PURWAKARTA, TRIBUN - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menegaskan
pembangunan Air Mancur Sri Baduga sejak 2014 hingga kini diilhami
semangat kerja Presiden RI Joko Widodo. Ia menyebut, semula air mancur
ini bagian dari ketidakmungkinan.
"Air Mancur Sri Baduga ini jadi
mungkin karena dibarengi ikhtiar dan konsisten kerja, kerja, kerja.
Seperti apa yang dikatakan Pak Presiden
RI Joko Widodo," ujar Dedi di sela peresmian air mancur Sri Baduga Tahap
III oleh Menteri Pariwisata Arif Yahya di Purwakarta, Sabtu (18/2).
Pada peresmian itu, puluhan ribu warga diyakini berjubel di kawasan itu
untuk menyaksikan pertunjukan selama 30 menit tersebut. Menurutnya,
fenomena ini terbilang hal baru bagi warga. Apalagi, selama ini
Purwakarta nyaris jadi kota "mati" setelah dibangun Tol Cipularang.
Ia menjawab anggapan pemborosan anggaran membangun air mancur sejak 2014
hingga saat ini yang menghabiskan sekitar Rp 51 miliar.
"Bagi saya
tidak. Di sini ada lebih dari 500 hingga 1.000 pedagang yang buka setiap
malam Minggu menjual berbagai macam kuliner. Mereka dalam satu malam
jualan di sekitar Situ Buleud mendapat keuntungan paling sedikit Rp 2
juta saat pertunjukan air mancur, lalu kalikan saja 1.000 pedagang,
hasilnya Rp 2 miliar dalam satu malam," katanya.
Menurut Dedi,
penamaan air mancur Sri Baduga tidak lepas dari sejarah panjang sosok
panutan bagi peradaban masyarakat Sunda. Menurutnya, ada seorang raja
sekitar 1.500 tahun yang lalu bernama Prabu Siliwangi atau nama lainnya
Sri Baduga, Ki Pamanah Rasa, Ratu Haji Jaya Dewata.
Kenapa air?
Karena, kata dia, air memiliki makna penting bagi masyarakat Sunda. Itu
kenapa banyak daerah di Jabar dan DKI Jakarta banyak ditemukan istilah
"cai" atau air. Selanjutnya, kata dia, bagaimana menata kelola air
secara baik sehingga bisa bermanfaat. Ia mencontohkan air di Bendungan
Ir H Juanda bermanfaat hingga seluruh Jabar bahkan DKI Jakarta.
"Situ Buleud adalah danau di tengah kota. Kami bangun tamannya, kami
kelola airnya dengan membangun air mancur, dipadukan tarian semburan
airnya, dipadukan dengan warna, dengan musik sehingga ini memiliki nilai
keindahan dan orang menyukainya," kata Dedi.
Selain itu, ia ingin
membuktikan bahwa Purwakarta, kota kecil, mampu menciptakan bentuk
kreativitas yang bisa menyaingi negara lain, seperti air mancur di
Singapura bahkan di Dubai.
Renovasi tahap III ini menghadirkan
tempat duduk berbentuk tribun mini. Tribun pertama tepat di pinggiran
danau dan satu lagi berada di trek joging di area situ. Selain itu
menambah aqua screen di tengah situ hingga berjumlah tiga. Lalu satu
lagi terowongn air. (men)
#inspirasikangdedi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar