Kota Depok yang dikenal sebagai kota belimbing, adalah sebuah kota di
Provinsi Jawa Barat, terletak diantara kota Jakarta dan Bogor. Secara
geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00”
Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Kata
Depok, konon berasal dari kata bahasa Sunda yang berarti pertapaan atau
tempat bertapa. Namun ada yang menyebutkan bahwa kata DEPOK berasal dari
sebuah nama Padepokan Kristiani yang bernama De Eerste Protestante
Organisatie van Christenen.
Semboyan mereka Deze Einheid Predikt
Ons Kristus juga disingkat Depok. Atau ada juga yang mengatakan akronim
dari De Eerste Protestants Onderdaan Kerk yang artinya adalah Gereja
Kristen Rakyat Pertama.Depok Zaman PrasejarahPenemuan benda bersejarah
di wilayah Depok dan sekitarnya menunjukkan bahwa Depok telah
berpenghuni sejak zaman prasejarah. Penemuan tersebut itu berupa Menhir
“Gagang Golok”, Punden berundak “Sumur Bandung”, Kapak Persegi dan Pahat
Batu, yang merupakan peninggalan zaman megalit. Juga penemuan Paji Batu
dan sejenis Beliung Batu yang merupakan peninggalan zaman Neolit.
Depok Zaman Padjajaran Pada abad ke-14 Kerajaan Padjajaran diperintah
seorang raja yang diberi gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan,
yang lebih dikenal dengan gelar Prabu Siliwangi. Di sepanjang Sungai
Ciliwung terdapat beberapa kerajaan kecil di bawah kekuasaan kerajaan
ini, diantaranya Kerajaan Muara Beres.
Sampai Karadenan
terbentang benteng yang sangat kuat sehingga mampu bertahan terhadap
serangan pasukan Jayakarta yang dibantu Demak, Cirebon dan Banten.Depok
berjarak sekitar 13 km sebelah utara Muara Beres. Jadi wajar apabila
Depok dijadikan front terdepan tentara Jayakarta saat berperang melawan
Padjajaran. Hal itu dibuktikan dengan:
Masih terdapatnya
nama-nama kampung atau desa yang menggunakan bahasa Sunda antara lain
Parung Serang, Parung Belimbing, Parung Malela, Parung Bingung, Cisalak,
Karang Anyar dan lain-lain.
Dr. NJ. Krom pernah menemukan cincin emas kuno peninggalan zaman Padjajaran di Nagela, yang tersimpan di Museum Jakarta.
Tahun 1709 Abraham Van Riebeck menemukan benteng kuno peninggalan kerajaan Padjajaran di Karadenan.
Di rumah penduduk Kawung Pundak sampai sekarang masih ditemukan senjata kuno peninggalan zaman Padjajaran. Senjata ini mereka terima turun-temurun.
Dr. NJ. Krom pernah menemukan cincin emas kuno peninggalan zaman Padjajaran di Nagela, yang tersimpan di Museum Jakarta.
Tahun 1709 Abraham Van Riebeck menemukan benteng kuno peninggalan kerajaan Padjajaran di Karadenan.
Di rumah penduduk Kawung Pundak sampai sekarang masih ditemukan senjata kuno peninggalan zaman Padjajaran. Senjata ini mereka terima turun-temurun.
Depok Zaman IslamPengaruh Islam masuk ke Depok
diperkirakan pada 1527, dan masuknya agama Islam di Depok bersamaan
dengan perlawanan Banten dan Cirebon setelah Jayakarta direbut Verenigde
Oost-lndische Compagnie (VOC) yang pada waktu itu berkedudukan di
Batavia.
Hubungan Banten dan Cirebon setelah Jayakarta direbut
VOC harus melalui jalan darat. Jalan pintas terdekat yaitu melalui
Depok. Karena itu tidaklah meng-herankan kalau di Sawangan dan banyak
peninggalan- peninggalan tentara Banten berupa :
Kramat Beji
yang terletak antara Perumnas Depok I dan Depok Utara. Di sekitar tempat
itu terdapat tujuh sumur dan sebuah bangunan kecil yang terdapat banyak
sekali senjata kuno seperti keris, tombak dan golok peninggalan tentara
Banter saat melawan VOC. Dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang
tinggal di daerah itu bukanlah petani melainkan tentara pada jamannya.
Informasi dari Kuncen turun temurun, bahwa tempat itu sering diadakan
pertemuan antara tentara kerajaan Banten dan Cirebon. Di tempat itu
biasanya diadakan latihar bela diri dan pendidikan agama yang sering
disebut pade-pokan. Kemungkinan nama Depok juga bersumber dari
Pa-depokan Beji.
Di Pandak (Karadenan) terdapat masjid kuno
yang merupakan masjid pertama di Bogor. Lokasi masjid ini dengan Bojong
Gede hanya terhalang Sungai Ciliwung. Masjid ini dibangun Raden Safe’i
cucu Pangeran Sangiang bergelar Prabu Sura-wisesa, yang pernah menjadi
raja mandala di Muara Beres. Di rumah-rumah penduduk sekitar masjid ini
masih terdapat senjata-senjata kuno dan beberapa buah kujang peninggalan
zaman Padjajaran. Jadi masjid dibangun tentara padjajaran yang masuk
Islam kurang lebih tahun 1550.
Di Bojong Gede terdapat makam
Ratu Anti atau Ratu Mae-munah, seorang prajurit Banten yang berjuang
melawan padja-jaran di kedungjiwa. Setelah perang selesai suaminya
(raden pakpak) menyebarkan agama Islam di Priangan, sedangkan ratu anti
sendiri menetap di bojonggede sambil menyebarkan agama Islam sampai
meninggal.
Depok Zaman Kolonial“…Maka hoetan jang laen jang
disabelah timoer soengei Karoekoet sampai pada soengei besar, anakkoe
Anthony Chastelein tijada boleh ganggoe sebab hoetan itoe misti tinggal
akan goenanya boedak-boedak itoe mardaheka, dan djoega mareka itoe dan
toeroen-temoeroennj a tijada sekali-sekali boleh potong ataoe memberi
izin akan potong kajoe dari hoetan itoe boewat penggilingan teboe… dan
mareka itoe tijada boleh bikin soewatoe apa djoega jang boleh djadi
meroesakkan hoetan itoe dan kasoekaran boeat toeroen-temoeroennj
a,…”Penggalan kalimat dengan ejaan van Ophuijsen itu adalah hasil
terjemahan Bahasa Belanda kuno dari surat wasiat tertanggal 14 Maret
1714 yang ditulis tangan Cornelis Chastelein, seorang Belanda, tuan
tanah eks pegawai (pejabat) Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC).
Tiga bulan kemudian Chastelein meninggal dunia, persisnya 28 Juni 1714.
Cornelis Chastelein itulah yang disebut cikal bakal berdirinya Kota
Depok sekarang. Di bawah wewenang Kerajaan Belanda ketika itu (1696), ia
diizinkan membeli tanah yang luasnya mencakup Depok sekarang, ditambah
sedikit wilayah Jakarta Selatan plus Ratujaya, Bojong Gede, Kabupaten
Bogor sekarang.Meneer Belanda itu menguasai tanah kira-kira luasnya
1.244 ha, setara dengan wilayah enam kecamatan zaman sekarang. Yang
menarik dari surat wasiatnya, ia melukiskan Depok waktu itu yang dihiasi
sungai, hutan, bambu rimbun, dan sengaja ditanam, tidak boleh
di-ganggu.
Sungai Krukut yang disebut-sebut dalam surat wasiat
itu boleh jadi berhubungan dengan wilayah Kelurahan Krukut, Kecamatan
Limo, Kota Depok sekarang, persisnya di selatan Cinere. Jika ada
penggilingan tebu, niscaya ada tanaman tebu. Pastilah tanaman tebu itu
terhampar luas dengan pengairan cukup. Bisa dibayangkan betapa elok
Depok waktu itu.Depok dan Bogor menjadi wilayah kekuasaan VOC sejak 17
April 1684, yaitu sejak ditandatanganinya perjanjian antara sultan haji
dari Banten dengan VOC. Pasal tiga dari perjanjian tersebut adalah
Cisadane sampai ke hulu menjadi batas wilayah kesultanan Banten dengan
wilayah kekuasaan VOC.
Saat pemerintahan Daendels, banyak tanah
di Pulau Jawa dijual kepada swasta, sehingga muncullah tuan tanah-tuan
tanah baru. Di daerah Depok terdapat tuan tanah Pondok Cina, Tuan Tanah
Mampang, Tuan Tanah Cinere, Tuan Tanah Citayam dan Tuan Tanah Bojong
Gede.Pada masa kejayaan VOC sejak akhir abad ke-17 hingga pertengahan
abad ke-18 hampir semua orang Belanda di Batavia dan sekitarnya yang
kaya raya memiliki sejumlah besar pekerja. Tumbuh kembangnya jumlah
pekerja antara lain disebabkan kemenangan-kemenang an yang diraih VOC
atau Belanda dalam menguasai suatu daerah, yang kemudian diangkut ke
Pulau Jawa.
Pada era tersebut, hidup seorang tuan tanah dermawan
yang juga menaruh perhatian besar terhadap perkembangan agama Kristen di
Batavia dan sekitarnya. Beliau adalah Cornelis Chastelein yang menjadi
anggota Read Ordinair atau pejabat pengadilan VOC. Ayahnya Antonie
Chastelein, adalah seorang Perancis yang menyeberang ke Belanda dan
bekerja di VOC. Ibunya Maria Cruidenar, putri Wali Kota Dordtrecht.
Sinyo Perancis-Belanda ini menikah dengan noni holland Catharina Van
Vaalberg.
Pasangan ini memiliki seorang putra, Anthony
Chastelein, dan kawin dengan Anna De Haan.Saat menjabat pegawai VOC,
kariernya cepat melejit. Namun, saat terjadi perubahan kebijakan karena
pergantian Gubernur Jenderal VOC dari J. Camphuys ke tangan Willem Van
Outhorn, ia hengkang dari VOC. Sebagai agamawan fanatik, Cornelis tidak
senang melihat praktek kecurangan VOC. Borok-borok moral serta korupsi
di segala bidang lapisan pihak Kompeni Belanda selaku penguasa sangat
berten-tangan dengan hati nurani penginjil ini.
Maka ia tetap
bersikukuh keluar dari VOC, beberapa saat sebelum Gubernur Jenderal VOC
Johannes Camphuys mengalihkan jabatannya kepada Willem Van Outhorn.Pada
18 Mei 1696, ia membeli tiga bidang tanah di hutan sebelah selatan
Batavia yang hanya bisa dicapai melalui Sungai Ciliwung dan jalan
setapak. Ketiga bidang tanah itu terletak di 6ilangan Mampang,
Karanganyar, dan Depok.
Tahun itu juga, ia mulai menekuni bidang
per-tanian di bilangan Seringsing (Serengseng) .Untuk menggarap lahan
pertaniannya yang luas itu, ia mendatangkan pekerja dari Bali, Makassar,
Nusa Tenggara Timur, Maluku, Ternate, Kei, Jawa, Batavia, Pulau Rate,
dan Filipina. Semuanya berjumlah sekitar 120 orang. Atas permintaan
ayahnya dulu, ia pun menyebarkan agama Kristen kepada para budaknya.
Perlahan muncul di sini sebuah padepokan Kristiani yang disebut De
Eerste Protestante Organisatie van Christenen.Menjelang ajalnya, 13
Maret 1714, Cornelis Chastelein menulis wasiat berisi antara lain,
mewariskan tanahnya kepada seluruh pe-kerjanya yang telah mengabdi
kepadanya sekaligus menghapus status pekerja menjadi orang merdeka.
Setiap keluarga bekas pekerjanya memperoleh 16 ringgit.
Hartanya
berupa 300 kerbau pembajak sawah, dua perangkat gamelan berlapis emas,
60 tombak perak, juga dihi-bahkannya kepada bekas pekerjanya. Pada 28
juni 1714 Cornelis Chas-telein meninggal dunia, meninggalkan bekas
budaknya yang telah melebur dalam 12 marga yaitu Jonathans, Leander,
Bacas, Loen, Samuel, Jacob, Laurens, Joseph, Tholens, Isakh, Soediro,
dan Zadhoks.
Marga itu kini hanya tinggal 11 buah karena marga
Zadoks telah punah.Anthony, putra Cornelis Chastelein, meninggal pada
1715, satu tahun setelah ayahnya meninggal. Istri Anthony kemudian
menikah dengan Mr. Joan Francois De Witte Van Schooten, anggota dari
Agtb. Raad van Justitie des casteels Batavia.Di Depok saat ini masih
terdapat Lembaga Cornelis Chastelein (LCC) yang bergerak di bidang
pendidikan dan sosial.
Lembaga itu dibentuk 4 Agustus 1952
dihadapan Notaris Soerojo dengan perwakilan diantaranya J.M Jonathans
dan F.H Soedira.Sementara itu, keturunan pekerja yang dimerdekakan
Cornelis Chastelein itu biasa disebut Belanda Depok. Namun RM Jonathans,
salah satu tokoh YLCC menyebut julukan itu tidak kondusif, seolah olah
memberi pembenaran bahwa komunitas tadi merupakan repre-sentasi
masyarakat Belanda yang ada di Indonesia, yang ketika itu menjajah
Indonesia.Asal Usul Pondok CinaAwalnya, Pondok Cina bernama Kampung
Bojong, sebuah tempat transit pedagang-pedagang Tionghoa yang hendak
berjualan di Depok.
Pondok Cina dulunya hanya berupa hutan karet
dan sawah. Konon, waktu itu Cornelis Chastelein pernah membuat
peraturan bahwa orang-orang Cina tidak boleh tinggal di kota Depok.
Mereka hanya boleh berdagang, tapi tidak boleh tinggal.
Pedagang-pedagang itu datang menjelang matahari terbenam. Karena
sampainya malam hari, mereka istirahat dan membuat tempat transit dengan
membuat pondok-pondok sederhana di luar wilayah Depok, yang bernama
Kampung Bojong milik seorang tuan tanah keturunan Tionghoa. Menjelang
subuh orang-orang keturunan Tionghoa tersebut bersiap-siap untuk
berangkat ke pasar Depok.
Kampung Bojong berubah nama menjadi
kampung Pondok Cina pada tahun 1918. Masyarakat sekitar daerah tersebut
selalu menyebut kampung Bojong dengan sebutan Pondok Cina.
Lama-kelamaan nama Kampung Bojong hilang dan timbul sebutan Pondok Cina
sampai sekarang.Asal Usul MargondaKonon, nama Margonda berasal dari nama
seorang pahlawan yang bernama Margonda. Keluarga yang mengklaim sebagai
anak keturunan Margonda sendiri (di Cipayung, Depok) sampai sekarang
belum dapat memberikan informasi mengenai sepak terjang atau lokasi
makam Margonda.Depok Zaman JepangSetelah Jepang menyerah kepada sekutu,
HEIHO dan Pembela Tanah Air (PETA) dibubarkan. Putra-putri HEIHO dan
PETA kembali ke kam-pungnya.
Mereka diperbolehkan membawa
perlengkapan kecuali sen-jata. Diproklamirkannya Indonesia pada 17
Agustus 1945, para pemuda Depok khususnya bekas HEIHO clan PETA
terpanggil hatinya untuk berjuang. Pada September 1945 diadakan rapat
yang pertama kali di sebuah rumah di Jaian Citayam (sekarang Jalan
Kartini). Hadir saat itu seorang bekas PETA (Tole lskandar), tujuh orang
bekas HEIHO dan 13 pemuda Depok lainnya.Pada rapat tersebut diputuskan
dibentuk barisan keamanan Depok yang seluruhnya berjumlah 21 orang
dengan komandannya Tole Iskandar. Ke-21 orang inilah sebagai cikal bakal
perjuangan di Depok.
Depok Zaman KemerdekaanPada zaman
kemerdekaan Depok ini menjadi sebuah kecamatan yang berada di lingkungan
Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor.Pada tahun
1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang
yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia
(UI).
Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif
Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang
peresmiannya pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri dalam Negeri (H.
Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas)
Desa, yaitu :
Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam)
Desa, yaitu Desa Depok, Desa Depok Jaya, Desa Pancoram Mas, Desa
Mampang, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan Jaya Baru.
Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu : Desa Beji, Desa Kemiri Muka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan.
Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu : Desa Mekarjaya, Desa Sukma Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya.
Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu : Desa Beji, Desa Kemiri Muka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan.
Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu : Desa Mekarjaya, Desa Sukma Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya.
Selama kurun waktu 17 tahun Kota Administratif Depok
berkembang pesat baik dibidang Pemerintahan, Pembangunan dan
Kemasyarakatan. Khususnya bidang Pemerintahan semua Desa berganti
menjadi Kelurahan dan adanya pemekaran Kelurahan, sehingga pada akhirnya
Depok terdiri dari 3 (Kecamatan) dan 23 (dua puluh tiga) Kelurahan,
yaitu
Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam)
Kelurahan, yaitu : Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan
Pancoran Mas, Kelurahjn Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru.
Kecamatan Beji terdiri dari (enam) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurah Pondok Cina, Kelurahan Kemirimuka, Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah Baru.
Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Suka Maju,. Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Abadi Jaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Cisalak, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan Kali Jaya, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Jati Mulya, Kelurahan Tirta Jaya.
Kecamatan Beji terdiri dari (enam) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurah Pondok Cina, Kelurahan Kemirimuka, Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah Baru.
Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Suka Maju,. Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Abadi Jaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Cisalak, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan Kali Jaya, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Jati Mulya, Kelurahan Tirta Jaya.
Selanjutnya, berdasarkan
Undang–Undang Nomor 15 Tahun 1999, tentang pembentukan Kotamadya Daerah
Tingkat II Depok yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan
diresmikan tanggal 27 April 1999 dan dijadikan sebagi hari jadi Kota
Depok.Drs. H. Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat sebagai Walikota
Kota Administratif Depok dilantik sebagai Penjabat Walikotamadya Kepala
Daerah Tingkat II Depok.
Menurut Undang-Undang tersebut, wilayah
Kotamadya daerah Tingkat II Depok memiliki luas wilayah 20.504,54 Ha
yang terdiri dari 3 (tiga) kecamatan ditambah dengan sebagian wilayah
Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, yaitu:
Kecamatan Cimanggis
dengan luas wilayah 5.077,3 Ha, yang terdiri dari 1 (satu) kelurahan
dan 12 (dua belas) desa, yaitu: Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung
Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa
Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa
Cimpaeun, Desa Leuwinanggung.
Kecamatan Sawangan dengan luas wilayah 4.673,8 Ha, yang terdiri dari 14 (empat belas) desa, yaitu: Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan Desa Bedahan, Desa Pasir Putih.
Kecamatan Limo dengan luas wilayah 2.595,3 Ha, yang terdiri dari 8 (delapan) desa, yaitu: Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol.
Kecamatan Beji, terdiri dari 6 kelurahan dengan luas wilayah 1614 Ha.
Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 kelurahan dengan luas wilayah 3.398 Ha.
Kecamatan Pancoran Mas, dengan pusat pemerintahan berkedudukan dikelurahan Depok, terdiri dari 6 Kelurahan dan 6 Desa dengan luas wilayah 2.671 Ha.
Kecamatan Sawangan dengan luas wilayah 4.673,8 Ha, yang terdiri dari 14 (empat belas) desa, yaitu: Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan Desa Bedahan, Desa Pasir Putih.
Kecamatan Limo dengan luas wilayah 2.595,3 Ha, yang terdiri dari 8 (delapan) desa, yaitu: Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol.
Kecamatan Beji, terdiri dari 6 kelurahan dengan luas wilayah 1614 Ha.
Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 kelurahan dengan luas wilayah 3.398 Ha.
Kecamatan Pancoran Mas, dengan pusat pemerintahan berkedudukan dikelurahan Depok, terdiri dari 6 Kelurahan dan 6 Desa dengan luas wilayah 2.671 Ha.
Pada tahun 2007, berdasarkan Perda Kota Depok
Nomor 08 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan di Kota Depok, terjadi
pemekaran Kecamatan di Kota Depok dari 6 (enam) menjadi 11 (sebelas)
kecamatan. Dengan pemekaran ini, setiap kecamatan hanya akan membawahi
empat hingga tujuh kelurahan saja, di mana sebelumnya 6 hingga 14
Kelurahan. Kecamatan hasil pemekaran berdasarkan Perda tersebut adalah
sebagai berikut:
Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja:
Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan
Pondok Cina, Kelurahan Kukusan, dan Kelurahan Tanah Baru.
Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah kerja: Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkap Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.
Kecamatan Cipayung meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cipayung, Kelurahan Cipayung Jaya, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan Kelurahan Pondok Jaya.
Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Tirtajaya, dan Kelurahan Cisalak.
Kecamatan Cilodong meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, dan Kelurahan Jatimulya.
Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja: Kelurahan Limo, Kelurahan Meruyung, Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut.
Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja: Kerurahan Cinere, Kelurahan Gandul, Kelurahan Pangkal Jati Lama, dan Kelurahan Pangkal Jati Baru.
Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cisalak Pasar, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kelurahan Harjamukti, dan Kelurahan Curug.
Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja: Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun.
Kecamatan Sawangan meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sawangan, Kelurahan Kedaung, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Bedahan, Kelurahan Pengasinan, dan Kelurahan Pasir Putih.
Kecamatan Bojongsari meliputi wilayah kerja: Kelurahan Bojongsari, Kelurahan Bojongsari Baru, Kelurahan Serua, Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Duren Mekar, dan Kelurahan Duren Seribu.
Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah kerja: Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkap Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.
Kecamatan Cipayung meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cipayung, Kelurahan Cipayung Jaya, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan Kelurahan Pondok Jaya.
Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Tirtajaya, dan Kelurahan Cisalak.
Kecamatan Cilodong meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, dan Kelurahan Jatimulya.
Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja: Kelurahan Limo, Kelurahan Meruyung, Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut.
Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja: Kerurahan Cinere, Kelurahan Gandul, Kelurahan Pangkal Jati Lama, dan Kelurahan Pangkal Jati Baru.
Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cisalak Pasar, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kelurahan Harjamukti, dan Kelurahan Curug.
Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja: Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun.
Kecamatan Sawangan meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sawangan, Kelurahan Kedaung, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Bedahan, Kelurahan Pengasinan, dan Kelurahan Pasir Putih.
Kecamatan Bojongsari meliputi wilayah kerja: Kelurahan Bojongsari, Kelurahan Bojongsari Baru, Kelurahan Serua, Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Duren Mekar, dan Kelurahan Duren Seribu.
Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran
rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140
meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari
15%..Depok menjadi salah satu wilayah termuda di Jawa Barat dengan luas
wilayah sekitar 207.006 km2 yang berbatasan dengan tiga kabupaten dan
satu provinsi.
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan masuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, dan Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan masuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, dan Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
Sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede,
Kabupaten Bogor. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan
Ke-camatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor.Wilayah Depok yang terdiri dari
11 (sebelas) kecamatan terbagi menjadi 63 kelurahan, 772 RW, 3.850 RT
serta 218.095 Rumah Tangga. Jumlah penduduk di Kota Depok tahun 2005
mencapai 1.374.522 jiwa, terdiri atas laki-laki 696.329 jiwa (50,66%)
dan perempuan 678.193 jiwa (49,34%), Sedangkan luas wilayah hanya 200,29
km2, maka kepadatan penduduk Kota Depok adalah 6.863 jiwa/km2.
Kota Depok selain sebagai kota otonom juga merupakan wilayah penyangga
Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan,
pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata, dan sebagai kota
resapan air.Para penghuni yang mendiami wilayah Depok sebagian besar
berasal dari pindahan orang Jakarta. Tak heran kalau dulu muncul pomeo
Depok adalah Daerah Elit Pemukiman Orang Kota. #inspirasikangdedi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar