expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 02 Maret 2018

CAWAGUB JABAR NO.4 H.DEDI MULYADI BERSAMA WARGA PADAASIH CISAAT SUKABUMI





KEGIATAN KAMPANYE CAWAGUB JABAR NO.4 H.DEDI MULYADI, JUM'AT 2 MARET 2018


Hari ini Ki Sunda menyusuri daerah Sukabumi yang menurut catatan
sejarah oleh raja Padjdjaran ketika itu Prabu Siliwangi dinamai SAKABUMI
PAJAJARAN SINDANG PARANG, yaitu artinya kerajaan tempat menyimpan
sindang benda benda pusaka atau parang dari semua pusaka bumi
Padjadjaran. di sisi lain Eyang Prabu Siliwangi melihat seluruh potensi
alam yang ada di sukabumi sangat kaya dengan sumber daya alam yang melimpah, termasuk terdapatnya kandungan emas permata diperut buminya.

Raja Padjadjaran Prabumi Siliwangi memiliki keyakinan, bahwa rakyat
Sunda Padjadjaran akan sejahtera apabila sanggup mengelola kekayaan alam
di tatar sunda, ketika itu oleh Prabu Siliwangi untuk mengelola
SAKABUMI PAJAJARAN SINDANG PARANG mengangkat seorang adipati yang
bernama raden Adipati Kaca Penggala. (DKS)


DEDI MULYADI DORONG PERTANIAN DENGAN PROGRAM SAWAH ABADI

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi
Mulyadi melakukan kunjungan ke Kampung Cipancur, Desa Padaasih,
Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jumat (2/3) siang. Dalam
kunjungannya tersebut, Dedi Mulyadi mewacanakan pembangunan di bidang
pertanian dengan program sawah abadi.

“Kami mendorong tumbuhnya
kembali sektor pertanian, caranya sudah saatnya pemerintah provinsi
nanti membeli sawah sebagai sawah abadi pemerintah,” ujar Dedi Mulyadi
di sela-sela melakukan kunjungan ke rumah warga di Kampung Cipancur,
Sukabumi.

Nantinya, dia mengatakan, sawah tersebut digarap oleh
masyarakat agar masalah kemiskinan bisa selesai. Saat ini, Dedi
mengatakan, banyak warga seperti ibu-ibu di Sukabumi yang menjadi buruh
tani dengan sistem pembagian satu berbanding sepuluh. Padahal di Subang
dan Purwakarta, sistem pembagian masih satu berbanding enam.


Rendahnya sistem pembagian, dia mengatakan, karena luasan sawah menjadi
terbatas dan nilai padi menjadi mahal. Di sisi lain, buruh tani hanya
mengandalkan sistem pembagian selama tiga bulan yang rendah.

“Oleh karena itu, pemprov ke depan dapat membuat sawah baru dan membeli areal untuk sawah abadi,” cetus Dedi.


Sebabnya, dia menambahkan, bila sawah tidak segera dibeli pemerintah
maka nantinya habis digunakan untuk bidang lain seperti properti serta
sejenisnya. Alih fungsi ini, Dedi mengatakan, akan menjadi kemiskinan
baru dalam dekade ke depan.

Di samping itu, beras akan menjadi
bahan pokok yang harganya sangat mahal karena sulit didapat dan
produktivitasnya terbatas. Selain berdampak pada majunya sektor
pertanian, Dedi mengatakan, hamparan sawah juga bernilai bagi pariwisata
sehingga sudah selayaknya dilakukan tata kelola pertanian yang memadai
dengan pembelian sawah oleh pemerintah.
#2dm4jabar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar