expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 26 Februari 2017

Buku Kang Dedi Mulyadi CING CARINGCING PAGEUH KANCING SEUT SARINGSEUT PAGEUH IKEUT Bab : Tinjauan Filsafat





B. Telaah Filosofis Peribahasa CCPKSSPI
1. Telaah Filsafat Berbahasa
Kehidupan manusia tidak dapat melepaskan diri dari bahaa sebagai medium dalam pergaulan sehari-hari. Fakta tersebut dapat dibuktikan dari penggunaan bahasa dalam percakapan sehari-hari. Bahasa membuat antara satu dan yang lain dapat berkomunikasi, saling menyampaikan maksud, keinginan, dan harapan. Tak hanya dalam bentuk lisan, tetapi juga dalam bentuk tulisan.
Pemikiran seseorang bisa dituangkan melalui bahasa tulisan. Orang lain walaupun tidak bertatap muka, dapat berkomunikasi dan mengetahui apa yang ingin disampaikan seorang penulis.
Bahasa yang digunakan mendasari kegiatan seorang manusia, kegiatan berbahasa dengan topik permasalahan ringan, sedang, maupun berat sekalipun. Bahasa menjadi media untuk mengumpan perhatian:
maupun memproses dan menghasilkan pemecahan masalah.
Pada momen kebahasaan, filsafat dapat diketahui orang lain jika ia mengemukakannya melalui bahasa yang dipahami sehingga pemikiran tercermin dari kegiatan tersebut. Melalui kegiatan berbahasa, filsafat bergerak dengan tidak hanya memandang bahwa bahasa bukan sekadar sistem berbahasa (gramatikal), melainkan memahami pengertian seseorang sehingga ia mampu mempengaruhi orang lain dengan kemampuan berpikir yang diungkapkan dalam kegiatan berbahasa. Dan proses berbahasa inilah muncul pikiran yang kritis, santun, tanggapan, dan penerapan berbagai teori berbahasa melalui proses berpikir yang kreatif dan inovatif.
Kemampuan bahasa tidak hanya mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain, tetapi juga dapat menjadi hal yang kompleks. Sebuah perjanjian antar negara juga menggunakan bahasa yang disepakati pihak-pihak yang terkait agar tercapai kesepakatan. Tanda tanda yang hadir dalam kehidupan kita sehari-hari juga bagian dan bahasa. Rambu-rambu lalu lintas tentu akan sangat tidak efisien jika dituliskan dalam bentuk huruf. Para pengguna jalan tentu tidak akan sempat membaca tulisan-tulisan itu. Karena itu untuk mempermudah, dengan dialih-kode-kan yakni dibuat dengan simbol-simbol bahasa yang dikonvensikan dan dimengerti masyarakat.
Beberapa orang pada kesempatan tertentu tidak sempat membaca tulisan. Maka, bahasa pun membentuk kode-kode sebagai pengganti bahasa verbal sehingga komunikasi tetap dapat berjalan dengan baik. Bahasa pun menyiapkan sebuah teks (percakapan tertulis) dengan menggunakan kode penyampaian yang memerlukan tafsiran dalam memahami kode yang ada di dalamnya. Tindakan berbahasa seperti ini berlaku pada bidang sastra, politik, dan invidu tertentu dalam kegiatan berbudaya agar dapat dipahami setelah melalui tafsiran dan atau berusaha menerjemahkan tulisan tersebut. Pada bahasa peribahasa, kode yang dibungkus sebagai makna yang tersurat merupakan cerminan dari kesantunan berbahasa. Peribahasa sebagai bahan komunikasi tidak menohok, tetapi menunjukkan keluwesan dalam berpikir, bertindak, bersikap melalui kegiatan berbahasa.
Bahasa sangat berperan dalam menafsirkarn hal-hal yang mudah, sedang dan kompleks, dan dan kegiatan berbahasa ini memerlukan aktifitas daya kritis individu dalam menerjemahkan sebuah pesan yang
terdapat dalam bahasa yang digunakannya. Pada rangkaian kegiatan berbahasa khususnya peribahasa memerlukan peran individu untuk menafsirkan makna yang terdapat dalam rangkaian kalimat peribahasa. Tanpa interpretasi dan peribahasa, tentunya semua akan mengalir dengan datar, membosankan, tidak berusaha menyembunyikan makna yang sangat dalam pada rangkaian kalimat tersebut.
Filsafat berbahasa menelaah dan menunjukkan tentang bahasa pada pembahasm yang lebth kritis. Ada beberapa poin yang dapat dikaitkan dengan kegiatan berbahasa, antara lain dengan:
a) Pikiran
1) Bahasa dapat menunjukkan kegiatan lisan dan tulisan melalui akal yang sangat erat dengan logika berbahasa.
2) Bahasa yang dikemukakan melalui lisan dan tulisan memerlukan penggalian makna dan interpretasi yang merupakan bagian yang sudah melekat dengan kegiatan berbahasa.
3) Konvensi, karena tanpa konvensi bahasa tidak ada artinya karena tidak dimengerti oleh semua orang.
4) Dimensi bahasa objektif dapat dimengerti oleh semua untuk mengatasi ruang dan bersifat universal serta ilmiah.
5) Intertekstualitas, bagaimana teks-teks lain saling memengaruhi pemahaman seseorang.
b) Sikap berbahasa
1) Adanya kesantunan berbahasa.
2) Mengungkapkan bahasa melalui bahasa yang sesuai dengan konteks dan situasi berbahasa.
3) Menggunakan bahasa sesuai dengan posisi, kedudukan, dan lingkungan berbahasa.
4) Menggunakan bahasa sesuai dengan profesi pengguna bahasa.
5) Mengungkapkan bahasa sesuai dengan keperluan berbahasa.
c) Keterampilan berbahasa
1) Menggunakan bahasa pada konteks memahami bacaan.
2) Menggunakan bahasa pada konteks memahami apa yang akar disimaknya.
3) Menggunakan bahasa pada konteks berbicara.
4) Menggunakan bahasa pada konteks menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar