Ya bagi kita yang beriman apalah arti sebuah mitos, itu hanya bagian
dari klenik saja, Bagi kita yang beriman meyakini jika sukses dan
tidaknya seseorang merupakan taqdir dari Sang Maha Pencipta. Namun di
kehidupan keseharian di masyarakat ada saja sesuatu yang dimitoskan oleh
masyarakat itu biasanya karena sesuatu yang berulang ulang terjadi pada
suatu peristiwa.
Namun terlepas kita meyakininya atau tidak, Mitos Mitos ini kalau kita amati seperti sebuah hukum alam yang nyata dan bertahan cukup lama, padahal mungkin juga kalau kita kaji atau teliti lebih dalam tentu ada penjelasan secara ilmiahnya.
Namun terlepas kita meyakininya atau tidak, Mitos Mitos ini kalau kita amati seperti sebuah hukum alam yang nyata dan bertahan cukup lama, padahal mungkin juga kalau kita kaji atau teliti lebih dalam tentu ada penjelasan secara ilmiahnya.
Ambil contoh
contoh yang sederhana namun populer saja di dunia. Kita mengenal Mitos
di sejarah Piala Dunia, bahwa tidak pernah ada negara negara Eropa yang
berhasil menjadi juara Dunia, jika piala Dunia tersebut di selenggarakan
di benua Amerika, Mitos itu terbantahkan setelah Jerman juara piala
dunia di Brazil tahun 2014. Namun mitos ini terjadi cukup panjang yaitu
hampir selama sejarah terselenggaranya Piala Dunia.
Masih ada
juga masih diseputaran sepak bola, ada mitos bahwa dalam Champions liga
Eropa, tidak ada tim tim elite Eropa yang mampu menjadi juara secara
berturut turut, Mitos ini juga terbantahkan ketika Real Madrid mampu
menjadi juara pada tahun 2016 dengan mengalahkan tim sekota Atletico
Madrid dengan adu pinalti 5-3, kemudian tahun 2017 juara dengan
mengalahkan Juventus dengan score 4:1 di Final, sekaligus mengubur mitos
yang bertahan selama hampir 17 tahun pasca dirubahnya kejuaran ini
menjadi format seperti sekarang ini. Kalau formatnya zaman dulu sih
kejuaraan ini hanya diikuti oleh 1 club juara dari setiap negara dengan
sistim home away langsung gugur.
Seperti halnya Gedung yang
dijadikan kantor Gubernur Jawa Barat yaitu Gedung Sate Bandung yang
memiliki banyak cerita mitos di masyarakat, Begitupun dalam Pilgub
Jabarnya sendiri sepajang sejarahnya selepas masa reformasi dimana
Gubernur Jabar dipilih langsung oleh rakyat Jawa Barat melalui Pilgub
Dari Dua Kali penyelengaraannya Pada pemilihan Gubernur untuk priode 2008-2013 dan 2013-2018, ada beberapa kenyataan terjadi kemudian masyarakat menyebutnya dengan Mitos Pilgub Jabar.
Dari Dua Kali penyelengaraannya Pada pemilihan Gubernur untuk priode 2008-2013 dan 2013-2018, ada beberapa kenyataan terjadi kemudian masyarakat menyebutnya dengan Mitos Pilgub Jabar.
1.Bahwa Pilgub Jabar merupakan ‘kuburan’ para jenderal.
Mitos tersebut muncul lantaran dari beberapa kali pesta demokrasi pasca reformasi, beberapa jenderal yang ingin mencoba peruntungan duduk di kursi nomor satu dan dua Jawa Barat, berguguran, sebut saja Agum Gumelar, dan Iwan Sulanjana.
"Sudrajat Menampik Mitos Pilgub Jabar ‘Kuburan’ para Jenderal"
Mitos tersebut muncul lantaran dari beberapa kali pesta demokrasi pasca reformasi, beberapa jenderal yang ingin mencoba peruntungan duduk di kursi nomor satu dan dua Jawa Barat, berguguran, sebut saja Agum Gumelar, dan Iwan Sulanjana.
"Sudrajat Menampik Mitos Pilgub Jabar ‘Kuburan’ para Jenderal"
2. Mitos Kutukan Survey.
Dari Dua kali penyelenggaraannya bahwa pemenang Pilgub Jabar bukan dari peraih hasil survey tertinggi.
Dari Dua kali penyelenggaraannya bahwa pemenang Pilgub Jabar bukan dari peraih hasil survey tertinggi.
" itu kan ( kutukan survey ) mitos saja sebenarnya, tapi itu kerapkali
berulang. Pada 2008 pak Agum Gumelar itu kan dianggapnya tokoh nasional,
kenyataannya dikalahkan oleh Aher dan Dede Yusuf. Ada faktor Dede Yusuf
disitu. 2013 kejadiannya kurang lebih sama, hanya sedikit perbedaan,
waktu itu kan posisi pemenang ( unggul dalam survey ) Dede Yusuf dan Lex
Leksamana ya. Dalam mengukur orang ( figur yang akan diusung), menilai
orang partai politik harus bisa menilai komprehensif. Bukan hanya
survey. Kalau Survey itu kan kondisi hari ini. Katakanlah misalnya RK
menang, ya kondisi hari ini, bukan kondisi nanti, 4 6 bulan yang akan
datang. Kerja – kerja politik, momentum politik, tim sukses punya
kontribusi dalam pemenangan. Katakanlah Aher saat itu ( 2013 ) ditinggal
Dede Yusuf, dia ( Aher ) punya strategi lain dengan menggandeng Demiz,
ada bansos itu lho, lalu membuat orang lebih memilih dia (Aher) pada
putaran kedua. Ya kembali lagi ‘kutukan ‘ itu, ya parpol harus bisa
komprehensif, karena dalam politik itu satu ditambah satu hasilnya bukan
dua,tidak boleh hanya survey, tapi bagaimana memperkuat basis. Survey
itu kan cuma simulasi saja. Kalau Parpol memilih hanya karena survey, ya
sepertinya harus dievaluasi lagi" -Muradi
3.Nama Cawagub Jabar yang berawalan DE selalu membawa keberuntungan ada Dede Yusuf di Pilgub Jabar 2008, dan Deddy Mizwar di Pilgub Jabar 2013 dan semoga Dedi Mulyadi di Pilgub Jabar 2018 ini.
Inilah mitos mitos yang ada di sejarah pelaksanaan Pilgub Jabar secara langsung sejak tahun 2008.
Tulisan ini tidak bermaksud apa apa, ini hanya sekedar tulisan intermezzo /pengembira saja disuasana kampanye Pilgub Jabar 2018 (DKS)
#dedimulyadi7abar1