expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 06 Maret 2018

CAWAGUB JABAR NO.4 H.DEDI MULYADI MEMANEN PADI DENGAN BURUH TANI KADUNG ...



KEGIATAN KAMPANYE CAWAGUB JABAR NO.4 H.DEDI MULYADI, SELASA, 6 MARET
2018
KETIKA DEDI MULYADI TANTANG PETANI ADU CEPAT MENYABIT RUMPUT

BEKASI, KOMPAS.com - Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi
tiba-tiba menantang para buruh tani untuk menyabit panen padi di areal
sawah Desa Karangmekar, Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi,
Selasa (6/3/2018). Agenda tak sesuai jadwal kunjungan itu membuat kaget
para buruh tani yang berada di hamparan pematang sawah saat memanen
padi. Dedi pun langsung memanggil buruh tani dan meminjam celurit khusus
memotong padi. Dengan telaten dan layaknya petani, Dedi menunjukkan
kelihaiannya menyabit padi yang dipelajarinya sejak kecil, dan dia pun
masih bertani sampai sekarang. "Ya, benar bisa ya, si Bapa (Dedi
Mulyadi) ini. Saya baru tahu ada pejabat bisa motong padi kayak kita di
sawah. Cepet terus rapi lagi," kata Bejo (56), salah seorang buruh tani
yang melongo dan terheran-heran melihat mantan bupati Purwakarta itu
pandai menyabit padi. Para buruh tani lainnya yang ikut menyabit padi di
samping Dedi langsung berhenti dan malah melihat aksi kandidat nomor
empat di Pilkada Jabar itu yang bisa menyabit padi dengan cepat dan
rapi. Sontak, semua buruh tani dan warga di pinggir jalan langsung heboh
melihat aksi adu kecepatan menyabit padi dengan para petani. Terlebih
lagi kebiasaan Dedi tak memakai alas kaki turun ke sawah membuat warga
sekitar semakin penasaran. "Woi, para petani kalah sama Pak Dedi, ha ha.
Beneran ini mah bisa nyabit padi, bukan nyabit padi yang pura-pura
bisa. Asli ini Pak Dedi pakai celuritnya lincah dan benar," teriak Dadan
(71), petani lainnya yang terlihat sudah renta tetapi masih kuat
menyabit padi.

Seusai adu sabit padi di sawah, Dedi mendengarkan keluh kesah seorang
buruh tani yang terus-terusan miskin dan susah mengubah nasib. Ia pun
merasa prihatin dengan kondisi petani selama ini yang selalu mengurus
padi di sawah tetapi tak memiliki beras. "Bayangkan selama ini kondisi
buruh tani selalu pegang beras tapi susah dapat beras. Ini aneh kan. Ada
pola sistem yang berubah, yaitu buruh tani mendapatkan upah bukan oleh
padi lagi, tapi dengan uang. Kalau uang mudah dibelanjakan dan akan
kesulitan dapat beras," kata Dedi. Dedi pun berkelakar bahwa dirinya
turun ke sawah bukan pencitraan. Ia mengaku selama ini memang masih
bertani dan beternak meski sudah menjabat sebagai bupati. Mengetahui
rendahnya upah petani saat ini membuat Dedi semakin ingin mencarikan
solusi untuk kesejahteraan petani. "Ini bukan pencitraan, ini saya
petani, tanya saja ke mereka sabit rumput saya benar atau salah. Selama
ini buruh tani sangat memprihatinkan dan sangat rendah upahnya,"
ungkapnya. Solusi buruh tani Pendapatan buruh tani selama ini
berdasarkan hasil panen padi di sawah majikannya. Jika seperti sekarang
tanaman padinya terkena hama dan gagal panen, maka penghasilannya pun
tidak ada untuk menghidupi keluarganya. Solusi atas kondisi seperti ini
beberapa kali disampaikannya, yaitu asuransi untuk buruh tani, asuransi
kecelakaan kerja, dan asuransi tanaman padinya. "Kalau dipatok ular atau
kecelakaan di sawah siapa yang mau ngobatinya kalau tidak ada asuransi.
Kalau tidak diasuransikan padinya, dari mana penghasilannya kalau gagal
panen. Bisa jatuh miskin kedua kalinya," ungkap dia.

Selain itu, para petani pun nantinya akan disiapkan dokter di desanya,
sekolah dekat perkampungannya, dan petugas hansip atau RT-RW dinaikkan
gajinya. "Itu semua cukup anggarannya, cukup dari provinsi, kalau kurang
dibantu dari APBD kabupaten masing-masing. Kalau sudah terpenuhi itu,
petani tinggal senang dan nyaman," pungkasnya.

Memanen Padi bersama Buruh Tani Desa Karangmekar Kecamatan
Kedungwaringin Kabupaten Bekasi
#deddydedi4jabar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar