"Mak Eni adalah warga Jabar Selatan yang hidup bersama 5 orang anak, suaminya sudah 5 tahun menderita stroke.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pengobatan sang suami, ia mau melakukan apa saja mulai dari kuli tandur, kuli menyabit rumput dan kuli mencuci. Rp10 ribu sampai Rp20 ribu berhasil Mak Eni kumpulkan dalam setiap harinya.
Mak Eni adalah gambaran secara umum kondisi wanita pedesaan. Ketika suaminya sakit ataupun meninggal, maka seluruh beban ia tanggung tanpa keluh kesah.
Ku peluk Mak Eni yang mengingatkanku pada Almarhumah Emi, Ibuku yang perjalanan hidupnya persis seperti yang Mak Eni alami.
Sejumlah uang yang terkumpul dari sumbangan teman-teman, ku serahkan untuk modal peternakan di rumahnya.
Hatur Nuhun Mak Eni, yang telah mengajarkan makna tabah tanpa keluh kesah" -Dedi Mulyadi
Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pengobatan sang suami, ia mau melakukan apa saja mulai dari kuli tandur, kuli menyabit rumput dan kuli mencuci. Rp10 ribu sampai Rp20 ribu berhasil Mak Eni kumpulkan dalam setiap harinya.
Mak Eni adalah gambaran secara umum kondisi wanita pedesaan. Ketika suaminya sakit ataupun meninggal, maka seluruh beban ia tanggung tanpa keluh kesah.
Ku peluk Mak Eni yang mengingatkanku pada Almarhumah Emi, Ibuku yang perjalanan hidupnya persis seperti yang Mak Eni alami.
Sejumlah uang yang terkumpul dari sumbangan teman-teman, ku serahkan untuk modal peternakan di rumahnya.
Hatur Nuhun Mak Eni, yang telah mengajarkan makna tabah tanpa keluh kesah" -Dedi Mulyadi
Meski kita belum pernah membaca tentang penelitian secara ilmiah,
perbedaan karakter wanita desa dan wanita kota yang moderat, namun dari
beberapa kasus termasuk mungkin yang ada di lingkungan keluarga kita
sendiri, dapat kita tarik kesimpulan bahwa para wanita desa itu lebih
menunjukan kesetiaannya kepada pasangan dibanding para wanita wanita
kota.
Keserderhanaan kehidupan wanita desa telah melahirkan sifat
sifat mulia bagi seorang istri, mereka cenderung menerima pasangannya
apa adanya, meskipun mungkin kehidupan rumah tangga yang dijalani begitu
miskin secara materi, tapi mereka nampak bahagia saja tanpa
perselisihan, itu kita dapat simpulkan dalam kehidupan mereka kaya akan
cinta.
Apa yang kita baca dari kisah Kang Dedi Mulyadi dengan Mak
Eri, ini adalah salah satu buktinya kesetiaan wanita desa, dimana
seorang istri dalam kurun waktu lima tahun tetap mengabdi kepada sang
suami yang menderita stroke, bahkan ia harus banting tulang menjadi
buruh tani yang diupah tidak manusiawi hanya 10 ribu sehari sekedar
untuk menghidupi suami dan kelima anaknya. Untung saja dalam hidup Mak
Eri ditaqdirkan bertemu dengan sang Dewa penolong seperti Kang Dedi
Mulyadi.
Sekali lagi kesetiaan dan loyalitas dari wanita desa seperti Mak Eri ini,
sangat kotradiktif dengan gaya hidup wanita wanita modern di perkotaan
pada umumnya, tidak sedikit kasus kasus korupsi terjadi karena ulah
istri yang selalu menuntut materi yang berlebihan kepada suami, tidak
sedikit juga kasus kasus ada uang abang sayang tidak ada uang abang
ditendang, ini biasanya terjadi pada para suami yang menjalin romantika
kehidupan rumah tangga semu dengan para mamah muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar