Prolog :
Mengurusi negeri tidak seperti mengurus benda mati
yang diam, tidak juga seperti mengurusi tumbuhan
dan hewan. Negeri ini, di samping harus menunjukkan kemajuan
pertumbuhan (seperti tumbuhan yang menghasilkan buah-buahan segar), juga harus sanggup terus-menerus melaju mengikuti perkembangan zaman yang berubah secara kompleks.
Maka, mengelola negeri dapat disamakan dengan kegiatan mengayuh”.
Mengayuh adalah mengarahkan gerak negeri ke masa depan, melewati naik turunnya perjalanan kehidupan. Mengayuh negeri ialah menggerakkan seluruh warga dengan seluruh persoalannya agar sanggup menempuh jarak, menuju cita-cita, dan menghasilkan perubahan secara terus-menerus. Mengayuh negeri
ialah membawa negeri menuju cita-cita mulia dengan cara
terus bekerja sama dengan seluruh unsur bangsa tanpa ada satu
pun yang terlewat. Itulah sebabnya buku ini mengambil judul
Mengayuh Negeri dengan Cinta.
—vi’—
KANG DEDI MULYADI
Ide dasarnya sederhana, yaitu kegemaran saya menaiki sepeda. Setiap Selasa dan Jumat pagi, saya sering mengayuh sepeda menyusuri jalanan kota dan desa bertemu dengan banyak orang, mengobrol di tengah-tengah keringat tipis di kening, dan menikmati semilir angin yang melawan arah gerak sepeda. Menaiki sepeda sangat berbeda dengan menaiki mobil. Di samping kecepatannya yang lamban membuat saya bisa menikmati detail-detail pemandangan yang ada di sekitar, gerak sepeda juga sangat bergantung pada upaya pribadi: kecepatan laju sepeda berbanding lurus dengan upaya mengayuh. Itulah mengayuh.
Itulah juga sebabnya pada awal pemerintahan saya, kegiatan mengayuh sepeda dijadikan kegiatan bersama semua birokrat kabupaten. Saya hanya ingin memberi semuanya pengalaman mengenai kegiatan mengayuh di atas sepeda. Di atas sepeda, semua orang akan mengalami sensasi pengendalian hidup. Dan atas sepeda kita dilatih keseimbangan (jatuh bangunnya kehidupan bergantung pada kontrol diri), pilihan untuk melaju dengan cepat atau lambat, keselarasan antara anggota tubuh, ketepatan memiliki cara menghadapi rintangan, dan kearifan perenungan di tengah laju yang kita upayakan sendiri. Begitulah seharusnya, bagi saya, mengelola negeri ini.
#inspirasikangdedi
KANG DEDI MULYADI
Ide dasarnya sederhana, yaitu kegemaran saya menaiki sepeda. Setiap Selasa dan Jumat pagi, saya sering mengayuh sepeda menyusuri jalanan kota dan desa bertemu dengan banyak orang, mengobrol di tengah-tengah keringat tipis di kening, dan menikmati semilir angin yang melawan arah gerak sepeda. Menaiki sepeda sangat berbeda dengan menaiki mobil. Di samping kecepatannya yang lamban membuat saya bisa menikmati detail-detail pemandangan yang ada di sekitar, gerak sepeda juga sangat bergantung pada upaya pribadi: kecepatan laju sepeda berbanding lurus dengan upaya mengayuh. Itulah mengayuh.
Itulah juga sebabnya pada awal pemerintahan saya, kegiatan mengayuh sepeda dijadikan kegiatan bersama semua birokrat kabupaten. Saya hanya ingin memberi semuanya pengalaman mengenai kegiatan mengayuh di atas sepeda. Di atas sepeda, semua orang akan mengalami sensasi pengendalian hidup. Dan atas sepeda kita dilatih keseimbangan (jatuh bangunnya kehidupan bergantung pada kontrol diri), pilihan untuk melaju dengan cepat atau lambat, keselarasan antara anggota tubuh, ketepatan memiliki cara menghadapi rintangan, dan kearifan perenungan di tengah laju yang kita upayakan sendiri. Begitulah seharusnya, bagi saya, mengelola negeri ini.
#inspirasikangdedi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar