expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 22 Agustus 2017

BAK ARTIS SINETRON, KANG DEDI MULYADI DI SERBU PARA PEKERJA INDONESIA DI HONGKONG

"Rasa yang sulit disembunyikan itu...rasa cinta" 













KOMPAS.com - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memberikan kuliah umum dalam diskusi yang bertajuk “Menjaga Fitrah Bangsa dari Radikalisme dan Terorisme” di Olympic House, Stadium Path, Hongkong, Minggu (20/8/2017).
Tanpa diduga, Dedi yang diundang sebagai salah seorang narasumber "diserbu" para tenaga kerja Indonesia ( TKI), khususnya perempuan yang berebut foto. Dedi layaknya seorang artis sinetron di antara para penggemarnya.
Rupanya warga Indonesia di Hongkong telah menunggu kedatangan salah seorang budayawan muda Sunda tersebut. Dedi hadir mengenakan peci hitam dan kemeja putih bercorak merah.
Di hadapan peserta kuliah umum yang berjumlah 152 ribu orang dan terbagi ke dalam dua sesi tersebut, Dedi mengatakan penguatan ekonomi pedesaan mutlak dibutuhkan.
Menurut dia, radikalisme dan terorisme hanya dapat ditangkal melalui pemberdayaan ekonomi desa.
Saat ini, sudah tidak boleh lagi ada monopoli kegiatan ekonomi yang hanya terpusat di Jakarta. Desa sebagai penghasil sumber daya justru harus menjadi pusat kegiatan ekonomi dan tidak boleh tenggelam dalam kemiskinan.
“Jadi, kalau ingin di Indonesia tidak subur terorisme, maka kegiatan ekonomi harus terpusat di desa, bukan lagi di Jakarta. Kalau di desa tersedia sumber-sumber ekonomi, maka orang desa tidak lagi menjadi beban di kota dan menjadi kaum miskin disana karena menganggur,” kata Dedi
.Akibat tingginya jumlah pengangguran, Dedi melanjutkan, terjadi depresi di tengah masyarakat.
Pada tahap selanjutnya, kondisi psikologi yang tengah mengalami depresi ini menjadi ‘makanan’ empuk bagi para ideolog radikalisme dan terorisme.
Selain ekonomi, Dedi juga menyerukan penguatan kebudayaan sebagai ‘obat penangkal’ dua paham yang hari ini menjadi musuh dunia internasional tersebut. Lagi-lagi, identitas budaya di pedesaan menjadi kunci agar warga negara Indonesia terhindar dari dua paham itu.
“Kalau ingin Indonesia tidak subur teroris, maka jangan ubah kebudayaan Indonesia menjadi kebudayaan lain. Indonesia harus tetap menjadi Indonesia," ujarnya.
Pemeliharaan budaya di pedesaan, imbuh Dedi, dimulai dari pemeliharaan arsitektur dan tata ruang pedesaan yang harus selalu ramah lingkungan.
Kondisi ini akan berakibat pada rasa betah para penghuni desa, sehingga tidak mencari suasana baru yang menurut mereka lebih nyaman.
Para peserta kuliah umum tampak antusias menyimak ceramah Dedi. Bupati Purwakarta itu sesekali melemparkan candaan yang mengundang tawa para peserta kuliah umum yang seluruhnya merupakan TKI di Hongkong. (KONTRIBUTOR TASIKMALAYA/ IRWAN NUGRAHA)
#dedimulyadi7abar1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar