expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 14 September 2016

Buku : KANG DEDI MENYAPA JILID 2 Bab 2 : PERGI KE LANGIT UNTUK MEMETIK BINTANG




Salah satu program saya di Purwakarta adalah mengajak para pelajar berkesenian dan berkeliling ke desa-desa, seminggu bisa tiga kali. Mereka mendapat uang saku supaya bisa membiayai sekolahnya sendiri.
ini adalah bagian dan seni yang diperkenalkan kepada masyarakat. Misalnya tadi kita mulai acara dengan tari pembuka selamat datang untuk semua, termasuk untuk rakyat Purwakarta, rakyat Subang, rakyat Jawa Barat dan seterusnya.
Ya, pembangunan harus ditata dengan seni. Pemimpin harus mengurus seni dengan baik, karena seni adalah duta kebangsaan dan duta rakyat. Seni itu bisa mempersatukan kita, seni itu tanpa batas, tidak membedakan di antara kita.
Ada sebuah lagu yang saya buat sendiri. Kalau pak kepala sekolah menyebut ‘gantungkan cita-cita di langit’, nah kalau saya sendiri mengatakan ‘kita pergi ke langit untuk memetik bintang’. Jadi judul lagunya adalah “Memetik Bintang”.
Saya katakan, para penggiat seni di negara-negara maju itu mendapat penghargaan. Jadi di negara maju itu orang pintar menari akan dibiarkan menari, orang pintar menyanyi dibiarkan menyanyi. Jangan dipaksakan harus begini, harus begitu. Insya Allah nanti adalah orang di sini yang sukses menyanyi melebihi Ariel Noah.
Saya juga membuat lagu berjudul “Papatong”. Itu karena waktu kecil saya suka mengejar papatong (capung).
Ada lagu lain yang menceritakan keindahan di pagi han. Apalagi udara di daerah Wanayasa, Sagara Herang, jalan Cagak, Cisalak, Kaso Malang, Tanjung Siak itu luar biasa. Jadi, lagu ini saya buat saat pagi hari di Wanayasa, di kaki Gunung Burangrang.
Ketika saya buka jendela, terlihat ada burung terbang, ada air yang jatuh. Sehingga saya bilang
betapa indahnya hidup ini. Bahagia, - biasa. Apalagi buat mereka
.. lagi dilanda cinta. Jujur saya buat lagi ini memang pas lagi kasmaran. Kalau hati ini lagi bahagia, hidup ini akan terasa luar
.: dan begitu bermakna, betul tidak?
Judul lagu ini “Taman Indah ujung Hati Rasa Bahagia”. Nanti
malam itu malam Minggu dan tiap alam tersebut silakan datang
ke Purwakarta karena ada acara free night. Nanti ada sembilan
panggung hiburan di setiap sebulan sekaIi untuk dinikmati masyarakat.
Tadi juga ada sajian transendencing yang menceritakan kehidupan dan kematian. Intinya, kita tidak boleh mencaci-maki masa lalu dan membanggakan masa depan yang belum jelas. Masa lalu adalah masa kini, masa kini adalah masa depan,
Saya juga sudah mengundang perwakilan guru dan siswa untuk berkunjung ke Purwakarta. Kami berdialog dan bertukar pikiran, kemudian berkeliling ke beberapa tempat di Purwakarta yang tengah ditata. ini juga sesuai dengan terobosan saya untuk melaksanakan hanya lima hari kerja di Purwakarta, mulai dari tingkat pemerintahan sampai ke seluruh sekolah.
* Disampaikan dalam Safari Pelajar di
SMAN 1 Jl. Cagak Subang, 21 Maret 2014
#inspirasikangdedi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar