KITA INDONESIA BERSATU APRESIASI DEDI MULYADI DALAM MEMBANGUN SIKAP BERTOLERANSI
TRIBUNNEWS.COM,
JAKARTA - Ketua Kita Indonesia Bersatu, Taufan Hunneman bertemu dengan
Bupati Purwakarta sekaligus tokoh budaya, Dedi Mulyadi, Rabu (1/2/2017).
Pada pertemuan itu, Taufan mengapresiasi langkah Dedi yang ia anggap berhasil membangun sikap toleransi di Purwakarta.
Dedi dianggap Taufan juga mampu bertindak menjadi pengayom bagi seluruh masyarakat di wilayahnya.
"Pertemuan ini mempertegas semangat keberagaman dalam bingkai NKRI.
Saya melihat Purwakarta telah kembali sebagai daerah yang menghargai
kebudayaan nasional sehingga pembangunan di purwakarta tidak terlepas
dri ciri khas kebudayaan lokal," kata Taufan dalam keterangan pers yang
diterima.
Taufan mengungkapkan, pada pertemuan itu, Dedi
mengungkapkan, pembangunan juga harus menyentuh aspek kebudayaan,
sehingga tiap insan bisa menghargai kebudayaan lokal yang secara telah
turun temurun telah diwariskan dari para leluhur.
"Dalam pertemuan
itu juga dibahas soal kehidupan toleransi di Jawa Barat. Menjadi penting
hadirnya pemimpin yang menghargai keberagaman dan peduli akan
nilai-nilai pancasila serta implementasikan bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara," katanya.
KANG DEDI : JANGAN KONFLIKKAN NU DENGAN AHOK
Purwakarta Dedi Mulyadi yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Ketua
Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama Purwakarta mengingatkan agar kader NU
tidak masuk ke dalam pusaran konflik Pilkada DKI Jakarta.
Bupati
Purwakarta Dedi Mulyadi yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Ketua
Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama Purwakarta mengingatkan agar kader NU
tidak masuk ke dalam pusaran konflik Pilkada DKI Jakarta.
Menurut
dia, keterlibatan NU dalam politik partisan hanya akan mencederai NU
secara organisasi maupun secara komunitas yang saat ini sudah dikenal
sebagai salah satu pilar kebangsaan di Indonesia.
“Sebagai komunitas
maupun organisasi, NU harus cerdas dan tidak masuk ke dalam arus
konflik politik partisan, selama ini NU sudah dikenal sebagai salah satu
pilar negara dalam memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan,” kata pria
yang kerap disapa Kang Dedi tersebut hari ini Kamis (2/2) saat ditemui
di rumah dinasnya Jalan Gandanegara Purwakarta.
Tradisi yang
ditunjukan oleh tokoh Nahdhatul Ulama selama ini menurut Dedi, harus
menjadi teladan bagi seluruh anak bangsa. Ia mencontohkan tradisi saling
memaafkan yang ditunjukan oleh Kiai Ma’ruf Amin selaku Rais ‘Aam PBNU
yang merespon permintaan maaf Gubernur DKI Jakarta non aktif, Basuki
Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok.
“Jadi jangan konflikan NU
dengan Ahok, lihat tradisi saling memaafkan yang diperlihatkan oleh Kiai
Ma’ruf Amin. Ini harus menjadi pelajaran, orang NU itu pemaaf,” katanya
menambahkan.
Tradisi lain yang menjadi kekhasan organisasi Islam
terbesar di Indonesia ini menurut Dedi adalah sikap adab kesopanan saat
bertemu muka dengan kiai. Ia menyebut sekalipun terjadi silang pendapat
dengan kiai, perbedaan pendapat itu harus disampaikan dengan lemah
lembut.
“Orang NU itu menghormati kiainya, menghormati para ulama,
bentuk keberatan apapun atas pendapat seorang kiai, itu harus
disampaikan secara lembut, ini tradisi kami di NU, jadi orang NU jangan
mau digoreng diatas penggorengan orang lain, hati-hati provokasi,”
ungkapnya.
Terkait cuitan pria yang selalu mengenakan iket khas
Sunda tersebut malam tadi Rabu (1/2) dalam akun twitter resminya
@DediMulyadi71, ia sempat mengklarifikasi bahwa cuitan tersebut hanya
bersifat mengingatkan bahwa dalam tubuh NU ada tradisi yang harus
ditunjukan di depan kiai.
“Di twitter itu kan saya bilang ada dua
aspek yang bisa ditempuh, tradisi kultur dan yuridis. Secara kultur, Pak
Ahok sudah meminta maaf dan Pak Kiai Ma’ruf sudah menerima permohonan
maaf itu. Artinya, secara kultur itu sudah selesai. Nah, kalau ada hal
yang secara yuridis harus diselesaikan, jangan sekali-kali dibawa ke
ranah politik,” pungkasnya menutup. (red)
#inspirasikangdedi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar