Ada satu hal yang harus kita koreksi dari perjalanan bangsa ini adalah kebiasaan kita menganggap sesuatu itu tidak boleh
berubah. Saya terus menerus melakukan perubahan dengan satu pemikiran
esensi dan tujuan Negara tidak boleh berubah.
Esensi dan tujuan
negara adalah kemakmuran, karena dengan kemakmuranlah kita bisa tumbuh
menjadi negara yang berdaulat dan dihormati oleh bangsa bangsa lain.
ltulah esensi yang tidak boleh hilang dan semangat kebangsaan kita.
Sering kali kita terjebak dalam kerangka berpikir yang simbolisasi,
berbeda sudut pandang tentang simbol-simbol. Berbeda sudut pandang
dengan cara menghormati itulah yang menjadi pembahasan kita kita
seluruh bangsa Indonesia seluruh tumpah darah Indonesia, mamajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. ltulah yang tidak
bergeser dari kita.
Sering kali kita sangat tegak dan gagah
menyembah simbol-. simbol negara, tetapi kita melecehkan dan
meninggalkan tujuan dan negara itu sendiri. ltulah yang terjadi, bukan
hanya dalam konsepsi kenegaraan, bukan hanya dalam konsepsi kebangsaan,
tetapi itu juga terjadi dengan pemahaman keagamaan.
Kita tidak
boleh salah dalam pemahaman fiqih, kita tidak boleh salah dalam cara
shalat, tidak boleh salah dalam bacaan. Tetapi esensi dan agama rahmatan
Iii alamin, melindungi semua umat manusia pengisi langit dan buminya
yang terlihat dan tidak terlihat, itu kita lupakan.
Sehingga, kita sering berkata, orang berkata cinta atas nama Tuhannya, sambil membunuh berdasarkan keyakinan nya.
IniIah yang hilang dan semangat keagamaan kita. Kita perlu mengajarkan bahwa Sang Saka Merah Putih itu ibarat gula dan
kelapa, karena Sang Saka Merah Putih itu gula dan kelapa, maka kita
tidak boleh kehilangan kedaulatan gula, kita tidak boleh kehilangan
pohon-pohon kelapa kita yang mulal hari ini diganti oleh anak anak muda.
Kelapa yang tumbuh tegak hari ini semuanya adalah titipan dari
kakek-nenek kita. Pertanyaannya adalah, apakah kita hari ini menanam
pohon kelapa untuk anak cucu kita kelak? Apakah kita akan mewariskan
swasembada gula pada suatu saat? Apakah kita dalam setiap saat menanam
dan menanam?
Pada hari ini, yang terjadi adalah orang gemar makan
kelapa muda, tapi lupa menyiapkan kitri- kitri baru untuk bangsa kita.
lniIah sesuatu yang ditinggalkan oleh kita. Merah Putih akan ada
manakala gula dan kelapa ada, Merah Putih tidak akan ada kalau gula dan
kelapanya tidak ada. Kalau gulanya impor, kelapanya impor, minyaknya
impor, berasnya impor, ikannya impor, dagingnya impor, seluruh kebutuhan
keluarganya impor, merah putih sebenarnya tiada. Yang ada hanya kain
yang dihormati oleh kita dalam setiap saat kita sudah tidak ada dalam
percaturan dunia.
Mari maknai kemerdekaan dengan dengan ketulusan jiwa. Mari kita hormati kemerdekaan dengan hal yang sangat sederhana.
#dedimulyadi7abar1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar