expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 09 Februari 2017

AKSI 112 DAN KUDA TROYA DEMOKRASI

Dari Merdeka selatan tinggal selangkah ke Merdeka utara




POJOKSATU.id, PURWAKARTA – Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menjadi pembicara dalam diskusi publik bertajuk “Aksi 112 dan Kuda Troya Demokrasi” yang diselenggarakan oleh Lembaga Pemilih Indonesia atau LPI bertempat di Cikini, Jakarta, Rabu (8/2).
Dalam paparannya, pria yang akrab disapa Kang Dedi tersebut mengajak agar publik melihat Indonesia dalam spektrum kebangsaan dan keragaman tradisi juga kultur. Sehingga menurutnya, pluralisme dan keberagaman tidak hanya diletakan dalam konteks Pilgub Jakarta 2017.
“Indonesia itu bukan hanya Jakarta. Publik harus faham bahwa pertarungan mempertahankan Keindonesiaan kita itu ada dari Sabang sampai Merauke,” ujar Dedi Mulyadi.
Selain sebagai bupati, Dedi yang dikenal sebagai budayawan Sunda ini menuturkan bahwa kebudayaan harus dirawat oleh segenap elemen bangsa.
Menurut Dedi, jika sebuah komunitas kehilangan akar budayanya, maka pada saat yang sama, mereka akan kehilangan lingkungan tempat bernaung.
“Kita ini terlalu mudah menerima paham baru, sampai pandangan dan keyakinan diri gampang sekali mengikuti trend, kalau trend-nya A, maka dia ikut A, kalau trend-nya B, maka dia ikut B, ini berbahaya sebab ia tidak punya pegangan nilai moral,” tutur Dedi.
Visi pembangunan Presiden Joko Widodo menurutnya sudah sangat tepat, Nawa Cita memiliki cakupan pandangan dan cakrawala yang lebih luas tentang penjagaan terhadap nilai moral kebangsaan.
“Pemahaman kebudayaan Pak Jokowi sangat tinggi, cakupannya luas, berisi keberagaman, tata nilai kebangsaan terus dikuatkan, pembangunan di pelosok negeri terus dilakukan,” ujarnya.
Dalam konteks pegangan nilai pluralisme, masih menurut Dedi, Indonesia tidak boleh hanya sekedar melihat Jakarta. Sebaliknya, ia menilai bahwa Pilkada DKI Jakarta hanya bagian kecil dari proses pendewasaan demokrasi, sehingga tidak perlu menghabiskan energi bangsa terlalu besar.
“Saya tegaskan, Indonesia tidak hanya Jakarta, Indonesia itu ada di Purwakarta, Indonesia itu ada di Bojonegoro, Indonesia itu ada di Banyuwangi, Papua, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, NTT, dan sebagainya,” pungkasnya.
Sementara itu, aktivis Nahdlatul Ulama, Syafiq Alielha yang juga menjadi pembicara dalam kegiatan tersebut, menduga rencana aksi yang akan dilakukan pada 11 Februari 2017 atau aksi 112 oleh kelompok-kelompok mengatasnamakan umat Islam merupakan sebuah upaya memelihara sentimen sektarian.
“Saya mencurigai aksi ini untuk memelihara sentimen. Ada banyak kelompok dalam aksi ini yang mengidap sentimen sektarian,” ujar Syafiq.
Aksi damai 112 akan dilaksana sehari menjelang masa tenang pilkada DKI Jakarta 2017. Salah satu tuntutan yang akan disuarakan dalam aksi 112 yakni mendesak agar Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok segera ditahan terkait kasus dugaan penistaan agama.
(*/one/pojoksatu)
#inspirasikangdedi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar