Loyalitas dari seorang sahabat untuk membuat,menampung opini, menyebarkan berita, video, slogan maupun propaganda semata mata untuk : MENGANTARKAN H.DEDI MULYADI,SH.(DANGIANG KI SUNDA) BERKANTOR DI GEDUNG SATE
Kamis, 10 November 2016
Luar biasa Kang Dedi Mulyadi : 1.000 Pegawai Honorer di Purwakarta Dapat Bonus hingga Rp 50 Juta
PURWAKARTA, KOMPAS.com
– Memperingati hari pahlawan, sebanyak 1.000 pegawai pendidikan dan persampahan non PNS mendapat uang kadeudeuh. Besaran uang kadeudeuh disesuaikan dengan masa pengabdian.
Untuk masa pengabdian di atas 20 tahun mendapat Rp 50 juta. Masa pengabdian 15-20 tahun memperoleh Rp 25 juta, dan masa pengabdian 10-15 tahun mendapat Rp 10 juta.
“Yang mendapat Rp 50 juta ada lima orang. Sisanya masih dihitung berdasarkan masa bakti,” ujar Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi di kantornya, Kamis (10/11/2016).
Dedi menjelaskan, uang bonus ini sebagai bentuk penghargaan bagi mereka yang dianggapnya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka bekerja sesungguh hati dan ikhlas tanpa kejelasan status kepegawaian.
“Sistem pengangkatan PNS di kita terlalu kaku, terlalu administratif. Harus dirombak,” ucapnya.
Misalnya, persyaratan pengangkatan PNS maksimal 35 tahun. Persyaratan sertifikasi membuat banyak pegawai dengan pengabdian lama tidak diangkat jadi PNS. Atau tukang sapu yang gagal diangkat karena tidak punya ijazah.
“Ada juga tukang sampah yang mempunyai ijazah, namun dia gagal menjadi PNS karena tesnya menggunakan sistem computerize,” ungkapnya.
Akhirnya yang diangkat menjadi PNS adalah orang-orang yang pintar administratif namun tidak dibutuhkan publik. Mereka yang terpilih banyak yang tidak rajin dan tidak mau bekerja jadi penjaga sekolah, tukang sapi, dan lainnya.
“Sedangkan yang terpilih yang jago administratif namun tidak pintar bekerja,” tuturnya.
Seperti yang dialami Ali Abdurrahman (53), penjaga SMPN 4 Purwakarta. Ia lima kali gagal tes CPNS karena kemampuan akademik dan komputerisasi.
“Saya sudah 28 tahun bekerja jadi pegawai tidak tetap. Honor saya Rp 700.000 per bulan ditambah biaya piket malam Rp 150.000 per bulan,” tuturnya.
Ali mengaku ikhlas dengan keadaannya. Untungnya, anaknya selalu mendapat beasiswa hingga akhirnya mampu mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.
“Satu anak saya kerja di bank sekarang. Satu lagi kerja di bengkel,” tutupnya.
Penulis : Kontributor Bandung, Reni Susanti
Editor : Farid
#inspirasikangdedi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar