Sosok Dedi Mulyadi seperti hadir sebagai harapan orang Sunda dalam
melawan arus sisi negatif era globalisasi, disaat orang Sunda hanyut
dalam gaya hidup kemoderan barat yang jauh dari kultur maupun adat
istiadat orang Sunda.
Kang Dedi mampu mempresentasikan dirinya
sebagai sosok urang Sunda dari mulai tutur kata, berpakaian sampai
pemikiran pemikiran asli urang Sunda, Kang Dedi berani menjalani semua
ini tidak sekedar retorika belaka, namun dijalaninya sebagai filosifi
kehidupan dirinya maupun dijadikan salah satu sumber pemikiran untuk
membangun daerahnya
Berawal dari ucapan salam sampurasun, sebuah
salam yang berasal dari tatanan kearifan lokal suku Sunda, sekarang
salam sampurasun ini sudah tidak asing lagi jika ada orang yang
mengucapkan, salam sampurasun di ucapkan bagi seorang Muslim biasanya
didahului salam Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Sampurasun yang mengandung arti menurut Kang Dedi Mulyadi Sampurasun
berasal dari kalimat "sampurna ning ingsuh" yang memiliki makna
"sempurnakan diri Anda".
Kesempurnaan diri adalah tugas kemanusiaan
yang meliputi penyempurnaan pandangan, penyempurnaan pendengaran,
penyempurnaan pengisapan, dan penyempurnaan pengucapan yang semuanya
bermuara pada kebeningan hati.
"Pancaran kebeningan hati akan
mewujudkan sifat kasih sayang hidup manusia, maka orang Sunda
menyebutnya sebagai ajaran Siliwangi, silih asah, silih asih, silih
asuh,"
Kemudian ikeut kepala, Sebagain sesepuh mengartikan bentuk
segi empat yang terdiri dari empat sudut melambangkan unsur-unsur yang
ada pada diri manusia yakni air, api, udara/ angin, dan tanah. Di Tatar
Sunda, empat unsur tersebut dikenal dengan istilah "acining hirup"
sesuai dengan asal mula kehidupan manusia dari saripati tanah. Sedangkan
kalima pancer mengandung arti terpusat atau terpancar kepada Tuhan
Pencipta alam semesta.
Dengan demikian dulur opat kalima pancer
melambangkan sifta-sifat dasar manusia yang harus seimbang dan harus
dimanfaatkan dengan tetap berpedoman kepada aturan Tuhan. Sebagai
contoh, sifat amarah (unsur api) harus seimbang dengan sifat tenang dan
sejuk (unsur air). Jadi hal ini sebenarnya erat hubungannya dengan arti
keimanan manusia terhadap Tuhannya.
Beberapa budayawan Sunda
mengartikan bentuk segi empat dengan empat arah utama mata angin yang
selalu dipakai dalam peta dan tataletak nusantara yakni Utara, Barat,
Timur, dan Selatan. Dari empat arah utama ini muncul turunannya yaitu
Tenggara, Barat Daya, Tumur Laut, dan Barat Laut yang semuanya berfungsi
sebagai pedoman dan penunjuk arah. Dalam filosofi iket arah di sini
adalah arah dan tujuan hidup manusia.
Dari bentuk segi empat
kemudian dilipat menjadi segitiga yang berarti Tritangtu. Lipatan ini
sudah membentuk sebuah sistem yakni karamaan, karesian, dan karatuan.
Karamaan berati kebijakan, karesian berati ilmu pengetahuan, dan
karatuan berati gerakan. Ketiga komponen terebut tidak boleh dipisahkan
dan harus tetap seimbang.
Saat ini kita melihat seperti sudah
menjadi identitas setiap kepala daerah di wilayah Jawa Barat mengikuti
jejak Kang Dedi Mulyadi.
Kemudian Kang Dedi dalam kesehariannya
membudayakan berpakain pangsi, Para sesepuh baheula (nenek moyang)
menjelaskan bahwa dalam setiap bentuk dan jahitan pangsi mengandung
makna yang dapat dijadikan pengingat para pemakainya agar selalu
introspeksi.
Kita bisa memaknainya jika memakai pangsi komrang bagi seorang lelaki akan leluasa untuk bergerak dan menyehatkan badan.
Itulah sosok Kang Dedi Mulyadi yang menurut Profesor Nina Herlina
Lubis, guru besar ilmu sejarah sekaligus sejarahwan pada jurusan
sejarah Unpad menyebut Dedi sebagai maesenas artinya dia (Dedi) piawai
bak maestro yang pemikiran kebudayaannya orisinil. Dedi pun, menurut
Prof Nina bukan hanya dalam hal pemikirannya saja namun beliau juga
konsisten menterjemahkan pemikirannya itu pada kebijakan pembangunan di
Kabupaten Purwakarta dengan spirit budaya Sunda. Lebih lanjut Prof Nina
mengungkapkan bahwa Bupati Purwakarta bukan sembarang Bupati. Beliau
adalah sosok yang aheng (unik), karena beliau bukan tipikal birokrat
biasa. Beliau memiliki pemikiran yang luar biasa tentang kebudayaan.
"Beliau memiliki perhatian yang khusus tentang sejarah dan budaya.
Selain itu beliau tak ragu membantu siapapun yang punya kepedulian dalam
penelitian ilmiah bertajuk budaya Sunda. Sebagai pribadi saya ingin
menjuluki Kang Dedi sebagai Maesenas, yaitu pelindung kebudayaan,
pelindung seni dan seniman",
Inilah sosok DANGIANG KI SUNDA Kang Dedi Mulyadi, sosok harapan kita semua sebagai orang Sunda. (DKS)
#inspirasikangdedi