expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 27 Juli 2017

KAKEK BERNAMA KANJUT, DI UNDANG BUPATI PURWAKARTA H.DEDI MULYADI

Jawara bertemu Jawara
Kata "Kanjut" seolah tabu diucapkan karena dianggap sesuatu yang harus ditutupi. Padahal, dalam bahasa Sunda, istilah "Kanjut" sering dijumpai dalam kalimat.
Beberapa frase kalimat itu diantaranya "kanjut dina tarang" artinya pemalu, "kanjut dina punduk" artinya penakut, "kanjut kundang" artinya tempat menyimpan uang dan "ngetrukeun eusi kanjut" artinya mengawinkan anak bungsu.
Nah, kalau Abah yang satu ini memang asli bernama Kanjut, warga Desa Waluya, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang. Sehari-hari, ia bekerja sebagai buruh tani.
Ketika lahir, Abah diberi nama Rasyid, karena sering sakit-sakitan, oleh Wakil Narim diganti namanya menjadi Kanjut.
Ketika muda, Abah Kanjut merupakan seorang pesilat tangguh, bahkan dianggap jagoan di kampungnya, Tukang Bobok, Tukang Tarok.
Ketika bertemu dengan saya siang tadi di Rumah Dinas, Abah masih piawai memperlihatkan jurus-jurusnya.
Abah kini tinggal bersama Nenek yang ketika muda harus mendapatkannya dengan pertarungan sengit.
Abah memelihara 7 ekor domba dan saya menggantinya dengan domba bibit unggul agar untungnya lebih besar.
Abah ini memang luar biasa, bukan hanya namanya saja yang Kanjut, tetapi dia memang betul-betul laki-laki yang punya kanjut, artinya laki-laki yang punya nyali atau jantan, tetapi bukan pejantan. -Dedi Mulyadi 






Kanjut adalah nama seorang kakek warga Desa Waluya, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang. Namanya tenar di media sosial dan beberapa aplikasi layanan pesan gratis akibat capture dari Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) miliknya tersebar luas. Ketenaran itu pun tenar akibat nama Kanjut memiliki arti 'alat kelamin pria' dalam bahasa Sunda.
Kakek berusia 85 tahun itu pun siang tadi, Kamis (27/7), memenuhi undangan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi. Ia diterima di rumah dinas Bupati, Jalan Gandanegara No 25, Purwakarta.
Berdasarkan penuturan kakek jago silat tersebut, dirinya terlahir dengan nama Rasyid. Namun, akibat sering menderita sakit saat usia enam tahun, mantri setempat meminta kedua orang tuanya untuk mengganti nama Rasyid dengan Kanjut.
"Nama asli mah Rasyid, cuma karena sering sakit, disuruh ganti nama sama Mantri Narim menjadi Kanjut," ungkap kakek yang berprofesi sebagai buruh tani tersebut.
Usai berganti nama, sakit yang diderita oleh Kanjut pun akhirnya sembuh. Untuk diketahui, kebanyakan orang tua dahulu percaya bahwa sakit yang diderita oleh seseorang sering diakibatkan oleh nama yang dianggap memiliki arti terlalu berat.
"Langsung sembuh. Zaman dulu mah kan suka percaya kalau sakit diakibatkan oleh nama, jadinya diganti," ucapnya.
Lelaki penggembala domba itu pun tidak mengetahui bahwa namanya tersebar melalui berbagai platform media sosial. Kakek dua anak ini mengetahui dari tetangganya bahwa KTP dan KIS miliknya menjadi bahan guyonan dalam beberapa pesan berantai.
"Kemarin Abah sesak napas, lalu berobat ke puskesmas. Diminta KTP dan KIS punya Abah, mungkin dari sana tersebar," ujarnya.
Tersebarnya identitas Kanjut membuat Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi penasaran. Ia yang melihat foto kakek tersebut dalam beberapa grup WhatsApp dan unggahan Facebook langsung meminta stafnya untuk mencari keberadaan sang kakek.
"Penasaran aja benar tidaknya. Eh tahunya bener, si Abah juga terlihat masih segar, pas datang langsung ngajak silat," kata Dedi.
Sebelum meninggalkan Rumah Dinas Bupati Purwakarta, Abah Kanjut sempat diberikan hadiah oleh Bupati Dedi berupa beberapa ekor domba, mengingat profesi sang kakek selain sebagai buruh tani juga sebagai penggembala.
#dedimulyadi7abar1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar