Kata "Mudik" khususnya bagi umat Muslim, yang merupakan mayoritas
penduduk di Indonesia, kata yang sangat akrab selepas menjalankan Ibadah
puasa di Bulan Ramadhan, rasanya bagi kita kalau tidak Mudik tidak
lengkap Lebarannya. Padahal Mudik itu tidak hanya milik umat Muslim
umat Agama lainpun biasanya memiliki tradisi seperti ini saat menjelang
hari rayanya.
Adapun defenisi mudik itu sendiri seperti yang di
tulis oleh Dr.Maman S. Mahayana dengan gamblang menjelaskan bahwa kata
mudik itu lebih dekat pada pengertian pergi ke udik, juga dapat
ditelusuri dari kata bentukan dari kata dasar udik: memudik yang
bermakna berlayar mudik (ke hulu), dan memudikkan yang bermakna
menjalankan perahu kearah hulu. Mengingat udik berada di daerah atau
wilayah hulu yang jauh di pegunungan atau pedalaman, maka kata udik
mengacu pada suatu daerah atau wilayah yang berada di kawasan pedalaman,
pedusunan, pedesaan atau perkampungan.
Kalau kita membaca definisi
Mudik itu sepertinya kurang pas, karena Mudik di Indonesia itu bukan
milik orang Udik yang pulang ke Udik, Pengertian kata Mudik di Indonesia
lebih dapat diartikan secara fakta bahwa Mudik bagi orang Indonesia
tidak hanya milik para orang Udik, di Indonesia dari mulai Presiden,
Mentri, Gubernur, Bupati atau Wali Kota sampai tukang kuli bangunan
kalau Lebaran ya Mudik.
Mudik Lebaran adalah momentumnya untuk
melepas kerinduan kepada orang tua, sanak saudara di kampung halaman,
sebagai momentum reuni dengan kawan kawan lama di kampung, bahkan boleh
jadi dengan sang mantan yang ada di kampung, momentum mudik adalah
saatnya kita dapat berbagi dengan keluarga, sahabat dan sesama, sudah
menjadi kebiasaan ketika satu keluarga berkumpul saling berbagi THR
istilahnya, jadi orang yang meminta THR itu bukan orang yang yang
merendahkan dirinya, itu satu pendaoat yang keliru, karena momentum THR
di bagi umat Muslim di Indonesia mempunyai konotasi saling berbagi
secara hirarki sesuai dengan level dan kemampuannya masing masing. Ambil
contoh seorang politisi yang telah sukses entah itu menjadi Anggota
Dewan, Kepala Daerah atau apa saja, jika tidak ingin di sebut "Kacang
lupa kulit" sudah sepantasnya di momen menjelang lebaran ini sedikit
berbagi kepada orang orang yang telah berjuang mengantarkannya duduk di
kursi empuk, berbagi di saat menjelang Lebaran ini kita lebih akrab
menyebutnya dengan THR. Apalagi kata THR untuk para buruh dimana
perusahaan seperti di atur dalam undang undang wajib memberikan THR dari
mulai direkturnya sampai satpam menerima THR ini, Apa karena menerima
THR Derektur, Manager atau para eksekutipnya di perusahaan tersebut,
karena menerima THR termasuk orang orang yang merendahkan dirinya?
tentunya tidak.
Momentum Mudik juga bisa dijadikan ajang pamer
kesuksesan, dari mulai mobil sampai penampilan ketika mudik bisa
dijadikan simbol kesuksesan seorang Pemudik.
Mudik juga bagi bangsa
Indonesia seperti sebuah Petualangan, kerena Mudik ini tidak mudah perlu
perjuangan, karena Mudik ini tidak hanya memerlukan biaya tidak
sedikit, tapi taruhannya sampai nyawa, membludaknya jutaan pemudik di
jalan raya, semua ini menyebabkan para pemudik rentan terhadap
kecelakaan lalul lintas. disamping segara rasa ketika para pemudik harus
terjebak kemacetan ber jam jam.
Itulah semua fenomana Mudik di Indonesia yang saat ini sepertinya sudah menjadi Budaya bagi bangsa Indonesia. (DKS)
#kdmj1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar