expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 23 Juni 2017

MUDIK SUDAH MENJADI KEBUDAYAAN BANGSA INDONESIA

Kata "Mudik" khususnya bagi umat Muslim, yang merupakan mayoritas penduduk di Indonesia, kata yang sangat akrab selepas menjalankan Ibadah puasa di Bulan Ramadhan, rasanya bagi kita kalau tidak Mudik tidak lengkap Lebarannya. Padahal Mudik itu tidak hanya milik umat Muslim umat Agama lainpun biasanya memiliki tradisi seperti ini saat menjelang hari rayanya.
Adapun defenisi mudik itu sendiri seperti yang di tulis oleh Dr.Maman S. Mahayana dengan gamblang menjelaskan bahwa kata mudik itu lebih dekat pada pengertian pergi ke udik, juga dapat ditelusuri dari kata bentukan dari kata dasar udik: memudik yang bermakna berlayar mudik (ke hulu), dan memudikkan yang bermakna menjalankan perahu kearah hulu. Mengingat udik berada di daerah atau wilayah hulu yang jauh di pegunungan atau pedalaman, maka kata udik mengacu pada suatu daerah atau wilayah yang berada di kawasan pedalaman, pedusunan, pedesaan atau perkampungan.
Kalau kita membaca definisi Mudik itu sepertinya kurang pas, karena Mudik di Indonesia itu bukan milik orang Udik yang pulang ke Udik, Pengertian kata Mudik di Indonesia lebih dapat diartikan secara fakta bahwa Mudik bagi orang Indonesia tidak hanya milik para orang Udik, di Indonesia dari mulai Presiden, Mentri, Gubernur, Bupati atau Wali Kota sampai tukang kuli bangunan kalau Lebaran ya Mudik.
Mudik Lebaran adalah momentumnya untuk melepas kerinduan kepada orang tua, sanak saudara di kampung halaman, sebagai momentum reuni dengan kawan kawan lama di kampung, bahkan boleh jadi dengan sang mantan yang ada di kampung, momentum mudik adalah saatnya kita dapat berbagi dengan keluarga, sahabat dan sesama, sudah menjadi kebiasaan ketika satu keluarga berkumpul saling berbagi THR istilahnya, jadi orang yang meminta THR itu bukan orang yang yang merendahkan dirinya, itu satu pendaoat yang keliru, karena momentum THR di bagi umat Muslim di Indonesia mempunyai konotasi saling berbagi secara hirarki sesuai dengan level dan kemampuannya masing masing. Ambil contoh seorang politisi yang telah sukses entah itu menjadi Anggota Dewan, Kepala Daerah atau apa saja, jika tidak ingin di sebut "Kacang lupa kulit" sudah sepantasnya di momen menjelang lebaran ini sedikit berbagi kepada orang orang yang telah berjuang mengantarkannya duduk di kursi empuk, berbagi di saat menjelang Lebaran ini kita lebih akrab menyebutnya dengan THR. Apalagi kata THR untuk para buruh dimana perusahaan seperti di atur dalam undang undang wajib memberikan THR dari mulai direkturnya sampai satpam menerima THR ini, Apa karena menerima THR Derektur, Manager atau para eksekutipnya di perusahaan tersebut, karena menerima THR termasuk orang orang yang merendahkan dirinya? tentunya tidak.
Momentum Mudik juga bisa dijadikan ajang pamer kesuksesan, dari mulai mobil sampai penampilan ketika mudik bisa dijadikan simbol kesuksesan seorang Pemudik.
Mudik juga bagi bangsa Indonesia seperti sebuah Petualangan, kerena Mudik ini tidak mudah perlu perjuangan, karena Mudik ini tidak hanya memerlukan biaya tidak sedikit, tapi taruhannya sampai nyawa, membludaknya jutaan pemudik di jalan raya, semua ini menyebabkan para pemudik rentan terhadap kecelakaan lalul lintas. disamping segara rasa ketika para pemudik harus terjebak kemacetan ber jam jam.
Itulah semua fenomana Mudik di Indonesia yang saat ini sepertinya sudah menjadi Budaya bagi bangsa Indonesia. (DKS)
#kdmj1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar