expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 07 Maret 2018

CAWAGUB JABAR NO.4 H.DEDI MULYADI BERSAMA WARGA DESA KARANGPATRI, PABAYURAN



KEGIATAN KAMPANYE CAWAGUB JABAR NO.4 H.DEDI MULYADI

RABU, 7 MARET 2018
JIKA TERPILIH MENJADI WAGUB JABAR, DEDI MULYADI BERJANJI GRATISKAN BIAYA SEKOLAH DARI SD SAMPAI SMA 
BEKASI, KOMPAS.com - Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi akan menggratiskan kembali biaya sekolah dari SD hingga SMA/SMK jika memenangkan Pilkada Jabar nanti. Seperti saat dirinya memimpin Kabupaten Purwakarta. Di Purwakarta siswa SD hingga SMA/SMK tidak dipungut biaya alias gratis. Namun ketika kewenangan SMA/SMK diambil alih oleh Pemerintah Provinsi Jabar, siswa harus membayar kembali. Dedi menyampaikan rencananya tersebut saat blusukan di Desa Karangpatri, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Rabu (7/3/2018). "Masalah itu muncul saat SMA di bawah kewenangan pemprov, muncul lagi biaya. Karena itu, saya berkomitmen menghapuskan biaya tersebut, agar SMA kembali gratis," ujar Dedi saat blusukan di Desa Karangpatri, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Rabu (7/3/2018).

Dalam blusukannya, Dedi bertemu Iyang (16). Sepulang sekolah Iyang membantu orangtuanya bekerja sebagai perajin kayu. "Ini contohnya, bukan tidak mungkin hari ini bapaknya jadi tukang kayu, tapi besok anaknya jadi pengusaha mebel. Anak ini sangat mungkin juga menjadi Presiden kelak," tambahnya. Kebiasaan Iyang tersebut, telah diterapkan Dedi di sekolah di Purwakarta. Konsep pendidikan tersebut dikenal dengan sebutan pendidikan berkarakter di Purwakarta. Konsep sederhana tersebut berupa penyesuaian kurikulum dengan lingkungan dan karakter wilayah. Dengan cara ini, sekolah dapat mencetak pelajar produktif dan tidak gagap dalam menghadapi perkembangan zaman. "Kalau wilayah tempat tinggal anak-anak kita itu basis peternakan, maka di sekolah diajarkan beternak. Kalau seperti di sini, sentra kerajinan kayu, maka di sekolahnya pun diajarkan juga. Saya yakin potensi masing-masing wilayah akan tergali dengan cara ini," ujarnya.
Sampai sekarang pun di Purwakarta, pendidikan berkarakter vokasional tersebut masih diberlakukan. Sebanyak dua kali dalam sebulan, para pelajar diharuskan untuk membantu pekerjaan yang dilakoni orangtuanya. Program tersebut selain memiliki fungsi psikomotorik, juga memiliki nilai afektif untuk mengasah empati pelajar terhadap orang tua dan lingkungan sekitar. "Gak usah lama-lama berteori, enam bulan kan cukup. Sisanya praktik langsung. Lebih bagus lagi kalau praktiknya di perusahaan, kan bisa tambah uang saku buat bantu orangtua," ucapnya. "Tak perlu kurikulum berbelit-belit," pungkasnya.
Berkunjung ke warga masyarakat Desa Karangpatri Kecamatan Pebayuran Kabupaten Bekasi
#deddydedi4jabar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar