Seorang murid Abul Said Abul Khair pernah berkata, “Guru, di tempat lain
ada orang yang bisa terbang.” Abul Khair menjawab, “Tidak aneh. Lalat
juga bisa terbang. Guru, di sana ada orang yang bisa berjalan di atas
air,” muridnya berkata lagi. Abul Khair berkata, “Itu juga tak aneh,
katak pun bisa berjalan di atas air.” Muridnya berujar lagi, “Guru, di
negeri itu ada orang yang bisa berada di beberapa tempat sekaligus.”
Abul Khair menjawab, “Yang paling pintar seperti itu adalah setan. Ia
bisa berada di hati jutaan manusia dalam waktu bersamaan.”
Murid-muridnya bingung dan bertanya, “Kalau begitu Guru, bagaimana cara
paling cepat untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.?” Ternyata,
murid-muridnya beranggapan bahwa orang yang dekat dengan Allah swt. itu
adalah orang yang memiliki berbagai keajaiban dan kekuatan supranatural.
Abul Said Abul Khair menjawab, “Banyak jalan untuk mendekati Tuhan,
sebanyak bilangan napas para pencari Tuhan. Tetapi, jalan yang paling
dekat kepada Allah adalah membahagiakan orang lain di sekitarmu. Engkau
berkhidmat kepada mereka.* Saya berniat memimpin sebagai cara berkhidmat
kepada Allah. Untuk itulah, pekerjaan saya ini akan didasari dengan
cinta walaupun tentu saja tidak mudah. Tapi bukankah setiap suami adalah
pemimpin bagi keluarganya, bagi anak dan istrinya, dan kepemimpinan
suami adalah kepemimpinan berlandaskan cinta. Bila demikian, semua orang
sebenamya bisa saja memimpin dengan cinta.
Spirit Me-We
“Seratus kali setiap han saya mengingatkan din saya sendiri bahwa
kehidupan rohaniah dan lahiriah saya bergantung pada jerih payah orang
lain, hidup dan mati, dan bahwa saya mesti meluaskan din saya agar dapat
membenikan sebanyak yang telah saya terima dan masih sedang saya
terima.”
(Einstein, The World As I see It)
Sayangnya, tidak
semua orang berpikir seperti Einstein. Kita, misalnya, karena dikenai
target dan target mengalami pikiran yang menjadikan segala sesuatu
sebagai persaingan. Akhirnya, kita menjelma menjadi orang yang terus
bekerja sendirian, menerjemahkan kerja sama sebagai “aku lawan kamu”,
dan mengubah tugas menjadi kontes. Kita kadang-kadang terjebak pada
filosofi, “seharusnya tidak hanya menang, tapi orang lain mestilah
gagal”.
Robert Holden dalam Succes Intelligence menegaskan bahwa
“Kecerdasan dalam berkompetisi adalah soal mengetahui bagaimana bersaing
dan bekerja sama”. Berkompetisi yang sehat adalah mengetahui kapan
bersaing dan kapan bekerja sama. Ada perbedaan antara “bersaing dengan”
dan bersaing melawan.
Jalaluddin Rakhmat. Road to Allah, Mizan. Bandung. 2007.
“Bersaing dengan” membantu seseorang untuk menggunakan segala sesuatu
sebagai penolong dan pendorong yang berharga untuk kesuksesan yang lebih
besar. “Bersaing melawan” mengundang banyak tingkatan konflik dan
pertarungan halus. “Bersaing melawan” membuat kita dendam ketika
dikalahkan.”Bersaing dengan” membuat kita berterima kasih ketika
dikalahkan karena pada saat itu kita sadar akan kekurangan dan bagaimana
cara yang benar yang dibutuhkan pelanggan.
Muhammad Ali adalah
petinju besar, dia pun memiliki filosofi yang cukup cemerlang mengenai
hidup. Setelah kemenangan dalam pertarungan rumble in the jungle melawan
George Foreman, Ali diundang di Harvard Business School. Saat itu, Ali
didaulat membaca puisi. Serta merta Muhammad Ali berdiri, menunjukkan
kepada dirinya sendiri dan berkata, “Aku!” (me). Diam sejenak, Ali
meneruskan dengan merentangkan tangannya lebar-lebar ke arah hadirin dan
berkata, “Kita” (we).
Inilah filosofi kesuksesan Muhammad Ali,
Me-We: Aku-Kita. Ada sebuah situs yang diilhami oleh filosofi ini, nama
situsnya Me-We. Pada situs itu tertulis, “Jika aku seimbang dalam
pikiran, tubuh, dan roh; kita akan seimbang pula.” Aku-Kita adalah soal
kemitraan. Prinsip Aku-Kita akan membuat kita bisa menemukan
mitra dalam sebuah kerja. Menyatakan Aku-Kita membuat orang
serta merta merasa diundang dalam tujuan kita. Aku-Kita adalab soal kerja
tim. Aku-Kita menciptakan banyak orang dalam kerja tim.
Bakat tanpa kerja tim bisa menyebabkan persoalan dan gangguan,
sebaliknya bakat dan kerja tim akan membuat pekerjaan lebih mudah dan
membuat proses-proses menghasilkan buah yang manis. Aku-Kita adalah soal
melayani. Kita bisa meraih kesuksesan yang lebih unggul ketika kita
hidup untuk diri sendiri sekaligus untuk satu sama lain.
Hanya
cinta sajalah yang dapat mengemukakan Me-We mod el Mohammad Ali. Tanpa
cinta, tak mungkin ada spirit Me-We. Saya berdoa kepada Allah, semoga
saya dapat memimpin dengan spirit Me-We.
Mencontohkan Caranya
Menurut teori ini, seorang pemimpin adalah orang yang sudah memimpin
dirinya untuk melakukan sesuatu. Sebelum yang lain diperintahkan untuk
melakukan sesuatu, seorang pemimpin sudah terlebih dahulu melakukannya.
Betapa beratnya. Namun, saya mencoba memulai dengan mengurangi anggaran
rumah tangga sampai 50%, padahal gaji saya sebagai bupati per bulan
hanya Rp 6,5 Juta —lebih rendah dan di banding kepala bagian.
Untuk
dapat melakukan kewajiban ini, saya memimpin sesuai dengan apa yang
saya yakini dan karena itu saya akan berjuang untuk mempertahankan
keyakinan itu. “Saya tidak akan pernah meminta siapa pun untuk
mengerjakan apa yang saya sendiri tidak bersedia melakukannya”.
Mencontohkan caranya dapat juga dilakukan dengan mengomunikasikan mimpi
dan rencana. Jadi, saya harus membuka hati Anda dan membiarkan orang
lain tahu apa yang benar b enar saya pikirkan dan yakini. Buku ini
adalah salah satu cara untuk membuat orang lain memahami apa yang sedang
saya lakukan, apa impian saya, dan mau dibawa ke mana kabupaten ini.
Saya tahu akan ada pihak tertentu yang berkomentar negatif, namun
biarlah kafilah tetap berlalu.
Teori ini juga menyatakan bahwa
perbuatan seorang pemimpin jauh lebih penting daripada kata-kata yang
mereka katakan. Pemimpin selalu jalan di muka. Mereka jalan terlebih
dahulu dan memberikan contoh melalui tindakan sehari-hari untuk
menunjukkan betapa besar komitmen mereka terhadap apa yang mereka
yakini. Mencontohkan caranya, pada dasamya berbicara
tentang nilai-nilai dan prioritas. Mencontohkan caranya, pada dasarnya tentang
mendapatkan hak dan penghargaan untuk memimpin melalui keterlibatan pribadi
dan tindakan secara langsung. Orang terlebih dulu akan mengikuti perilaku Seseorang, barn kemudian rencananya.
Mudah-mudahan saya bisa melaksanakan syarat pertama ini!
Menginspirasikan Vlsi Bersama
Setiap organisasi, setiap gerakan sosial, dimulai dan sebuah mimpi.
Mimpi atau visi adalah kekuatan yang dapat menciptakan masa depan. Para
pemimpin menginspirasikan visi bersama. Mereka dapat melihat batasan
waktu, membayangkan peluang menarik yang masih tersimpan ketika mereka
dan pengikutnya berada dalam jarak yang jauh di belakang. Pemimpin
memiliki keinginan untuk membuat sesuatu terjadi, untuk mengubah carac
ara lama, untuk menciptakan sesuatu yang belum pernah diciptakan oleh
seorang pun.
Seorang pemimpin memiliki imajinasi masa depan yang
mendorongnya untuk terus maju. Namun, visi yang hanya dilihat oleh
pemimpin tidak cukup untuk menciptakan gerakan terorgan isasi atau
perubahan signifikan dalam perusahaan. Seseorang tanpa pengikut bukanlah
pemimpin, dan orang tidak akan mengikutinya sebelum mereka menerima
baik sebuah visi layaknya visi mereka sendiri. Pemimpin tidak dapat
memerintahk an komitmen, tetapi hanya dapat menginspirasikannya.
Untuk membuat seseorang menerima sebuah visi, pemimpin harus mengenali
para pengikutnya dan berbicara dalam bahasa mereka. Orang harus percaya
bahwa pemimpin mengerti kebutuhan mereka dan memerhatikan keinginan
mereka. Kepemimpinan merupakan dialog, bukan monolog. Untuk mengumpulkan
dukungan, para pemimpin harus memiliki pengetahuan yang lengkap
mengenai mimpi, harapan, inspirasi, visi, dan nilai orang-orang.
Pemimpin meniupkan kehidupan ke dalam harapan dan mimpi orang serta
memungkinkan mereka untuk melihat kem ungkinan menggairahkan yang ada di
masa depan. Pemimpin membentuk kesatuan tujuan dengan menunjukkan pada
pengikutnya betapa mimpi adalah untuk kebaikan bersama. Para pemimpin
menyalakan api semangat dalam diri orang dengan mengekspresikan
antusiasme pada visi kelompok yang menakjubkan. Pemimpin
mengomunikasikan kegairahan melalui bahasa yang jelas dan gaya yang
ekspresif.
Mimpi saya adalah “Purwakarta Digjaya Salawasna.” ini
bisa jadi berlebihan, namun begitulah mimpi. Saya akan mulai mimpi itu
dengan menguatkan sektor pendidikan, kesehatan, dan ketahanan desa.
Jalan beraspal, yang selama ini telah dilakukan adalah salah satu cara
menguatkan mimpi itu. Digjaya salawasna berarti masyarakat yang dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri, serta dapat terus-menerus belajar
menanggapi perubahan zaman.
Alangkah indahnya mimpi ini pada saat Sunda ngarangrangan, Purwakarta akan digjaya salawasna.
Menantang Proses
Pemimpin adalah pionir —orang yang bersedia melangkah ke dalam situasi
yang tidak diketahui. Mereka mencari peluang untuk melakukan inovasi,
tumbuh, dan melakukan perbaikan. Namun, pemimpin bukanlah satu-satunya
pencipta dan penyusun produk, layanan atau proses baru. Kontribusi utama
pemimpin adalah dalam mengenali ide-ide bagus, mendukung ide tersebut,
dan kesediaannya untuk menantang sistem kerja yang ada dalam
merealisasikan proses baru dan penggunaan sistem baru. Karenanya,
pemimpin dapat juga dikatakan sebagai realisator inovasi.
Pemimpin
tahu benar bahwa semua inovasi dan perubahan melibatkan eksperimen,
risiko, dan kegagalan. Namun, mereka terus melanjutkannya. Salah satu
cara untuk menghadapi risiko dan kegagalan eksperimen adalah memulai
perubahan melalui langkah-langkah bertahap dan kemenangan-kemenangan
kecil. Kemenangan kecil ketika digabung menjadi satu sama lain dapat
membangun kepercayaan diri yang memungkinkan kita untuk mengatasi
tantangan besar. Dengan kemenangan kemenangan kecil ini semua orang akan
merasakan tumbuhnya komitmen masa depan dalam jangka panjang. Walaupun
demikian, yang harus disadari seorang pemimpin adalah mengenali kesiapan
anggotanya karena tidak semua orang merasa tenang dalam menghadapi
risiko dan ketidakpastian.
Anda tidak dapat memaksa orang untuk
mengambil risiko jika mereka tidak merasa aman. Pemimpin belajar dengan
memimpin, dan mereka baru benar-benar belajar ketika memimpin situasi
yang penuh dengan kendala. Seperti cuaca menyelimuti pegunungan, masalah
adalah penyelimut kepemimpinan.
Saya berharap, semua warga negeri
ini bereksperimen menjadi pemimpin —minimal bagi dirinya— agar ia
terbiasa menemukan masalah, memecahkannya, dan merayakan kemenangan
menghadapi ketidakmungkinan.
Memungkinkan Orang Lain Bertindak
Mimpi-mimpi indah tidak akan pernah menjadi realita yang signifikan
hanya melalui tindakan satu orang saja. Kepemimpinan adalah usaha yang
dilakukan secara bersama-sama dalam satu tim. Pemimpin teladan
memungkinkan orang lain untuk bertindak. Mereka memupuk kolaborasi dan
membangun kepercayaan. Pemahaman mengenai kerja tim ini jauh melebihi
hasil dan beberapa laporan langsung atau orang kepercayaan. Kerja tim
melibatkan semua pihak yang memiliki kewajiban untuk membuat sebuah
produk berhasil — dan dalam kapasitas tertentu, semua orang yang
hidupnya akan dipengaruhi oleh hasil yang diperoleh.
Pemimpin
memungkinkan orang lain untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik. Mereka
menyadari bahwa siapa pun yang diharapkan untuk dapat memproduksi hasil
yang balk harus memiliki rasa kepemilikan dan kekuatan dalam hatinya.
Pemimpin harus bekerja untuk membuat orang merasa kuat, mampu, dan
memiliki komitmen. Pemimpin memungkinkan orang lain bertindak, tidak
dengan memaksakan kekuasaan yang dimilikinya, tetapi dengan
mendelegasikannya. Pemimpin teladan memperkuat kapasitas setiap orang
untuk menepati janji yang mereka buat. Ketika kepemimpinan menjadi
sebuah hubungan yang dibangun berlandaskan rasa saling percaya serta
kepercayaan diri, orang akan berani mengambil risiko, membuat perubahan,
terus menjaga organisasi dan pergerakannya tetap hidup. Melalui
hubungan tersebut, para pemimpin mengubah para pengikut mereka menjadi
pemimpin pula.
Ini sebenarnya masalah yang tak mudah. Agak sering
seorang pemimpin bergerak sendirian terutama ketika apa yang
diinginkannya tak dipahami oleh bawahan. Di sinilah pentingnya
komunikasi sederhana walaupun tetap saja tak mudah. Tetapi, secara
perlahan, kemestian menggerakkan orang lain ini, akan dapat dilakukan
dalam proses
Refleksi: Pemimpin yang Melayani Cinta
Jalan
mendaki ke puncak itu panjang dan terjal. Orang menjadi letih,
frustrasi, dan patah semangat. Mereka seringkali tergoda untuk menyerah.
Pemimpin menyemangati jiwa para pengikutnya untuk terus melangkah.
Tindakan tulus dalam usaha untuk mempedulikan mereka dapat mengangkat
semangat dan membuat orang terus maju. Pemberian semangat dapat
ditujukan dengan sikap yang dramatis atau tindakan yang sederhana.
Seorang pemimpin adalah pelayan bagi siapa pun, juga bawahannya. Ajaran
Islam memiliki istilah khidmat yang berarti pelayanan atau memberikan
pelayanan kepada orang lain. Rasulullah saw. berkata,
“Sesungguhnya
Allah memiliki hamba-hamba. Di antara hamba-hamba itu, ada sebagian
manusia yang Allah ciptakan untuk melayani keperluan manusia yang lain.
Kepadanya manusia berlindung untuk memenuhi keperluannya. Mereka itulah
yang akan memperoleh kedamaian pada han kiamat nanti.”
Nabi juga
bersabda, “Ada orang-orang yang Allah benikan harta kepada hamba-hamba
Allah yang lain. Dan kalau mereka tidak membagikannya, Allah akan ambil
harta itu dan dipindahkan kepada orang lain yang bisa membagikan
hartanya kepada sesama manusia.
Rela mengorbankan apa yang kita
miliki demi semakin dekat dengan Allah adalah maksud lain dari khidmat.
Al-Quran menyebut khidmat dengan dua hal: hi amwâlikum wa anfusikum,
dengan harta dan jiwa kita. Segala bentuk perkhidmatan kita kepada
sesama manusia dihitung Tuhan sebagai sedekah. Menyenangkan sekali,
setiap kali saya melayani siapa pun saat itu tindakan saya bernilai
sedekah.
Sebagai refleksi, ada sebuah cerita sufi mengisahkan
kejadian pada zaman Nabi Musa as. Waktu itu, Bani Israil mengundang
Tuhan makan malam. Undangan itu disampaikan Nabi Musa kepada Tuhan, dan
Tuhan menyanggupinya. Bani Israil pun mempersiapkan pesta dan memasak
hidangan untuk menjamu Tuhan. Seorang miskin dan jauh mencium bau
makanan dan ia datang menghampiri sumber bau itu. Dalam keadaan lapar,
Ia meminta sedikit makanan kepada para juru masak. Juru masak menolaknya
karena mereka sibuk mempersiapkan makanan untuk Tuhan. Tibalah waktu
makan malam. Namun, setelah lama mereka menunggu, ternyata Tuhan tidak
juga datang. Esoknya, dengan perasaan kesal, Nabi Musa as. mengadu
kepada Tuhan, mempertanyakan mengapa Tuhan tidak datang. Tuhan menjawab,
‘Aku akan datang sekiranya engkau berikan makanan kepada orang miskin
itu. Dengan memberikan makanan kepadanya. sebenarnya engkau sudah
memberikan makanan kepada-Ku.”
Bila saya sebagal seorang pemimpin
dapat memberikan jaminan sosial pada mereka yang membutuhkan, mudah
mudahan saya termasuk pada cerita hadis tersebut.
#inspirasikangdedi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar