expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 10 Agustus 2017

Buku Kang Dedi Mulyadi "SPIRIT BUDAYA" Bab. Makna Kemerdekaan Sesungguhnya



Ada satu hal yang harus kita koreksi dari perjalanan bangsa ini adalah kebiasaan kita menganggap sesuatu itu tidak boleh berubah. Saya terus menerus melakukan perubahan dengan satu pemikiran esensi dan tujuan Negara tidak boleh berubah.
Esensi dan tujuan negara adalah kemakmuran, karena dengan kemakmuranlah kita bisa tumbuh menjadi negara yang berdaulat dan dihormati oleh bangsa bangsa lain. ltulah esensi yang tidak boleh hilang dan semangat kebangsaan kita.
Sering kali kita terjebak dalam kerangka berpikir yang simbolisasi, berbeda sudut pandang tentang simbol-simbol. Berbeda sudut pandang dengan cara menghormati itulah yang menjadi pembahasan kita kita
seluruh bangsa Indonesia seluruh tumpah darah Indonesia, mamajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. ltulah yang tidak bergeser dari kita.
Sering kali kita sangat tegak dan gagah menyembah simbol-. simbol negara, tetapi kita melecehkan dan meninggalkan tujuan dan negara itu sendiri. ltulah yang terjadi, bukan hanya dalam konsepsi kenegaraan, bukan hanya dalam konsepsi kebangsaan, tetapi itu juga terjadi dengan pemahaman keagamaan.
Kita tidak boleh salah dalam pemahaman fiqih, kita tidak boleh salah dalam cara shalat, tidak boleh salah dalam bacaan. Tetapi esensi dan agama rahmatan Iii alamin, melindungi semua umat manusia pengisi langit dan buminya yang terlihat dan tidak terlihat, itu kita lupakan.
Sehingga, kita sering berkata, orang berkata cinta atas nama Tuhannya, sambil membunuh berdasarkan keyakinan nya.
IniIah yang hilang dan semangat keagamaan kita. Kita perlu mengajarkan bahwa Sang Saka Merah Putih itu ibarat gula dan kelapa, karena Sang Saka Merah Putih itu gula dan kelapa, maka kita tidak boleh kehilangan kedaulatan gula, kita tidak boleh kehilangan pohon-pohon kelapa kita yang mulal hari ini diganti oleh anak anak muda.
Kelapa yang tumbuh tegak hari ini semuanya adalah titipan dari kakek-nenek kita. Pertanyaannya adalah, apakah kita hari ini menanam pohon kelapa untuk anak cucu kita kelak? Apakah kita akan mewariskan swasembada gula pada suatu saat? Apakah kita dalam setiap saat menanam dan menanam?
Pada hari ini, yang terjadi adalah orang gemar makan kelapa muda, tapi lupa menyiapkan kitri- kitri baru untuk bangsa kita. lniIah sesuatu yang ditinggalkan oleh kita. Merah Putih akan ada manakala gula dan kelapa ada, Merah Putih tidak akan ada kalau gula dan kelapanya tidak ada. Kalau gulanya impor, kelapanya impor, minyaknya impor, berasnya impor, ikannya impor, dagingnya impor, seluruh kebutuhan keluarganya impor, merah putih sebenarnya tiada. Yang ada hanya kain yang dihormati oleh kita dalam setiap saat kita sudah tidak ada dalam percaturan dunia.
Mari maknai kemerdekaan dengan dengan ketulusan jiwa. Mari kita hormati kemerdekaan dengan hal yang sangat sederhana.
#dedimulyadi7abar1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar