal 9 Januari 2018 nanti. (Semoga saja mereka berdua juga mendaftarkannya pada jam 9 pagi). Koalisi ini mungkin di bangun tidak hanya faktor kesetaraan namun mungkin juga karena faktor kedekatan, mengingat kantor DPP Partai Golkar Jawa Barat dengan kantor DPP Partai Demokrat letaknya hampir bersebelahan tinggal menyeberang jalan saja yaitu sama sama berlokasi di Jl.Maskumambang Bandung.

Begitu menggemanya pasangan ini sehingga mengudang reaksi beberapa pengamat yang berpendapat, bahwa antara KDM dan H.Demiz dianggap pasangan yang kotradiktif dari segi pemikirannya dan dianggap hal ini kurang baik, para pengamat itu menilia pola pikir H.Demiz dianggap moderat/modern dan KDM dianggap konservatif/kolot/tradisional/buhun. Tentu kita para pencinta KDM menolak tuduhan para pengamat yang menyebutkan bahwa KDM memiliki pola pikir seperti yang mereka duga.

KDM memang konservatif/kolot/ buhun ya itu hanya kadang kadang dari segi penampilannya saja, KDM memakai iket,baju dan celana pangsi komprang, kadang kadang juga berjalan tanpa alas kaki, kalau bicara menundukan muka dengan bahasa Sunda yang halus, lemah lembut, hal ini bagi seorang KDM hanya untuk mempresentasikan dirinya sebagai orang Sunda, bahkan ketika beliau berpidato di PBB di bulan Agustus tahun 2015 pun masih dengan penampilan seperti ini tidak diganti dengan memakai Jas dan berdasi.

Seperti yang kita tahu semua, bahwa faktanya pemikiran seorang KDM sangatlah moderat tanpa meninggalkan jati dirinya sebagai orang Sunda. Lihat saja contohnya semua pelayanan yang ada di Purwakarta berbasis IT semua, Tempat Parawisata milik Pemkab seperti Air Mancur Taman Sri Baduga, yang mampu mendatangkan 50.000 wisatawan setiap minggunya, membangun ini juga perlu keberanian, kalau bukan hasil pemikiran yang moderat dan revolusiner mana bisa. Kemudian Museum Museum Diorama (Wayang, Panyawangan, Bale Indung) semuanya memakai teknologi yang belum ada di kota kota lainnya di Indonesia.
Pemikiran revolusiner lainnya, lihat saja bagaimana beliau dalam mengatur APBD Purwakarta yang jauh dari sekedar cukup, namun lewat gagasan gagasan pemikiran KDM mampu membawa pembangun di Purwakarta menjadi sangat luar biasa.

Dari segi pendidikan, di Purwakarta Pola Pendidikan berkarakter yang merupakan gagasan KDM kita anggap itu satu pemikiran yang sangat revolusioner, karena berani melawan arus dengan pola pendidikan nasional.
Dari segi perencanaan Pembangunan KDM juga memiliki keberanian untuk tidak mengacu dari Blueprin Bapenas, hal ini juga harus kita anggap pemikiran Revolusiner, ATM beras perelek saja ternyata di Purwakarta jauh lebih dulu sebelum ada di kota Bandung yang baru disosialisakan beberapa hari kemarin, semua catatan diatas menunjukan bahwa pola pikir KDM sangat modern dan Revolusiner.(DKS)
#dedimulyadi7abar1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar