Jika beberapa bulan kemarin Kang Emil mengatakan:
"Saya Pemain Pilkada, Sudah Tahu Triknya",
namun sayang saat ini bola telah berhasil direbut KDM, saat ini KDM
yang memegang kendali permainan, seperti pertarungan laga El Clasico
antara Madrid VS Barca, pertarungan Pilkada Jabar 2018 bukan masalah
trik yang menjurus diving, namun lebih kepada kepintaran memanfaatkan
momentum, Sebagai politisi kawakan yang memiliki reputasi dan jam
terbang yang panjang KDM faham benar ada saatnya bertahan dan tentunya
ada saatnya melakukan counter attack, Saat ini KDM tidak hanya dapat
menyamakan kedudukan, namun mampu juga mencetak gol kemenangan di masa
masa injury time (DKS)
#dedimulyadi7abar1MESRA "BANTENG BERINGIN" DAN POTENSI KOALISI DI PILGUB JABAR 2018
Jakarta, CNN Indonesia -- Airlangga Hartarto terpilih menjadi Ketua
Umum Golkar dalam rapat Pleno DPP Golkar. Menteri perindustrian itu
menggantikan posisi Setya Novanto yang kini menjadi terdakwa kasus
korupsi proyek pengadaan e-KTP.
Terpilihnya Airlangga, menurut
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno akan
membawa angin perubahan di partai beringin. Dia memprediksi partai
Golkar akan semakin mesra dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP), partai penyokong presiden Joko Widodo.
Kemesraan beringin dengan banteng, menurut Adi akan terlihat pada pemilihan kepala daerah serentak 2018.
Menurut Adi , Airlangga merupakan sosok yang dekat dengan Jokowi,
karena saat ini menjabat sebagai Menteri Perindustrian. Komunikasi
antara Airlangga dan Jokowi berjalan tanpa hambatan sehingga kedekatan
akan sangat mudah tercipta.
Kedekatan Airlangga dengan PDIP juga
ditunjukkan ketika Rakornas Tiga Pilar PDIP di Tangerang, Banteng.
Airlangga hadir dalam acara tersebut.
Bahkan, di sela-sela acara,
Airlangga menyempatkan diri berbincang dengan Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarnoputri, Presiden Joko Widodo, dan Menteri Koordinator Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Wakil Presiden Jusuf Kalla turut
duduk bersama mereka.
"Melihat kemesraan dua ketua umum itu, wajar
jika Golkar dan PDI Perjuangan tengah menjajaki suatu koalisi untuk
hadapi pilkada serentak," kata Adi kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Minggu (18/12) malam.
PDIP-Golkar di Jawa Barat
Langkah partai Golkar mencabut rekomendasi terhadap Ridwan Kamil dalam
pemilihan gubernur Jawa Barat, kata Adi, adalah langkah awal hubungan
mesra Golkar-PDIP.
Keputusan Golkar mencabut dukungan kepada Ridwan
Kamil untuk maju sebagai calon gubernur Jabar, diambil karena Ridwan
Kamil tidak kunjung menetapkan Daniel Mutaqien sebagai calon wakil
gubernur hingga batas waktu yang diberikan Golkar, yakni 25 November
2017.
Golkar menyatakan keluar dari poros PPP, PKB, NasDem, dan
Hanura yang telah mengusung Ridwan Kamil sebagai calon gubernur Jawa
Barat.
Adi mengatakan, peluang Golkar untuk membentuk koalisi dengan PDIP di Pilgub Jabar sangat terbuka.
"Skenario terdekat ya Golkar dan PDI Perjuangan berkoalisi jika melihat kemesraan ketua umum mereka," ujar Adi.
Alasan lain, kemungkinan adanya poros baru itu yakni kuatnya posisi Golkar dan PDIP di DPRD Jawa Barat.
Berdasarkan kepemilikan kursi di DPRD Jawa Barat, Golkar memiliki 17
kursi, dan PDIP memiliki 20 kursi. Dengan jumlah total 37 kursi, Koalisi
dua partai itu sudah bisa mengusung calon gubernur-wakil gubernur.
Bahkan, PDIP sebetulnya bisa mencalonkan calon pasangan tanpa harus
berkoalisi.
Adi memperkirakan poros baru itu akan mengusung Ketua DPD Jawa Barat Golkar, Dedi Mulyadi sebagai calon gubernur.
Kemungkinan itu terjadi sangat besar mengingat elektabilitas Dedi cukup tinggi dalam sejumlah hasil survei.
Dedi juga merupakan kader yang telah banyak memberikan kontribusi
kepada Golkar. Dedi juga berkontribusi mengantarkan Airlangga terpilih
sebagai ketua umum baru.
"Jadi wajar kalau Golkar-nya Airlangga
memberikan kesempatan kepada Dedi. Bahkan bagus, karena Ridwan Kamil
selama ini enggak ada kontribusi kepada Golkar seperti yang Dedi berikan
sebagai kader," ujar Adi.
Adi menilai PDIP akan rela dengan posisi calon wakil gubernur dalam poros baru tersebut.
PDIP memang mampu mencalonkan calonnya sendiri berkat kepemilikan 20
kursi di DPRD Jawa Barat. Namun di sisi yang lain, PDI Perjuangan tidak
memiliki kader yang memiliki elektabilitas yang mampu mengimbangi Dedi.
Merujuk hasil survei Lingkaran Survei Indonesia pimpinan Denny Januar
Ali, tidak ada kader PDIP yang tingkat elektabilitasnya mendekati Dedi.
Berdasarkan survei yang dilakukan sepanjang 22-29 September dengan
melibatkan 440 responden. Nama Ridwan Kamil menempati posisi
elektabiltas teratas dengan 26,7 persen, disusul Dede Yusuf (20,1
persen), Deddy Mizwar (19,2 persen), Abdullah Gymnastiar(10 persen),
Dedi Mulyadi (9,7 persen), dan UU Ruzhanul Ulum (5,1 persen).
"Dedi
paling realistis menjadi Cagub. Bahkan nama Puti (Guntur Soekarnoputri)
yang diisukan bakal diusung PDIP pun enggak muncul dalam survei. PDIP
pasti melihat itu," kata Adi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar