B. Telaah Filosofis Peribahasa CCPKSSPI
1. Telaah Filsafat Berbahasa
Kehidupan manusia tidak dapat melepaskan diri dari bahaa sebagai medium
dalam pergaulan sehari-hari. Fakta tersebut dapat dibuktikan dari
penggunaan bahasa dalam percakapan sehari-hari. Bahasa membuat antara
satu dan yang lain dapat berkomunikasi, saling menyampaikan maksud,
keinginan, dan harapan. Tak hanya dalam bentuk lisan, tetapi juga dalam
bentuk tulisan.
Pemikiran seseorang bisa dituangkan melalui bahasa
tulisan. Orang lain walaupun tidak bertatap muka, dapat berkomunikasi
dan mengetahui apa yang ingin disampaikan seorang penulis.
Bahasa
yang digunakan mendasari kegiatan seorang manusia, kegiatan berbahasa
dengan topik permasalahan ringan, sedang, maupun berat sekalipun. Bahasa
menjadi media untuk mengumpan perhatian:
maupun memproses dan menghasilkan pemecahan masalah.
Pada momen kebahasaan, filsafat dapat diketahui orang lain jika ia
mengemukakannya melalui bahasa yang dipahami sehingga pemikiran
tercermin dari kegiatan tersebut. Melalui kegiatan berbahasa, filsafat
bergerak dengan tidak hanya memandang bahwa bahasa bukan sekadar sistem
berbahasa (gramatikal), melainkan memahami pengertian seseorang sehingga
ia mampu mempengaruhi orang lain dengan kemampuan berpikir yang
diungkapkan dalam kegiatan berbahasa. Dan proses berbahasa inilah muncul
pikiran yang kritis, santun, tanggapan, dan penerapan berbagai teori
berbahasa melalui proses berpikir yang kreatif dan inovatif.
Kemampuan bahasa tidak hanya mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi
dengan orang lain, tetapi juga dapat menjadi hal yang kompleks. Sebuah
perjanjian antar negara juga menggunakan bahasa yang disepakati
pihak-pihak yang terkait agar tercapai kesepakatan. Tanda tanda yang
hadir dalam kehidupan kita sehari-hari juga bagian dan bahasa.
Rambu-rambu lalu lintas tentu akan sangat tidak efisien jika dituliskan
dalam bentuk huruf. Para pengguna jalan tentu tidak akan sempat membaca
tulisan-tulisan itu. Karena itu untuk mempermudah, dengan
dialih-kode-kan yakni dibuat dengan simbol-simbol bahasa yang
dikonvensikan dan dimengerti masyarakat.
Beberapa orang pada
kesempatan tertentu tidak sempat membaca tulisan. Maka, bahasa pun
membentuk kode-kode sebagai pengganti bahasa verbal sehingga komunikasi
tetap dapat berjalan dengan baik. Bahasa pun menyiapkan sebuah teks
(percakapan tertulis) dengan menggunakan kode penyampaian yang
memerlukan tafsiran dalam memahami kode yang ada di dalamnya. Tindakan
berbahasa seperti ini berlaku pada bidang sastra, politik, dan invidu
tertentu dalam kegiatan berbudaya agar dapat dipahami setelah melalui
tafsiran dan atau berusaha menerjemahkan tulisan tersebut. Pada bahasa
peribahasa, kode yang dibungkus sebagai makna yang tersurat merupakan
cerminan dari kesantunan berbahasa. Peribahasa sebagai bahan komunikasi
tidak menohok, tetapi menunjukkan keluwesan dalam berpikir, bertindak,
bersikap melalui kegiatan berbahasa.
Bahasa sangat berperan dalam
menafsirkarn hal-hal yang mudah, sedang dan kompleks, dan dan kegiatan
berbahasa ini memerlukan aktifitas daya kritis individu dalam
menerjemahkan sebuah pesan yang
terdapat dalam bahasa yang
digunakannya. Pada rangkaian kegiatan berbahasa khususnya peribahasa
memerlukan peran individu untuk menafsirkan makna yang terdapat dalam
rangkaian kalimat peribahasa. Tanpa interpretasi dan peribahasa,
tentunya semua akan mengalir dengan datar, membosankan, tidak berusaha
menyembunyikan makna yang sangat dalam pada rangkaian kalimat tersebut.
Filsafat berbahasa menelaah dan menunjukkan tentang bahasa pada
pembahasm yang lebth kritis. Ada beberapa poin yang dapat dikaitkan
dengan kegiatan berbahasa, antara lain dengan:
a) Pikiran
1) Bahasa dapat menunjukkan kegiatan lisan dan tulisan melalui akal yang sangat erat dengan logika berbahasa.
2) Bahasa yang dikemukakan melalui lisan dan tulisan memerlukan
penggalian makna dan interpretasi yang merupakan bagian yang sudah
melekat dengan kegiatan berbahasa.
3) Konvensi, karena tanpa konvensi bahasa tidak ada artinya karena tidak dimengerti oleh semua orang.
4) Dimensi bahasa objektif dapat dimengerti oleh semua untuk mengatasi ruang dan bersifat universal serta ilmiah.
5) Intertekstualitas, bagaimana teks-teks lain saling memengaruhi pemahaman seseorang.
b) Sikap berbahasa
1) Adanya kesantunan berbahasa.
2) Mengungkapkan bahasa melalui bahasa yang sesuai dengan konteks dan situasi berbahasa.
3) Menggunakan bahasa sesuai dengan posisi, kedudukan, dan lingkungan berbahasa.
4) Menggunakan bahasa sesuai dengan profesi pengguna bahasa.
5) Mengungkapkan bahasa sesuai dengan keperluan berbahasa.
c) Keterampilan berbahasa
1) Menggunakan bahasa pada konteks memahami bacaan.
2) Menggunakan bahasa pada konteks memahami apa yang akar disimaknya.
3) Menggunakan bahasa pada konteks berbicara.
4) Menggunakan bahasa pada konteks menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar