Pernah dengar Kuda Troya? Kuda Troya tidak berasal dari kroya,
Banyumas, Jawa tengah. Walaupun kedengarannya agak mirip tidak ada
sangkut pautnya sama sekali. Kuda troya adalah sebuah legenda yang
berasal dari semenanjung Balkan, tepatnya didaerah Yunani. Bukan
sembarang kuda dan bukan pula sungguh-sungguh kuda, tetapi sebuah kuda
yang terbuat dari kayu. Kuda ini ada pada jaman dahulu kala sekitar dua
belas abad sebelum masehi ketika Yunani berperang melawan Troya.
Legenda ini berasal dari kisah nyata Perang Troya (Trojan War).
Bermula ketika Putra Mahkota Kerajaan Troya (Pangeran Paris) jatuh cinta
berat kepada Helen. Sayangnya, Helen adalah istri Menelaus raja
Sparta, sebuah kerajaan kecil dibawah naungan kerajaan Yunani. Singkat
cerita, entah bagaimana kejadian persisnya, Helen yang cantik jelita
itu, berhasil dilarikan Pangeran Paris ke Troya. Hal ini membuat
Agamemnon raja Yunani yang juga saudara Menelaus marah besar, dan
menurutnya kerajaan Yunani merasa dipermalukan, sudah barang tentu
dengan dendam kesumat dan bersumpah menuntut balas sampai tetesan darah
terakhir dengan memerintahkan pengiriman ekspidisi penghancuran Troya
yang dipimpin Achiles. Maka perang besar antara Sparta dan Yunani disatu
pihak melawan Troya dilain pihak tidak bisa dihindarkan.
Bala tentara kerajaan Sparta dan Yunani dikerahkan untuk menyerbu Troya,
ternyata Troya sangat sulit ditaklukkan karena bentengnya yang kokoh
dan prajurit-prajuritnya yang gagah berani. Troya akhirnya dikepung
selama 10 tahun. Ketika hampir putus asa karena gagal memasuki kota,
tentara Yunani menemukan sebuah taktik. Mereka berpura-pura mundur
menjauhi Troya, dengan meninggalkan sebuah kuda raksasa yang terbuat
dari kayu diluar kota Troya, tetapi dalam perut kuda ini telah
bersembunyi beberapa tentara Yunani. Melihat pasukan Yunani telah
mundur, tanpa perasaan curiga kuda kayu tersebut diangkut oleh
orang-orang Troya masuk kedalam kota. Inilah kekhilafan Troya.
Dimalam hari yang kelam, keluarlah tentara Yunani yang bersembunyi
diperut kuda itu. Mereka kemudian membuka gerbang kota, sehingga pasukan
Yunani yang berpura-pura mundur dalam jumlah besar, leluasa memasuki
kota. Ibukota Troya akhirnya diserbu dan dijadikan lautan api dan
takluk. Helen akhirnya berhasil direbut kembali.
Kuda kayu
ditinggalkan demikian saja oleh pasukan Yunani diluar kota Troya, tidak
lagi dipakai. Kuda kayu itu memang tipu muslihat. Bagi bangsa Yunani
modern, cerita tentang kuda Troya agaknya tinggal sebuah kenangan manis.
Kalau ingin lebih mendalami, silahkan membalik-balik buku sejarah.
Kalau ingin melihat film-nya tonton saja TROY yang dibintangi Brad Pitt
dan Eric Bana. Sementara dibelahan dunia lainnya, berabad-abad kemudian,
legenda kuda Troya tidak pernah dilupakan.
Di jaman
peradaban yang sudah sangat modern ini, tentu tidak diperlukan lagi
peralatan seperti kuda Troya yang dibuat oleh bangsa Yunani Kuno itu.
Model kuda Troya tentu sudah sangat ketinggalan jaman, Presiden Amerika
Serikat George Walker Bush, tentu tidak mau menipu Saddam Husein dengan
membuat kuda Troya agar bisa langsung masuk ke istana 1001 malam di
Baghdad. Tetapi langsung menggunakan kuda besi yang bisa terbang
lagi....... itu loh yang disebut pesawat tempur tapi sebelumnya juga
menggunakan operasi intelejen dengan bantuan iptek yang canggih. Tipu
muslihat dijaman modern susah diidetifikasi. Seringkali terasa ada tapi
terkatakan tidak.
Kuda Troya dalam tatanan konsep, sebagai
suatu kendaraan, diakui atau tidak, justru seringkali diadopsi. Istilah
kuda Troya banyak dipergunakan sebagai perumpamaan dalam berbagai macam
situasi dan kondisi. Bahkan modus operandi kuda Troya ini semakin hari
semakin bervariasi dan semakin kaya improvisasi. Banyak yang dapat
disebut sebagai kuda Troya kehidupan berpolitik, banyak pula kuda Troya
dalam tatanan perekonomian dan beberapa aspek kehidupan lainnya. Syarwan
Hamid, ketika masih menjabat sebagai Kasospol ABRI, menggunakan istilah
kuda troya untuk mengingatkan masyarakat dari kemungkinan ditunggangi
partai politik tertentu oleh sisa-sisa eks PKI.
Kuda Troya
adalah "kendaraan" untuk membungkus maksud-maksud tertentu untuk tujuan
tertentu pula, namun seringkali berkonotasi negatif. Kita punya contoh,
kalau mau diumpamakan sebagai kuda troya misalnya, Yakni Tragedi Pulau
Singkep di Riau Kepulauan. Seratus tahun lamanya pulau ini dipergunakan
sebagai "kendaraan" perekonomian nasional. Timahnya ditambang (atau
dikuras) sampai habis dan setelah timahnya habis atau tidak lagi
ekonomis untuk dieksploitasi, pulau ini ditinggalkan begitu saja. Pulau
Singkep yang dulu jaya diera penambangan timah, kini tinggal kenangan
plus lubang-lubang raksasa yang tidak berguna. Kehidupan masyarakatnya
berbalik 180 derajat. Adakah tanggung jawab moral pihak yang selama satu
abad mengekploitasi timah dari pulau itu? Hanya orang Pulau Singkep
yang tahu persis jawabnya.
Kuda Troya adakalanya diartikan
sebagai kuda beban. Kuda beban tidak pernah tahu beban apa yang
diangkutnya, ringan atau berat sama saja. Dalam dinamika kehidupan
sehari-hari dewasa ini, praktik kuda Troya sering dijumpai. Ada yang
vulgar, ada yang setengah vulgar, dan ada pula yang dikemas dengan
skenario yang rapi. Semakin rapi skenarionya semakin kabur siapa
menjadi kuda Troya, bagi siapa, dan dengan cara bagaimana. Atau dengan
kata lain tidak lagi dapat dilihat secara hitam putih siapa menunggangi
siapa.
Masih hangat Pemilihan Umum untuk memilih anggota
DPR, DPRD I, DPRD II dan memilih Presiden dan Wakilnya..... kita lihat
Komisi pemilihan Umum (KPU) juga dijadikan kuda troya oleh partai-partai
gurem. Bahkan partai politik juga bisa dijadikan kuda troya bagi kaum
oportunis. Organisasi-organisasi yang bermunculan bak jamur dimusim
penghujan dalam era reformasi ini bisa juga dijadikan kuda troya. Banyak
aktivis partai mencari-cari "kendaraan" baru, setelah "kendaraan" lama
tidak lagi menjanjika dan tidak lagi bisa mereka manfaatkan untuk
tujuan-tujuan tertentu seperti masa-masa sebelumnya.
Dengan
jaringan yang semakin rapi dan canggih, aktor intelektual yang
diselimuti secara rapi, surat kabar juga acapkali dijadikan kuda troya
bagi kelompok kepentingan atau elit tertentu. Sudah menjadi rahasia
umum, disadari atau tidak oleh redaktur dan pengasuhnya dengan berpayung
pada kebebasan pers yang merdeka, surat kabar setiap hari meniupkan
terompet untuk kelompok tertentu dalam rangka penggiringan opini.
Kuda Troya pada dasarnya adalah perangkap. Kalangan yang awas akan
dapat merasakan jebakan yang mengancam. Susahnya, kuda Troya diabad
informasi ini tidak lagi memiliki wujud seperti yang diangkut warga
Troya
#inspirasikangdedi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar