expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 17 Desember 2017

MESRA "BANTENG BERINGIN" DAN POTENSI KOALISI DI PILGUB JABAR 2018

Jika beberapa bulan kemarin Kang Emil mengatakan:
"Saya Pemain Pilkada, Sudah Tahu Triknya",
namun sayang saat ini bola telah berhasil direbut KDM, saat ini KDM yang memegang kendali permainan, seperti pertarungan laga El Clasico antara Madrid VS Barca, pertarungan Pilkada Jabar 2018 bukan masalah trik yang menjurus diving, namun lebih kepada kepintaran memanfaatkan momentum, Sebagai politisi kawakan yang memiliki reputasi dan jam terbang yang panjang KDM faham benar ada saatnya bertahan dan tentunya ada saatnya melakukan counter attack, Saat ini KDM tidak hanya dapat menyamakan kedudukan, namun mampu juga mencetak gol kemenangan di masa masa injury time (DKS)
#dedimulyadi7abar1


MESRA "BANTENG BERINGIN" DAN POTENSI KOALISI DI PILGUB JABAR 2018
Jakarta, CNN Indonesia -- Airlangga Hartarto terpilih menjadi Ketua Umum Golkar dalam rapat Pleno DPP Golkar. Menteri perindustrian itu menggantikan posisi Setya Novanto yang kini menjadi terdakwa kasus korupsi proyek pengadaan e-KTP.
Terpilihnya Airlangga, menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno akan membawa angin perubahan di partai beringin. Dia memprediksi partai Golkar akan semakin mesra dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), partai penyokong presiden Joko Widodo.
Kemesraan beringin dengan banteng, menurut Adi akan terlihat pada pemilihan kepala daerah serentak 2018.
Menurut Adi , Airlangga merupakan sosok yang dekat dengan Jokowi, karena saat ini menjabat sebagai Menteri Perindustrian. Komunikasi antara Airlangga dan Jokowi berjalan tanpa hambatan sehingga kedekatan akan sangat mudah tercipta.
Kedekatan Airlangga dengan PDIP juga ditunjukkan ketika Rakornas Tiga Pilar PDIP di Tangerang, Banteng. Airlangga hadir dalam acara tersebut.
Bahkan, di sela-sela acara, Airlangga menyempatkan diri berbincang dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Presiden Joko Widodo, dan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Wakil Presiden Jusuf Kalla turut duduk bersama mereka.
"Melihat kemesraan dua ketua umum itu, wajar jika Golkar dan PDI Perjuangan tengah menjajaki suatu koalisi untuk hadapi pilkada serentak," kata Adi kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Minggu (18/12) malam.
PDIP-Golkar di Jawa Barat
Langkah partai Golkar mencabut rekomendasi terhadap Ridwan Kamil dalam pemilihan gubernur Jawa Barat, kata Adi, adalah langkah awal hubungan mesra Golkar-PDIP.
Keputusan Golkar mencabut dukungan kepada Ridwan Kamil untuk maju sebagai calon gubernur Jabar, diambil karena Ridwan Kamil tidak kunjung menetapkan Daniel Mutaqien sebagai calon wakil gubernur hingga batas waktu yang diberikan Golkar, yakni 25 November 2017.
Golkar menyatakan keluar dari poros PPP, PKB, NasDem, dan Hanura yang telah mengusung Ridwan Kamil sebagai calon gubernur Jawa Barat.
Adi mengatakan, peluang Golkar untuk membentuk koalisi dengan PDIP di Pilgub Jabar sangat terbuka.
"Skenario terdekat ya Golkar dan PDI Perjuangan berkoalisi jika melihat kemesraan ketua umum mereka," ujar Adi.
Alasan lain, kemungkinan adanya poros baru itu yakni kuatnya posisi Golkar dan PDIP di DPRD Jawa Barat.
Berdasarkan kepemilikan kursi di DPRD Jawa Barat, Golkar memiliki 17 kursi, dan PDIP memiliki 20 kursi. Dengan jumlah total 37 kursi, Koalisi dua partai itu sudah bisa mengusung calon gubernur-wakil gubernur. Bahkan, PDIP sebetulnya bisa mencalonkan calon pasangan tanpa harus berkoalisi.
Adi memperkirakan poros baru itu akan mengusung Ketua DPD Jawa Barat Golkar, Dedi Mulyadi sebagai calon gubernur.
Kemungkinan itu terjadi sangat besar mengingat elektabilitas Dedi cukup tinggi dalam sejumlah hasil survei.
Dedi juga merupakan kader yang telah banyak memberikan kontribusi kepada Golkar. Dedi juga berkontribusi mengantarkan Airlangga terpilih sebagai ketua umum baru.
"Jadi wajar kalau Golkar-nya Airlangga memberikan kesempatan kepada Dedi. Bahkan bagus, karena Ridwan Kamil selama ini enggak ada kontribusi kepada Golkar seperti yang Dedi berikan sebagai kader," ujar Adi.
Adi menilai PDIP akan rela dengan posisi calon wakil gubernur dalam poros baru tersebut.
PDIP memang mampu mencalonkan calonnya sendiri berkat kepemilikan 20 kursi di DPRD Jawa Barat. Namun di sisi yang lain, PDI Perjuangan tidak memiliki kader yang memiliki elektabilitas yang mampu mengimbangi Dedi.
Merujuk hasil survei Lingkaran Survei Indonesia pimpinan Denny Januar Ali, tidak ada kader PDIP yang tingkat elektabilitasnya mendekati Dedi.
Berdasarkan survei yang dilakukan sepanjang 22-29 September dengan melibatkan 440 responden. Nama Ridwan Kamil menempati posisi elektabiltas teratas dengan 26,7 persen, disusul Dede Yusuf (20,1 persen), Deddy Mizwar (19,2 persen), Abdullah Gymnastiar(10 persen), Dedi Mulyadi (9,7 persen), dan UU Ruzhanul Ulum (5,1 persen).
"Dedi paling realistis menjadi Cagub. Bahkan nama Puti (Guntur Soekarnoputri) yang diisukan bakal diusung PDIP pun enggak muncul dalam survei. PDIP pasti melihat itu," kata Adi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar