Jawara bertemu Jawara
Kata "Kanjut" seolah tabu diucapkan karena dianggap sesuatu yang
harus ditutupi. Padahal, dalam bahasa Sunda, istilah "Kanjut" sering
dijumpai dalam kalimat.
Beberapa
frase kalimat itu diantaranya "kanjut dina tarang" artinya pemalu,
"kanjut dina punduk" artinya penakut, "kanjut kundang" artinya tempat
menyimpan uang dan "ngetrukeun eusi kanjut" artinya mengawinkan anak
bungsu.
Nah, kalau Abah
yang satu ini memang asli bernama Kanjut, warga Desa Waluya, Kecamatan
Kutawaluya, Kabupaten Karawang. Sehari-hari, ia bekerja sebagai buruh
tani.
Ketika lahir, Abah diberi nama Rasyid, karena sering sakit-sakitan, oleh Wakil Narim diganti namanya menjadi Kanjut.
Ketika muda, Abah Kanjut merupakan seorang pesilat tangguh, bahkan dianggap jagoan di kampungnya, Tukang Bobok, Tukang Tarok.
Ketika bertemu dengan saya siang tadi di Rumah Dinas, Abah masih piawai memperlihatkan jurus-jurusnya.
Abah kini tinggal bersama Nenek yang ketika muda harus mendapatkannya dengan pertarungan sengit.
Abah memelihara 7 ekor domba dan saya menggantinya dengan domba bibit unggul agar untungnya lebih besar.
Abah ini memang luar biasa, bukan hanya namanya saja yang Kanjut,
tetapi dia memang betul-betul laki-laki yang punya kanjut, artinya
laki-laki yang punya nyali atau jantan, tetapi bukan pejantan. -Dedi Mulyadi
Kanjut adalah nama seorang kakek warga Desa Waluya, Kecamatan
Kutawaluya, Kabupaten Karawang. Namanya tenar di media sosial dan
beberapa aplikasi layanan pesan gratis akibat capture dari Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) miliknya tersebar luas.
Ketenaran itu pun tenar akibat nama Kanjut memiliki arti 'alat kelamin
pria' dalam bahasa Sunda.
Kakek berusia 85 tahun itu
pun siang tadi, Kamis (27/7), memenuhi undangan Bupati Purwakarta, Dedi
Mulyadi. Ia diterima di rumah dinas Bupati, Jalan Gandanegara No 25,
Purwakarta.
Berdasarkan penuturan kakek jago silat tersebut, dirinya
terlahir dengan nama Rasyid. Namun, akibat sering menderita sakit saat
usia enam tahun, mantri setempat meminta kedua orang tuanya untuk
mengganti nama Rasyid dengan Kanjut.
"Nama asli mah Rasyid, cuma
karena sering sakit, disuruh ganti nama sama Mantri Narim menjadi
Kanjut," ungkap kakek yang berprofesi sebagai buruh tani tersebut.
Usai berganti nama, sakit yang diderita oleh Kanjut pun akhirnya sembuh.
Untuk diketahui, kebanyakan orang tua dahulu percaya bahwa sakit yang
diderita oleh seseorang sering diakibatkan oleh nama yang dianggap
memiliki arti terlalu berat.
"Langsung sembuh. Zaman dulu mah kan suka percaya kalau sakit diakibatkan oleh nama, jadinya diganti," ucapnya.
Lelaki penggembala domba itu pun tidak mengetahui bahwa namanya
tersebar melalui berbagai platform media sosial. Kakek dua anak ini
mengetahui dari tetangganya bahwa KTP dan KIS miliknya menjadi bahan
guyonan dalam beberapa pesan berantai.
"Kemarin Abah sesak napas, lalu berobat ke puskesmas. Diminta KTP dan KIS punya Abah, mungkin dari sana tersebar," ujarnya.
Tersebarnya identitas Kanjut membuat Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi
penasaran. Ia yang melihat foto kakek tersebut dalam beberapa grup
WhatsApp dan unggahan Facebook langsung meminta stafnya untuk mencari
keberadaan sang kakek.
"Penasaran aja benar tidaknya. Eh tahunya
bener, si Abah juga terlihat masih segar, pas datang langsung ngajak
silat," kata Dedi.
Sebelum meninggalkan Rumah Dinas Bupati
Purwakarta, Abah Kanjut sempat diberikan hadiah oleh Bupati Dedi berupa
beberapa ekor domba, mengingat profesi sang kakek selain sebagai buruh
tani juga sebagai penggembala.
#dedimulyadi7abar1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar