expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 12 Juni 2017

Buku Kang Dedi Mulyadi CING CARINGCING PAGEUH KANCING SET SARINGSEUT PAGEUH IKEUT Bab :Telaah Penerapan Bahasa Cing Caringcing Pageuh Kancing Set Saringseut Pageuh Ikeut





30. Peribahasa CCPKSSPI dan Pemerintahan Kolonial
Ilustrasi sejarah
Ketika pemerintah kolonial masih berada dalam kondisi lemah akibat “malaise”, situasi di dunia internasional makin memanas. Jerman dengan mendadak menyerang Polandia tanggal 1 September 1939. Peristiwa itu menandai pecahnya Perang Dunia
II. Hal tersebut mcngguncangkan orang-orang Belanda di Indonesia, khususnya para pejabat karena negeri mereka yang terletak antara Jerman dan Inggris terpaksa terlihat dalam Perang Dunia II. Demikian pula Indonesia sebagai jajahan Belanda mau tidak mau terlihat pula dalam perang tersebut. Sementara itu, aktivitas pergerakan nasional di Indonesia makin meningkat. Hal itu antara lain ditunjukkan oleh GAPI (Gabungan Partai Politik Indonesia) yang mulai September 1939 melancarkan aksi “Indonesia Berparlemen”.
Situasi tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia terhadap Jepang rnelalui berbagai cara. Berbagai jenis barang produksi Jepang dijual di Indonesia dengan harga cukup murah. Nippon Hosokyoku (Radio Jepang di Tokyo) setiap malam mengadakan siaran khusus yang ditujukan ke Indonesia. Siaran itu berupa propaganda muluk disertai janji Jepang mengenai “kernakmuran bersama di Asia Timur Raya”. Melalui siaran radio itu dikumandangkan pula lagu “Indonesia Raya”. Sebaliknya, pemerintah kolonial justru melarang rakyat Indonesia menyanyikan lagu tersebut.
Propaganda Jepang melalui radio tak hanya berlangsung dan Tokyo, tetapi dilakukan pula oleh orang-orang yang menjadi kaki tangan Jepang di Indonesia. Dengan demikian, propaganda itu menyebar luas di kalangan rakyat Indonesia. Mereka umumnya menyambut gembira, bahkan herharap Jepang akan menolong rakyat Indonesia dalam upaya melepaskan din dan belenggu penjajahan Belanda.
Sementara itu, pemerintab Jepang juga menyebar matam ata di Indonesia, terutama di kota-kota hesar. Selain beroperasi
di kota, mereka keluar-masuk kampung dengan menyamar sebagai tukang kredit. Melalui mata-mata itu, pemimpin tentara Jepang mengetahui kondisi pertahanan Belanda, sikap rakyat Indonesia, dan potensi Indonesia yang diperlukan oleh pihak Jepang. Berdasarkan pengetahuan itu, mulai tanggal 10/11 Januari 1942 pasukan Jepang, yaitu Tentara Ke-16 pimpinan Letnan Jenderal Hitosyi Imamura melancarkan serangan ke indonesia.
Serangan Jepang pertama kali ditujukan ke daerahd aerah penghasil minyak, terutama Tarakan, Plaju, dan Sungai Gerong. Setelah pasukan Jepang dalam waktu singkat dapat menguasai Sulawesi, sebagian Sumatra, dan Nusa Tenggara, bahkan Timor dan Kupang, sasaran serbuan selanjutnya adalah Pulau Jawa. Waktu itu kekuatan pasukari Belanda di Pulau Jawa berjumlah lebih-kurang 40.000 orang, sebagian besar ditempatkan di Jawa Barat. Dalam serbuan ke Pulau Jawa, di Laut Jawa pasukan Jepang dihadang oleh armada Sekutu yang membantu Belarida. Setelah menghancurkan armada Sekutu, pasukan Jepang mendarat di beberapa tempat di pantai utara Pulau Jawa. Mereka mengutamakan rnenyerbu Jawa Barat, karena Jawa Barat merupakan pusat pemerintahan dan pertahanan Hindia Belanda.
Pasukan Jepang yang menyerbu Jawa Barat adalah Tentara Ke-16 Divisi 2. Mereka mendarat di tiga ternpat, yaitu di kota keel Bojonegara dekat Merak, di Teluk Banten, dan di Eretan daerah Cirebon. Tanggai 1 Maret 1942, Detasemen pimpinan Kolonel Tosyinari Syoji yang mendarat di Eretan herhasil menduduki Subang, setelah Batalyon Wakamatsu merebut lapang terbang Kalijati yang dijaga oleh Angkatan Udara Inggris. Tanggal 2-4 Maret 1942 pasukan Belanda berusaha untuk merebut kembali Kalijati. Akan tetapi, usaha itu gagal, bahkan ratusan tentara Belanda menjadi korban. Tanggal 3 Maret 1942 tentara Jepang yang menduduki Subang melakukan konsolidasi pasukan. Sejalan dengan hal itu, 11 orang pejabat daerah setempat diangkat menjadi pengurus “Badan Perantaraan dan Propaganda Balatentara Nippon” di Subang dengan ketua 0. Sutaatmaja.
Sementara itu, pasukan Jepang yang mendarat di daerah Banten bergerak ke arah timur dalam dua kolone. Satu kolone bergerak rnelalui Serang—Balaraja menuju Tangerang. Kolone yang lain bergerak menuju Bogor melalui Serang_Rangkashig Tanggal 5 Maret 1942 mereka menduduki Leuwiliang setelah mematahkan perlawanan pasukan Black Force Australia yang menghadang di kota itu. Pada ban itu, Batavia menjadi “kota terbuka” karena pasukan Mayor Jenderal Schilling dan pihak Belanda terpaksa melepaskan pertahanan kota itu.
Pasukan Sdii1ling mengunciurkan din ke I3andung, tetapi di perjalanan mereka dihadang oleh dua pasukan Jepang, yaltu pasukan Kolonel Natsu yang menduduki Kota Bogor dan pasukan Jepang yang bergerak dan Karawang. Namun, pasukan Schilling berhasil sampai di Bandung tanggal 6 Maret 1942. Tanggal 5 Maret, semua detasemen tentara Jepang di Subang dan Kalijati disiapkan untuk menggempur pertahanan Belanda di Ciater, kemudian nienyerbu Bandung. Pasukan Jepang dan Kalijati
menuju Ciater melewati Purwakarta. Ternyata, tentara Belanda yang menjaga Ciater tidak mampu menahan serbuan pasukan Jepang. Tentara Belanda dan Ciater mundur ke Lembang. Akan tetapi, Lembang pun akhirnya jatuh ke tangan Jepang tanggal 7 Maret 1942 sore han. Hal itu berarti kota Bandung terbuka bagi serangan Jepang.
Situasi tersebut dan kondisi tentara Belanda yang makin buruk disadari oleh Panglima Angkatan Darat Belanda Letnan Jenderal Ter Poorten dan dipahami pula oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgti Stachouwer yang sudah berada di Kota Bandung. Mereka juga menyadarj bahwa di Bandiing saat itu terdapat sejumlah besar orang sipil, wanita dan anak-anak Belanda, serta beberapa orang pembesar Belanda. Oleh karena itu, tanggal 6 Maret 1942 Letnan Jenderal Ter Poorten memberi perintah kepada Mayor Jenderal J.J. Pesman, Komandan Pertahanan Bandung agar di Bandung tidak terjadi pertempuran. Lebih baik berundmg dengan pejabat tinggi tentara Jepang nlengenai penyerahan pasukan Belanda yang berada di garis utara—selatan melalui Purwakarta dan Sumedang.
Tanggal 7 Maret 1942 Mayor Jenderal Pesman mengirim utusan ke Lembang menemul Kolonel Syoji untuk meminta adanya gencatan senjata. Akan tetapi, Jenderal Imamura yang telah dihubuiigi oleh Kolonel Syoji memerintahkan agar Kolonel Syoji —yang mendapat tugas khusus merebut Kota Bandung— menghubungj Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Gubernur Jenderal Tjarda diminta datang ke Suhang tariggal 8 Maret 1942 pagi han untuk berunding dengan pembesar tentara Jepang. Letnan Jenderal Ter Poorten meminta kepada Gubernur Jenderal Tjarda agar rnenolak permintaai- itu. Akibat penolakan itu, Jenderal Imamura mengeluarkan ultimatum. Apabila tanggal 8 Maret 1942 pukul 10 pagi para pembesar Belanda tidak berangkat ke Kalijati, Kota Bandung akan dibom sampai hancur. Sebagai bukti bahwa ultimatum itu bukan hanya gertakan, sejumlah pesawat tempur Jepang berputar-pu tar di atas Kota Bandung, slap melaksanakan tugasnya.
Melihat kenyataan itu, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubemur Jenderal Tjarda serta pembesar Belanda lainnya segera berangkat ke Kalijati. Semula, Letnan Jenderai Ter Poorten hanya bersedia menyerahkan Bandung. Akan tetapi, Jenderal Imamura menolak dan akan melaksanakan ultimatumnya. Oleh karena itu, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Tarda terpaksa berkapitulasi total, yaitu menyerahkan seluruh wilayah kekuasaan Belanda kepada Jepang tanpa syarat. Tanggal 9 Maret 1942 pukul 8.00, melalui siaran Radio Bandung, Letnan Jenderal Ter Poorten memerintahkan kepada seluruh pasukaƱnya untuk menghentikan permusuhan dengari pihak Jepang,, dan melakukan kapitulasi tanpa syarat. Dengan peristiwa itu, berakhirjah penjajahan Belanda di Indonesia. Selanjutnya, rakyat Indonesia berada di bawah kekuasaan fasisme Jepang.
Catatan
Adanya penduduk asing yang menguasal wilayah pribumi, beberapa hal harus dipersiapkan oleh penduduk pribumi, di antaranya kesiapan mental untuk tetap mempertahankan wilayah pribumi, ketahanan wilayah melalui persenjataan, kehati-hatian dalam menentukan sikap, bijaksana dalam memperlakukan orang asing tersebut, dan bertindak adil bagaimana seharusnya orang asing dan bagaimana sebenarnya orang pribumi.
#kdmj1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar