expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 23 Oktober 2017

BUPATI PURWAKARTA H.DEDI MULYADI DISANGKA TUKANG KEBON

Namun, semua keserderhanaan Kang Dedi dalam kehidupan kesehariannya tidaklah mengurangi rasa hormat dan kagum kita, Paristiwa seperti ini sangat memungkinkan terjadi, Rumah Dinas Bupati Purwakarta itu sangat terbuka, berbeda dengan rumah rumah dinas kepala daerah lainnya, Kang Dedi kalau tidak ada acara resmi jika disekitaran rumah dinas jarang memakai sendal atau sepatu dengan pakaian sederhana terkadang lusuh, kalau berjalan setengah berlari, tidak pernah mengandalkan pekerjaan pekerjaan ringan kepada puluhan karyawannya yang di tugaskan Pemkab untuk menjaga rumah dinas Bupati, tentu bisa saja orang keliru melihat Kang Dedi. coba kalau hal ini menimpa pada kepala daerah lainnya mungkin sudah ditampiling.
Peristiwa ini bagi Kang Dedi malah dijadikan hiburan, jiwanya yang bijaksana dan tanpa mengenal kasta dalam melayani rakyatnya, semakin memantapkan kita untuk memberi amanah untuk menjadi orang nomor satu di Jawa Barat, jika Kang Dedi Mulyadi menjadi Gubernurnya saya yakin nuansanya akan sangat berbeda. Satu lagi yang membuat salut, Kang Dedi ini tidak merokok, mungkin satu satunya cagub Jabar yang tidak merokok, meski hampir setiap setiap malam menembus udara dingin malam.
BUPATI PURWAKARTA H.DEDI MULYADI DISANGKA TUKANG KEBON "Ada kisah yang sangat lucu siang tadi. Saat sedang "beberesih" di halaman rumah, tiba-tiba lewat tukang rongsokan. Dia menghampiri saya.
Kemudian saya memintanya untuk mampir sejenak.
"Keur naon mang?" (Sedang apa mang?), dia bertanya.
"Beberesih" (bersih-bersih), kataku menjawab pertanyaan dia.
"Menta rokok atuh" (minta rokok dong), pintanya kepadaku.
"Duh tara ngarokok, tapi mun hayang mah dipangmeulikeun" (wah tidak pernah merokok, tapi kalau mau saya belikan), saya menjawab permintaannya.
Setelah dibelikan rokok, dia meminta saya untuk menyalakan rokok yang sudah menempel di mulutnya.
"Panghurungkeun atuh Mang," (Tolong nyalakan dong mang), tuturnya santai.
"Oh sok atuh kadieu," (Oh sok atuh sini), kataku sambil mendekatkan korek api ke ujung batang rokoknya.
Saya berbincang dengannya. Dia mengaku bernama Ace, orang Sakambang. Merasa penasaran, saya bertanya tentang keseharian dirinya.
"Geus boga pamajikan can?," (sudah punya istri belum?), tanyaku.
"Encan, sieun teu bisa maraban na," (belum, takut tidak bisa ngasih makannya), jawaban itu meluncur dari mulut Ace yang kami sambut dengan tawa renyah siang itu.
Hari mulai hujan, kemudian dia pamit untuk pulang.
"Rek balik ah" (mau pulang ah), ucapnya.
Saat Ace mau memikul barang bawaannya. Dia meminta saya membantu mengikatkan tali pada kardusnya.
"Mang, mang, pangnaliankeun!!" (Mang tolong ikatkan), pintanya.
"Oh siap kang", kataku sambil melayani Ace.
Karena merasa kasian, khawatir ia basah kuyup karena hujan, saya meminta staff saya untuk mengantarkannya pulang.
Tak lupa saya titipkan bekal untuk modal dia berusaha. Saya melepas Ace sambil tersenyum bahagia.
Rupanya Ace tidak mengenal saya karena wajah saya tertutup "dudukuy". Ia menyangka saya berprofesi sebagai tukang kebun.
Terima kasih Kang Ace. Sudah membuat saya bahagia hari ini" -Dedi Mulyadi




PURWAKARTA, (PR).- Menjadi orang nomor satu di Purwakarta, tidak membuat Dedi Mulyadi gengsi untuk bersih-bersih halaman rumah dinasnya. Sekilas orang- orang pun tidak akan menyangka dia seorang bupati.
Menggunakan kaos oblong hitam, celana jeans dan topi ala koboi Amerika, Dedi Mulyadi sibuk dengan sapu ijuknya. Sambil membersihkan daun-daun jatuh‎ dia pun sesekali melantunkan salawat pada Nabi SAW.
Tiba-tiba seseorang menghampirinya, dan menyapa Dedi Mulyadi. "Ker naon Jang? Cik lah menta udud, tatadi can udud kuring (Lagi apa bang? Bolehlah saya minta rokok, dari tadi saya gak merokok), " ujar orang tersebut.
Pria yang menyapa tadi ternyata diketahui bernama Ace, usianya sekitar 50 tahun. Nampaknya dia tidak kenal orang yang disapanya tadi. Ace mengira orang itu adalah tukang kebun.
Dedi Mulyadi menjawab, ia tidak merokok. Namun meski demikian Dedi menyuruh stafnya secara sembunyi-sembunyi ‎untuk membelikan rokok untuk Ace. Ace diketahui sehari-harinya mencari nafkah dengan mengumpulkan barang rongsokan dan botol bekas.
Setelah stafnya membelikan rokok untuk Ace, ‎Dedi pun memberikan rokok tersebut untuk Ace. Bahkan Dedi tak segan membawakan korek untuk menyalakan rokok Ace. Ace pun akhirnya bercerita tentang kehidupan sehari-harinya.
Ace menceritakan bahwa dia adalah berasal dari Desa Sakambang, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Meski usianya sudah lebih dari setengah abad, ternyata dia belum menikah.
"Saya khawatir saya tidak bisa menafkahi kalau nantinya saya menikah. Belum lagi jika nanti punya anak, gimana caranya saya memberi makan. Padahal untuk hidup sehari-hari saja saya amat pas-pasan," ujar Ace dengan Bahasa Sunda.
Dalam sehari, penghasilan Ace hanya berkisar Rp 20-30 ribu saja. Menurutnya uang tersebut habis untuk makan dan bertahan hidup saja. "Inginnya saya berhenti merokok untuk menghemat. Tetapi rokok juga berfungsi untuk menahan rasa lapar, sehingga sulit saya untuk berhenti," katanya.
Masih tak tahu
Setelah berbicara dengan Dedi Mulyadi, ia meminta tolong untuk membantu mengikat karung yang dibawanya. "Cing bantuan pangnaliankeun Jang, (Coba tolong bantu mengikatnya De-red)," ujarnya.
Sontak saja hal tersebut membuat Dedi Mulyadi tersenyum. Ia tidak tersinggung. Dia pun lalu membantu mengikat karung besar yang dibawa Ace. Karena hari mulai mendung tanda hujan akan datang, Ace pun akhirnya pulang pamit.
Namun sebelum pulang, Dedi pun yang merasa iba, memberi uang unt‎uk Ace agar dia memiliki usaha lain. Selain itu, salah seorang stafnya diminta untuk mengantarkan Ace pulang menggunakan mobil.
Ace pun dengan bangga pulang sambil melambaikan tangannya pada Dedi Mulyadi. Tetapi hingga dia pulang, dia tidak sadar bahwa orang yang membantunya tersebut, adalah orang nomor satu di kabupaten tempat tinggalnya. Dia masih menyangka Dedi adalah tukang kebun karena dandanan santainya.***
#dedimulyadi7abar1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar