"Silakan baca sepertinya ada korelasinya dengan situasi saat ini"
Buku : KANG DEDI MULYADI JILID 2
Bab 22 : NEGARA DAN PERSOALAN KESALEHAN
Tugas Kementerian Agama itu agak berat karena karena masuk pada sebuah lembaga yang nilainya universal, nilai yang tidak bisa diukur oleh kategori organisasi, atau kategori kementerian. Agama itu kan nilai yang sangat universal.
Ada dua nilai di situ, satu, nilai yang bersifat spirit, atau nilai yang bersifat kerohariian, yang orang puncaknya disebutnya iman. Puncaknya iman itu taqwa, dan melalui proses iqbat. Bicara hal itu sesungguhnya bicara kapasitas yang bersifat personal universal, hak-hak pribadi untuk berTuhan menurut keyakinannya. Di Indonesia diatur dalam UUD 1945 dan juga diatur oleh Pancasila. Jadi ada dua hal yaitu seseorang tidak boleh memaksa orang lain untuk mengikuti keyakinannya dan setiap individu berhak untuk mengikuti berdasarkan keyakinan dirinya sendiri. Sehingga kita tidak masuk dalam sebuah sindiran lagu tentang orang berkata cinta atas nama Tuhannya sambil membunuh berdasarkan keyakinan.
Kategori keimanan dan ketaqwaan tidak dapat dilihat dan sudut pandang kemanusiaan, maka sudut pandang melihatnya adalah sudut pandang keTuhanan. Ketika sudut pandang keTuhanan maka manusia tidak punya hak apapun untuk melakukan penilaian terhadap keimanan seseorang, mengkafirkan, memusyrikkan, menciptakan kalimat murtad. Kita tidak boleh mengambil otoritas Tuhan. Kalau kita semua mengambil otoritas Tuhan, pertanyaannya adalah kapan Tuhan memberikan otoritas itu ke anda untuk menghakimi orang?
Yang kedua, aspek yang bersifat sosial, aspek yang bersifat sosial itu ramah standarnya. Mau di Eropa begitu, mau di Amerika begitu, mau di Timur Tengah juga begitu yang disebut dengan amal saleh.
Amal saleh itu ukuran kemanusiaan yang bisa dilihat dan yang bisa dipakai. Maka keadilan itu dibuat bagi mereka yang melakukan pelanggaran terhadap amal saleh. Ketika orang tidak membantu saat rumah tetangganya roboh karena hujan maka setinggi apapun dia berkata soal iman tapi amal salehnya tidak ada.
Ketika anda berkerja kemudian seluruh pekerjaan anda harus diukur berdasarkan uang, setiap tanda tangan uang, apapun uang, padahal kita sudah digaji oleh negara maka sesungguhnya amal saleh anda tidak ada.
Karena inl yang menjadi orientasi maka tugas Negara itu bukan persoalan keimanan tapi tugas Negara itu persoalan kesalehan. Negara tidak boleh ngurus keimanan seseorang karena itu universal, tapi Negara wajib mengurus persoalan kesalehan seseorang.
Sehingga ketika kalifah Umar memimpin di Arab pada waktu itu dia memberikan hukuman pada siapa? Bukan pada orang yang tidak puasa, bukan pada orang yang tidak shalat Jumat, bukan pada orang yang tidak tahajud, tetapi kepada orang yang tidak bayar zakat.
Kenapa? karena zakat itu menyangkut kesalehan, menyangkut hajat orang banyak. Ketika orang kaya mengumpulkan kekayaannya tapi tidak dibayarkan zakatnya maka regulasi ekonomi menjadi macet. Orang miskin menjadi kelaparan, rumahnya menjadi roboh, pembunuhan di mana-mana, perampokan di mana-mana, maka Negara wajib melakukan pengaturan.
Nabi Muhammad tegas pada siapa saja yang melakukan perbudakan. Yang melakukan perbudakan itu siapa? Orang orang yang tidak memberikan hak-haknya. Hari ini perbudakan banyak. Gaji pegawai di bawah UMK itu perbudakan, pegawai tidak diberikan hak cuti itu perbudakan. Pegawai tidak dilindungi masa depannya, tidak diberikan jaminan asuransi hari tua, itu perbudakan. Ketika pegawai jam kerjanya tidak jelas, itu perbudakan.
Inilah yang harus diperjuangkan oleh Islam. Ketika bicara itu maka kriteria seseorang itu dianggap beriman
dalam memimpin yaitu satu, bisa menjamin seluruh rakyatnya. Di Purwakarta itu ada 23 ribu yang belum memiliki rumah. Tahun ini Pemda membangun sekitar 5 ribu. Saya targetkan di tahun 2015/2016, pembangunan 23 ribu rumah tuntas. Selain itu, kalau masyarakat mau ikut berpartisipasi, maka dimulai dengan ‘gerakan seribu rumah’, yaitu setiap hari Jumat memberikan 1.000 rupiah.
Tetapi sesungguhnya itu semua adalah beban negara. Kenapa beban negara? Karena negara sudah memungut pajak. Karena negara sudah memungut pajak, maka negara wajib hukumnya untuk melakukan tugas-tugas kenegaraan yaitu menjamin perangkat sosial.
Sehingga saya ngomong berkali-kali kalo menggunakan zakat menjadi tafsir hingga pajak, maka saya katakan hak penyelenggara negara itu hanya seperdelapan dan total anggaran. Dan total APBN, APBD, APBD Kabupaten, Provinsi,
itu penyelenggara berhak seperdelapan. Kalau penyelenggara negara berhak seperdelapan, saya yakin Indonesia dalam lima tahun bakal makmur.
Kenapa Indonesia tidak makmur? Karena hampir lebih dan tiga perempat digunakan oleh para pegawai. Baik pegawai negeri sipil atau yang lainnya, semuanya digunakan. Hak untuk rakyatnya digunakan sedikit. Itu yang menjadi problem, sehingga kemakmuran tidak pernah ada.
Saya berikan contoh, saya berdiskusi dengan pengamat keuangan. Saya katakan berapa serapan anggaran yang rendah? Yaitu sekitar 60 persen. Dan 60 persen ini belum tentu semuanya diberikan untuk rakyat, karena ada untuk pegawai, perjalanan dinas dan lain sebagainya. Sisanya 40 persen tidak terserap.
Kalau total APBN kita 1.800 Triliun, itu ada 400 Triliun yang setiap tahun tidak pernah dipakai. Dan bayangkan, 400 Triliun itu yang tidak terpakai bisa dibayarkan hutang luar negeri. Jika dikalikan 5, maka itu ada 2.000 Triliun. Dan hutang 2.000 Triliun itu bakal lunas. Tetapi karena salah pengelolaan, menjadi begini.
kaya misalkan punya gaji 5 juta, anda cuci darah, yakin, dia akan jatuh miskin. Orang pengangguran berdagang, dia dapat 2 juta, jika dia sakit, dia berhenti berdagang, tidak dapat penghasilan, maka akan jatuh miskin. Sekarang, sistemnya hanya ada kelas VIP dan umum. VIP bayar, sedangkan umum gratis. Sehingga ini yang harus dilakukan.
Selanjutnya masalah pendidikan, pendidikan memiliki terobosan baru lagi. Sudah jelas pendidikan itu ada tiga, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Di kita ada SMP. Sudah jelas wajib belajar itu sembilan tahun. tetapi dan SD ke SMP harus testing dulu. Itu yang kacau. Maka saya buat mulai tahun ini, seratus SD itu sembilan tahun belajarnya. Nanti kelasnya bertanda. Anggarannya menjadi 160 juta. Tempat duduknya harus baik, ada tempat duduk, ada toilet, ada wastafel, ada peradaban manusia.
Kemudian reformasi birokrasi, bagaimana birokrasi memberikan pelayanan sehingga permasalahan kependudukan tidak ada problem lagi terus-terusan. Untuk apa? Di 2015 untuk menyelesaikan kemiskinan. Setelah jalannya bagus, selanjutnya bagaimana menyelesaikan kemiskinan. Kalau pendidikannya sudah dijamin oleh
Negara nanti sebentar lagi di 2015 Pemda Purwakarta menyiapkan mobil-mobil angkutan pelajar dan itu free. Mudah-mudahan ke
depan presiden yang baru bisa mengratiskan hal itu dan bisa menggratiskan beras jadi tidak ada lagi beras raskin. Hari ini saya ditanya, pak bupati ada program one day no rice. Kata saya itu program kacau. Kenapa program kacau? Harusnya, yang tidak boleh makan nasi sehari sekali itu bukan untuk rakyat tapi untuk pejabat.
Saya makan nasi sehari sekali. Nah pejabat semua orang kaya dan makan nya sehari sekali tapi kenapa sudah kelebihan gizi? Karena pejabat itu gerak tubuhnya kurang. Kalo saya sih geraknya cepet tapi yang lain itu kan habis makan kena AC, baca koran terus tidur dan kena diabetes.
Sekarang saya bilang kalo rakyat sehari terus makan nasi terus diganti sama kentang daharna teh, ngan ukur sambel tarasi hungkul, emang ngeunah tarasi jeung kentang? Apa itu bisa kentang dicocolkeun kanu cengek jeung garem? Urang mah kentang teh jeung kejo.
Saya katakan itu terbalik, saya di 2015 mau bikin program agar rakyat Purwakarta nyatuna kabeh kudu lima kali, pejabatna sapoe sakali. Keun bae rakyat mah sabab urang mah ngukur kamakmuran aya tilu; ngenah dahar, ngenah hees, ngeunah ngobrol.
Jadi ukuran kesejahteraan rakyat itu gampang. Tingali weh ti peuting lamun rakyat Purwakarta karerék berarti sejahtera tapi lamun ti peuting ngahuleng, molotot kieu ngahuleung mikirin hutang nah itu sudah tidak sejahtera.
Ada Napoleon Bonaparte yang membangun rumusan kesejahteraan orang Eropa. Dia yang menerjemahkan konsep zakat menjadi konsep pajak di Eropa sehingga ketika Negara sudah memungut pajak maka seluruh hajat rakyat di tanggung oleh Negara. Air minumnya ditanggung, gas nya ditanggung, pendidikannya ditanggung, transportasi daratnya ditanggung, hari tuanya ditanggung, semua
menjadi tanggungan Negara. Sehingga di Inggris ketika APBN di kurangi 7% untuk pengangguran maka dibakar seluruh toko dan seluruh kantor pemerintah. Kenapa? Karena penganggurannya digaji. Di Belanda ketika pemerintahannya mendata masyarakatnya siapa yang berkategori miskin maka masyarakatnya tidak mau. Di Indonesia terbalik, kalau didata tidak mau tetapi kalau kalau ada bantuan kabur. Di Jepang ada undang-undang, rakyat harus makan, nilai makannya 700ribu per hari.
Maka kalau membicarakan Negara beserta tugas-tugasnya kita tidak usah membicarakan agama tertentu. Seluruh tugas agama itu sama, kalau nolong orang miskin ya sama, gaji pegawai harus tinggi ya sama, gaji buruh harus tinggi, ya sama, semua standarnya sama. Karena standarnya sama maka nilai kemanusjaan memiliki standar yang sama dimanapun berada. Karena memiliki nilai yang sama maka penting yang menjadi standar pembicaraan agama itu 10:90, yaitu 90 membicarakan tugas-tugas sosial dan 10 membicarakan ide perseorangan.
Mari kita bicarakan tugas tugas sosial yang sebenarnya sudut
pandang riya sama, membicarakan dan sudut pandang fiqih manapun sama. Karena sudut pandang fiqihnya sama maka mari kita sama sama wujudkan kemakmuran ini, mari kita wujudkan keadilan ini. Karena itu yang menjadi tugas bersama.
Karena di kantor Kementerian Agama ini banyak juru dakwah dan guru pencerah mata air kecemerlangan anugrah keindahan, maka jadikanlah tema-tema itu menjadi tema-tema sosial. Kalau tahun ini Pemda mentargetkan menyelesaian pembangunan rumah revisi maka jadikan itu juga menjadi tema kita agar tuntas problem bangsa ini.
Setelah itu apa? Membangun sistem hidup yang membuat hubungan antara manusia dengan alam rayanya menjadi harmoni. Jadi kalau dalam wayang itu ada alam gede alam leutik.
Alam leutik itu manunggal, alam gedenya itu hati dan seluruh alam itu terdiri dan mikrokosmos makrokosmos. Kehidupannya akan lebih seimbang karena semua yang diciptakan oleh Tuhan ini memiliki makna. Kalau memiliki makna maka tidak ada satu habitat pun yang hancur.
Sehingga kalau bicara tentang bakteri, bakteri ini harus ada. Kalau bicara tentang virus, virus ini harus ada. Yang kecil harus ada. Kenapa? Bayangkan kalau bakteri ini tidak ada, bakteri pembusuk ini tidak ada, maka sampah ini tidak akan busuk, daun tidak akan busuk dan yang paling berat itu bagi kita tidak ada pembusuk makanan dalam tubuh. Bayangkan, kita makan bubur akan keluar bubur lagi, hari ini makan ikan besok keluar ikan lagi.
Maka Purwakarta mencoba membangun dengan siklus alam, sehingga yang ikut upacara di Kementerian Agama bukan hanya kita tetapi burung perkutut ikut. Kalau menjadi harmoni maka penyakitpun akan hilang.
Kenapa saya menghentikan izin perumahan? Karena di Purwakarta sudah tidak ada lagi keseimbangan, tempatnya begitu, jalannya sempit-sempit tapi bikin perumahannya tidak berhentih enti, habitat masyarakat menjadi sempit. Akibat menjadi sempit, kerja bikin depnesi di pabrik, rumahnya tipe 31 lingkungannya berat, akhirnya bahaya, keluar rumah macct akhirnya depresi.
Di Purwakarta lima tahun yang lalu angka kemungkinan menjadi gilanya tertinggi di Indonesia. Angka depresinya paling tinggi. Sekarang sudah menurun. Kenapa? Saya bangun taman. Kenapa saya bangun taman dan ada air yang jatuh? Karena itu bagian dan menerjemahkan Al’ Q uran.
Surga itu adalah pohon-pohon yang tinggi menjulang hijau, buah buahan yang merah, kuning, dan semuanya berwarna warni, ikan yang berenang, air yang jatuh. yang menjadi target jangkauan kita ke depan. Buat seperti surga agar tidak menjadi neraka. Di mana menjadi neraka? Kaluar ti imah tipe 31, naek motor kabeurangan ka kantorna, di jalanna amprok jeung kareta api, lila nungguan, aya angkot meleng, ditabok tah eta angkotna, datang ka kantor ku pimpinan dicarekan. Kan riweuh. Kapala kementerian bisa nyarekan kasi, kasi bisa nyarekan staf, an staf bisa nyarekan saha?
Tapi kalau ditata, perumahannya nanti penuh dengan taman, bersih, di rumahnya harmonis, keluar dari rumah tidak ada lagi kemacetan, semua jalan di Purwakarta dibikin satu jalur, kemudian jalannya bersih, di jalan orang saling tersenyum, sampai kantor orangnya tersenyum, ramah, kan jadi surga. Inilah prinsip agama, sehingga agama menjadi hidup, menjadi nilai.
Sekarang ini penggunaan elpiji mahal. Kembali lagi saja menggunakan suluh. Sekarang negara ini banyak program yang menurut saya dibuat menJadikan tamak.ini kesalahan. Jadi seharusnya begini, elpiji silahkan digunakan bagi mereka yang tidak memiliki area tanah dan hutan yang cukup. Di kota boleh make elpiji. Ari urang Nagrak, urang Sempur, urang Cipulus kunaon make elpiji sagala. Budakna weh bari balik sakola sina mawa suluh, manggul suluh, sabeulah manggul suluh, sabeulahna manggul jukut. Alus eta teh.
DISAMPAIKAN DALAM APEL HARI AMAL BAKTI KEMENAG RI DI PENDOPO KABUPATEN PURWAKARTA
Purwakarta, 3 Januari 2014
#inspirasikangdedi
Buku : KANG DEDI MULYADI JILID 2
Bab 22 : NEGARA DAN PERSOALAN KESALEHAN
Tugas Kementerian Agama itu agak berat karena karena masuk pada sebuah lembaga yang nilainya universal, nilai yang tidak bisa diukur oleh kategori organisasi, atau kategori kementerian. Agama itu kan nilai yang sangat universal.
Ada dua nilai di situ, satu, nilai yang bersifat spirit, atau nilai yang bersifat kerohariian, yang orang puncaknya disebutnya iman. Puncaknya iman itu taqwa, dan melalui proses iqbat. Bicara hal itu sesungguhnya bicara kapasitas yang bersifat personal universal, hak-hak pribadi untuk berTuhan menurut keyakinannya. Di Indonesia diatur dalam UUD 1945 dan juga diatur oleh Pancasila. Jadi ada dua hal yaitu seseorang tidak boleh memaksa orang lain untuk mengikuti keyakinannya dan setiap individu berhak untuk mengikuti berdasarkan keyakinan dirinya sendiri. Sehingga kita tidak masuk dalam sebuah sindiran lagu tentang orang berkata cinta atas nama Tuhannya sambil membunuh berdasarkan keyakinan.
Kategori keimanan dan ketaqwaan tidak dapat dilihat dan sudut pandang kemanusiaan, maka sudut pandang melihatnya adalah sudut pandang keTuhanan. Ketika sudut pandang keTuhanan maka manusia tidak punya hak apapun untuk melakukan penilaian terhadap keimanan seseorang, mengkafirkan, memusyrikkan, menciptakan kalimat murtad. Kita tidak boleh mengambil otoritas Tuhan. Kalau kita semua mengambil otoritas Tuhan, pertanyaannya adalah kapan Tuhan memberikan otoritas itu ke anda untuk menghakimi orang?
Yang kedua, aspek yang bersifat sosial, aspek yang bersifat sosial itu ramah standarnya. Mau di Eropa begitu, mau di Amerika begitu, mau di Timur Tengah juga begitu yang disebut dengan amal saleh.
Amal saleh itu ukuran kemanusiaan yang bisa dilihat dan yang bisa dipakai. Maka keadilan itu dibuat bagi mereka yang melakukan pelanggaran terhadap amal saleh. Ketika orang tidak membantu saat rumah tetangganya roboh karena hujan maka setinggi apapun dia berkata soal iman tapi amal salehnya tidak ada.
Ketika anda berkerja kemudian seluruh pekerjaan anda harus diukur berdasarkan uang, setiap tanda tangan uang, apapun uang, padahal kita sudah digaji oleh negara maka sesungguhnya amal saleh anda tidak ada.
Karena inl yang menjadi orientasi maka tugas Negara itu bukan persoalan keimanan tapi tugas Negara itu persoalan kesalehan. Negara tidak boleh ngurus keimanan seseorang karena itu universal, tapi Negara wajib mengurus persoalan kesalehan seseorang.
Sehingga ketika kalifah Umar memimpin di Arab pada waktu itu dia memberikan hukuman pada siapa? Bukan pada orang yang tidak puasa, bukan pada orang yang tidak shalat Jumat, bukan pada orang yang tidak tahajud, tetapi kepada orang yang tidak bayar zakat.
Kenapa? karena zakat itu menyangkut kesalehan, menyangkut hajat orang banyak. Ketika orang kaya mengumpulkan kekayaannya tapi tidak dibayarkan zakatnya maka regulasi ekonomi menjadi macet. Orang miskin menjadi kelaparan, rumahnya menjadi roboh, pembunuhan di mana-mana, perampokan di mana-mana, maka Negara wajib melakukan pengaturan.
Nabi Muhammad tegas pada siapa saja yang melakukan perbudakan. Yang melakukan perbudakan itu siapa? Orang orang yang tidak memberikan hak-haknya. Hari ini perbudakan banyak. Gaji pegawai di bawah UMK itu perbudakan, pegawai tidak diberikan hak cuti itu perbudakan. Pegawai tidak dilindungi masa depannya, tidak diberikan jaminan asuransi hari tua, itu perbudakan. Ketika pegawai jam kerjanya tidak jelas, itu perbudakan.
Inilah yang harus diperjuangkan oleh Islam. Ketika bicara itu maka kriteria seseorang itu dianggap beriman
dalam memimpin yaitu satu, bisa menjamin seluruh rakyatnya. Di Purwakarta itu ada 23 ribu yang belum memiliki rumah. Tahun ini Pemda membangun sekitar 5 ribu. Saya targetkan di tahun 2015/2016, pembangunan 23 ribu rumah tuntas. Selain itu, kalau masyarakat mau ikut berpartisipasi, maka dimulai dengan ‘gerakan seribu rumah’, yaitu setiap hari Jumat memberikan 1.000 rupiah.
Tetapi sesungguhnya itu semua adalah beban negara. Kenapa beban negara? Karena negara sudah memungut pajak. Karena negara sudah memungut pajak, maka negara wajib hukumnya untuk melakukan tugas-tugas kenegaraan yaitu menjamin perangkat sosial.
Sehingga saya ngomong berkali-kali kalo menggunakan zakat menjadi tafsir hingga pajak, maka saya katakan hak penyelenggara negara itu hanya seperdelapan dan total anggaran. Dan total APBN, APBD, APBD Kabupaten, Provinsi,
itu penyelenggara berhak seperdelapan. Kalau penyelenggara negara berhak seperdelapan, saya yakin Indonesia dalam lima tahun bakal makmur.
Kenapa Indonesia tidak makmur? Karena hampir lebih dan tiga perempat digunakan oleh para pegawai. Baik pegawai negeri sipil atau yang lainnya, semuanya digunakan. Hak untuk rakyatnya digunakan sedikit. Itu yang menjadi problem, sehingga kemakmuran tidak pernah ada.
Saya berikan contoh, saya berdiskusi dengan pengamat keuangan. Saya katakan berapa serapan anggaran yang rendah? Yaitu sekitar 60 persen. Dan 60 persen ini belum tentu semuanya diberikan untuk rakyat, karena ada untuk pegawai, perjalanan dinas dan lain sebagainya. Sisanya 40 persen tidak terserap.
Kalau total APBN kita 1.800 Triliun, itu ada 400 Triliun yang setiap tahun tidak pernah dipakai. Dan bayangkan, 400 Triliun itu yang tidak terpakai bisa dibayarkan hutang luar negeri. Jika dikalikan 5, maka itu ada 2.000 Triliun. Dan hutang 2.000 Triliun itu bakal lunas. Tetapi karena salah pengelolaan, menjadi begini.
kaya misalkan punya gaji 5 juta, anda cuci darah, yakin, dia akan jatuh miskin. Orang pengangguran berdagang, dia dapat 2 juta, jika dia sakit, dia berhenti berdagang, tidak dapat penghasilan, maka akan jatuh miskin. Sekarang, sistemnya hanya ada kelas VIP dan umum. VIP bayar, sedangkan umum gratis. Sehingga ini yang harus dilakukan.
Selanjutnya masalah pendidikan, pendidikan memiliki terobosan baru lagi. Sudah jelas pendidikan itu ada tiga, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Di kita ada SMP. Sudah jelas wajib belajar itu sembilan tahun. tetapi dan SD ke SMP harus testing dulu. Itu yang kacau. Maka saya buat mulai tahun ini, seratus SD itu sembilan tahun belajarnya. Nanti kelasnya bertanda. Anggarannya menjadi 160 juta. Tempat duduknya harus baik, ada tempat duduk, ada toilet, ada wastafel, ada peradaban manusia.
Kemudian reformasi birokrasi, bagaimana birokrasi memberikan pelayanan sehingga permasalahan kependudukan tidak ada problem lagi terus-terusan. Untuk apa? Di 2015 untuk menyelesaikan kemiskinan. Setelah jalannya bagus, selanjutnya bagaimana menyelesaikan kemiskinan. Kalau pendidikannya sudah dijamin oleh
Negara nanti sebentar lagi di 2015 Pemda Purwakarta menyiapkan mobil-mobil angkutan pelajar dan itu free. Mudah-mudahan ke
depan presiden yang baru bisa mengratiskan hal itu dan bisa menggratiskan beras jadi tidak ada lagi beras raskin. Hari ini saya ditanya, pak bupati ada program one day no rice. Kata saya itu program kacau. Kenapa program kacau? Harusnya, yang tidak boleh makan nasi sehari sekali itu bukan untuk rakyat tapi untuk pejabat.
Saya makan nasi sehari sekali. Nah pejabat semua orang kaya dan makan nya sehari sekali tapi kenapa sudah kelebihan gizi? Karena pejabat itu gerak tubuhnya kurang. Kalo saya sih geraknya cepet tapi yang lain itu kan habis makan kena AC, baca koran terus tidur dan kena diabetes.
Sekarang saya bilang kalo rakyat sehari terus makan nasi terus diganti sama kentang daharna teh, ngan ukur sambel tarasi hungkul, emang ngeunah tarasi jeung kentang? Apa itu bisa kentang dicocolkeun kanu cengek jeung garem? Urang mah kentang teh jeung kejo.
Saya katakan itu terbalik, saya di 2015 mau bikin program agar rakyat Purwakarta nyatuna kabeh kudu lima kali, pejabatna sapoe sakali. Keun bae rakyat mah sabab urang mah ngukur kamakmuran aya tilu; ngenah dahar, ngenah hees, ngeunah ngobrol.
Jadi ukuran kesejahteraan rakyat itu gampang. Tingali weh ti peuting lamun rakyat Purwakarta karerék berarti sejahtera tapi lamun ti peuting ngahuleng, molotot kieu ngahuleung mikirin hutang nah itu sudah tidak sejahtera.
Ada Napoleon Bonaparte yang membangun rumusan kesejahteraan orang Eropa. Dia yang menerjemahkan konsep zakat menjadi konsep pajak di Eropa sehingga ketika Negara sudah memungut pajak maka seluruh hajat rakyat di tanggung oleh Negara. Air minumnya ditanggung, gas nya ditanggung, pendidikannya ditanggung, transportasi daratnya ditanggung, hari tuanya ditanggung, semua
menjadi tanggungan Negara. Sehingga di Inggris ketika APBN di kurangi 7% untuk pengangguran maka dibakar seluruh toko dan seluruh kantor pemerintah. Kenapa? Karena penganggurannya digaji. Di Belanda ketika pemerintahannya mendata masyarakatnya siapa yang berkategori miskin maka masyarakatnya tidak mau. Di Indonesia terbalik, kalau didata tidak mau tetapi kalau kalau ada bantuan kabur. Di Jepang ada undang-undang, rakyat harus makan, nilai makannya 700ribu per hari.
Maka kalau membicarakan Negara beserta tugas-tugasnya kita tidak usah membicarakan agama tertentu. Seluruh tugas agama itu sama, kalau nolong orang miskin ya sama, gaji pegawai harus tinggi ya sama, gaji buruh harus tinggi, ya sama, semua standarnya sama. Karena standarnya sama maka nilai kemanusjaan memiliki standar yang sama dimanapun berada. Karena memiliki nilai yang sama maka penting yang menjadi standar pembicaraan agama itu 10:90, yaitu 90 membicarakan tugas-tugas sosial dan 10 membicarakan ide perseorangan.
Mari kita bicarakan tugas tugas sosial yang sebenarnya sudut
pandang riya sama, membicarakan dan sudut pandang fiqih manapun sama. Karena sudut pandang fiqihnya sama maka mari kita sama sama wujudkan kemakmuran ini, mari kita wujudkan keadilan ini. Karena itu yang menjadi tugas bersama.
Karena di kantor Kementerian Agama ini banyak juru dakwah dan guru pencerah mata air kecemerlangan anugrah keindahan, maka jadikanlah tema-tema itu menjadi tema-tema sosial. Kalau tahun ini Pemda mentargetkan menyelesaian pembangunan rumah revisi maka jadikan itu juga menjadi tema kita agar tuntas problem bangsa ini.
Setelah itu apa? Membangun sistem hidup yang membuat hubungan antara manusia dengan alam rayanya menjadi harmoni. Jadi kalau dalam wayang itu ada alam gede alam leutik.
Alam leutik itu manunggal, alam gedenya itu hati dan seluruh alam itu terdiri dan mikrokosmos makrokosmos. Kehidupannya akan lebih seimbang karena semua yang diciptakan oleh Tuhan ini memiliki makna. Kalau memiliki makna maka tidak ada satu habitat pun yang hancur.
Sehingga kalau bicara tentang bakteri, bakteri ini harus ada. Kalau bicara tentang virus, virus ini harus ada. Yang kecil harus ada. Kenapa? Bayangkan kalau bakteri ini tidak ada, bakteri pembusuk ini tidak ada, maka sampah ini tidak akan busuk, daun tidak akan busuk dan yang paling berat itu bagi kita tidak ada pembusuk makanan dalam tubuh. Bayangkan, kita makan bubur akan keluar bubur lagi, hari ini makan ikan besok keluar ikan lagi.
Maka Purwakarta mencoba membangun dengan siklus alam, sehingga yang ikut upacara di Kementerian Agama bukan hanya kita tetapi burung perkutut ikut. Kalau menjadi harmoni maka penyakitpun akan hilang.
Kenapa saya menghentikan izin perumahan? Karena di Purwakarta sudah tidak ada lagi keseimbangan, tempatnya begitu, jalannya sempit-sempit tapi bikin perumahannya tidak berhentih enti, habitat masyarakat menjadi sempit. Akibat menjadi sempit, kerja bikin depnesi di pabrik, rumahnya tipe 31 lingkungannya berat, akhirnya bahaya, keluar rumah macct akhirnya depresi.
Di Purwakarta lima tahun yang lalu angka kemungkinan menjadi gilanya tertinggi di Indonesia. Angka depresinya paling tinggi. Sekarang sudah menurun. Kenapa? Saya bangun taman. Kenapa saya bangun taman dan ada air yang jatuh? Karena itu bagian dan menerjemahkan Al’ Q uran.
Surga itu adalah pohon-pohon yang tinggi menjulang hijau, buah buahan yang merah, kuning, dan semuanya berwarna warni, ikan yang berenang, air yang jatuh. yang menjadi target jangkauan kita ke depan. Buat seperti surga agar tidak menjadi neraka. Di mana menjadi neraka? Kaluar ti imah tipe 31, naek motor kabeurangan ka kantorna, di jalanna amprok jeung kareta api, lila nungguan, aya angkot meleng, ditabok tah eta angkotna, datang ka kantor ku pimpinan dicarekan. Kan riweuh. Kapala kementerian bisa nyarekan kasi, kasi bisa nyarekan staf, an staf bisa nyarekan saha?
Tapi kalau ditata, perumahannya nanti penuh dengan taman, bersih, di rumahnya harmonis, keluar dari rumah tidak ada lagi kemacetan, semua jalan di Purwakarta dibikin satu jalur, kemudian jalannya bersih, di jalan orang saling tersenyum, sampai kantor orangnya tersenyum, ramah, kan jadi surga. Inilah prinsip agama, sehingga agama menjadi hidup, menjadi nilai.
Sekarang ini penggunaan elpiji mahal. Kembali lagi saja menggunakan suluh. Sekarang negara ini banyak program yang menurut saya dibuat menJadikan tamak.ini kesalahan. Jadi seharusnya begini, elpiji silahkan digunakan bagi mereka yang tidak memiliki area tanah dan hutan yang cukup. Di kota boleh make elpiji. Ari urang Nagrak, urang Sempur, urang Cipulus kunaon make elpiji sagala. Budakna weh bari balik sakola sina mawa suluh, manggul suluh, sabeulah manggul suluh, sabeulahna manggul jukut. Alus eta teh.
DISAMPAIKAN DALAM APEL HARI AMAL BAKTI KEMENAG RI DI PENDOPO KABUPATEN PURWAKARTA
Purwakarta, 3 Januari 2014
#inspirasikangdedi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar