expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 23 Oktober 2017

SEMANGAT SPIRITUAL PURWAKARTA

Sebagai seorang kepala daerah dan seorang Muslim, seorang yang telah menunaikan ibadah Haji maupun Umroh, tentu memiliki semangat untuk membangun daerahnya dengan cara yang Islami, Kang Dedi telah mampu meningkatkan kerohanian masyrakat Kabupaten Purwakarta dari sisi kuantitas baik itu jumlah Masjid, Pesantren, Tenaga Pengajarnya/Guru Ngaji, Santrinya selama menjabat Bupati Purwakarta selama Dua Priode sejak tahun 2008 mengalami peningkatan yang luar biasa maupun dari sisi kwalitasnya banyak prestasi prestasi yang telah diraih oleh para Santri, Pesantren maupun Pemkab Purwakarta, kemudian menurunnya penyakit penyakit masyarakat seperti prostitusi, perjudian maupun kejahatan kejahatan lainnya di Purwakarta. Kang Dedi pernah mengeluarkan kebijakan pembatasan jam Wakuncar, Kang Dedi kepala daerah yang berani mengeluarkan kebijakan pelajaran mengaji masuk dalam kurikulum pendidikan di Purwakarta yang artinya gaji para guru ngaji ditanggung APBD Purwakarta. Kang Dedi mungkin satu satunya kepala daerah yang mewajibkan karyawan Pemkab dan Pelajar Muslim di Purwakarta memakai Sarungan ke kantor dan sekolah sebagai ciri khas Santri Nusantara.
Namun ada Satu Kebijakan yang dapat dipandang sangat cerdas, Kebijakan Kang Dedi yang mengatur jam mulai aktivitas mengajar di Purwakarta Jam 6 pagi, ini secara tidak langsung telah menuntun orang terbiasa untuk melakukan ibadah Sholat Subuh.


"Masih dalam suasana Hari Santri Nasional. Selama ini, Santri dikenal sebagai orang yang mendalami ilmu agama khususnya Islam. Tapi ini bukan berarti mereka melepaskan diri dari persoalan kebangsaan. Sejarah membuktikan santri juga berperan aktif merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Di tanah Sunda, kata santri bukan hanya sekedar status tetapi juga sarat dengan nilai kepempimpinan. Untuk menjadi pemimpin ideal di Sunda dikenal nilai nyantri, selain nyunda, nyakola, dan nyinatria.
Nyantri bermakna seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan spritual, dan itu berangkat dari kebersihan hati. Karena itu, ia sejalan dengan falsafah Sunda lainnya; cing caringcing pageuh kancing, sing saringset pageuh iket.
Cing caringcing pageuh kancing itu, bahwa manusia berawal dari kebersihan hati, dan itu yang fundamen bagi orang Sunda. Sing saringset pageuh iket adalah bahwa yang terikat dengan kebersihan hati, dalam salat akan melahirkan khusyuk, dalam hidup melahirkan fokus.
Peringatan hari santri kali ini, semoga dapat menjadi momentum untuk memperkuat dan meneguhkan posisi santri dalam peran kebangsaan. Terutama menjadi teladan bagi lahirnya pemimpin-pemimpin ideal di tanah air, khususnya di tanah Sunda". -Dedi Mulyadi
#dedimulyadi7abar1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar