PERWAJAHAN Kabupaten Purwakarta berubah drastis sejak kepemimpinan Bupati Dedi Mulyadi. Mulai dari peningkatan mutu pendidikan, infrastruktur, pelayanan kesehatan dan sektor lainnya untuk kepentingan masyarakat dengan tetap berbasis spirit budaya.
Kinerja nyata Kang Dedi sapaan akrab Dedi Mulyadi dalam mengubah wajah Purwakarta lahir melalui ide-ide kreatif berbasis budaya kearifan lokal mulai dari pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan berbagai sektor lainnya.
Selama masa kepemimpinannya, Dedi melansir bagaimana kerja nyata tersebut hingga Purwakarta yang dulu tertinggal, kini menjadi daerah idola baru baik bagi kalangan dunia pariwisata maupun pelaku usaha.
Pemadatan Jam Belajar
Terobosan dalam dunia pendidikan, Bupati Dedi Mulyadi berhasil menjadi kabupaten pertama yang menerapkan pemadatan jam pendidikan. Hal itu dengan langkah yang diambil Pemkab Purwakarta berupa pemberlakukan pemadatan jam belajar bagi semua jenjang pendidikan menjadi lima hari, membangunan RKB baru dan sekolah satu atap. Bangunan RKB di Purwakarta berbeda dengan ruang kelas yang dibangun pada umumnya.
Yakni, dari mulai desain bangunan hingga anggarannya yang dua kali lipat dari pembangunan RKB di daerah lain. Karena, RKB yang dibangun itu dilengkapi sejumlah fasilitas. Seperti, tersedia ruang toilet di setiap kelasnya, wastafel, serta pengeras suara. Jadi, ruang kelas ini diciptakan lebih beradab.
Selain itu, pemkab juga telah menerapkan wajib belajar 12 tahun dan menggratiskan biaya sekolah hingga tingkat SMA/Sederajat. Kemudian, kebijakan mengenai revolusi makanan untuk siswa sekolah dasar (SD). Sejak beberapa tahun lalu, para siswa tersebut tak lagi jajan di sekolah. Mereka, lebih memilih membawa bekal makanan dari rumah.
Di tahun ajaran baru ini pun, pemkab membuat beberapa kebijakan baru. Yakni, soal larangan membawa kendaraan bermotor ke sekolah bagi pelajar, menggiatkan lagi bersepeda, serta memajukan jam masuk sekolah menjadi pukul 06.00 WIB.
Infrastruktur
Terobosan lain yang dilakukan Pemkab Purwakarta adalah berupa optimaslisi APBD untuk pelayanan publik khususnya pembangunan insfrastruktur. Saat ini, Pembab Purwakarta telah mencatat penyelesaian pembangunan infrastruktur telah mencapai 100 %.
Saat ini jalan yang berstatus kabupaten telah berlapis aspal hitam. Selain itu, kondisi jalan pun dibuat lebih lebar. Bisa di bilang, pembangunan infrastruktur di Purwakarta sudah merata. Karena, saat in kondisi jalan desa hingga ke peloksok pun sudah bagus.
Selain itu, ada penambahan akses jalan baru. Yakni, jalur penghubung Kecamatan Sukasari-Maniis. Saat ini, pembangunan jalur penghubung itu hampir rampung. Selain jalan, persoalan listrik bagi masyarakat pun telah selesai 100 %.
Kabupaten Caang
Dalam bidang penerangan, Pemkab Purwakarta juga terus meningkatkan pelayanan penerangan listrik. Program pemasangan listrik bagi masyarakat pun dilakukan secara berkala hingga menyentuh daerah pelosok Purwakarta sekalipun. Hasilnya, di pertengahan 2015 ini, pelayanan listrik sudah mencapai hampir seluruh daerah di Purwakarta.
Wisata Keluarga
Kerja nyata Pemkab Purwakarta di bawah kepemimpinan Dedi Mulyadi juga terlihat dari keberhasilan mengubah wajah Purwakarta. Saat ini, kondisi kabupaten yang mengedepankan spirit budaya dalam pembangunannya itu lebih terlihat indah.
Karena, pemkab setempat sejak beberapa tahun ini memanfaatkan ruang terbuka hijau (RTH) untuk dihias sedemikian rupa menjadi sebuah taman-taman yang indah. Sebut saja salah satunya, yang belum lama ini. Yakni, Taman Sri Baduga (Situ Buleud).
Selain Situ Buleud, pemkab pun menyulap beberapa lokasi sudut kota menjadi sebuah taman-taman indah dengan berbagai bunga dan fasilitas penunjang lainnya. Saat ini, sudah ada sekitar 45 taman indah yang telah dibangun.
Layanan Kesehatan Gratis
Selain pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum, masih banyak contoh lain buah kinerja Dedi Mulyadi. Yakni, di sektor pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sejak empat tahun terakhir, Pemkab terus berupaya membenahi fasilitas kesehatan.
Salah satu yang paling menenjol, yakni program kesehatan gratis bagi seluruh masyarakat yang diberi nama program Jaminan Kesehatan Masyarakat Purwakarta Istimewa (Jammpis). Kebijakan yang digulirkan sejak 2013 lalu ini, bentuk perlindungan dan jaminan kesehatan kepada masyarakat.
Dalam program ini, Pemkab menggandeng 11 Rumah Sakit yang ada di Purwakarta dan Bandung. RS tersebut, ditunjuk sebagai pelayan untuk memberikan pengobatan bagi warga Purwakarta yang sakit.
Jadi, dalam program ini semua masyarakat yang miskin dan yang kaya jika sakit bisa dilayani di 11 rumah sakit dengan cukup membawa foto kopi kartu keluarga (KK), KTP, dan surat rujukan dari Puskesmas setempat.
Selain itu, pemkab pun menambah fasilitas cuci darah di RSUD dan menanggung biaya untuk pasien cuci darah. Kemudian, pelayanan kesehatan di RSUD diberlakukan dua kelas di rumah sakit tersebut. Yakni, kelas umum dan kelas VIP. Kelas umum, khusus bagi pasien keluarga miskin. Sedangkan kelas VIP, khusus bagi pasien berbayar.
PURWAKARTA, KOMPAS.com
– Setiap daerah punya cara sendiri dalam menjaga lingkungan, tak terkecuali Purwakarta. Kabupaten terkecil kedua di Jawa Barat ini mengusung konsep Sunda dalam menjaga lingkungannya.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, ada tiga prinsip dasar tata kelola air dalam budaya Sunda. Pertama, leuweung kudu diawian atau hutan harus ditanami bambu atau pepohonan.
Kedua, lengkob kudu di balongan atau lembah harus dipasangi kolam atau danau. Adapun ketiga adalah lebak kudu di sawahan, yang artinya daerah landai harus ditanami padi.
Dengan ketiga prinsip itu, lanjut Dedi, ketika hujan air tidak seluruhnya turun ke bawah. Air akan terserap bambu dan pohon-pohon lainnya terlebih dulu. Sisa air yang diserap hutan kemudian akan mengalir ke kolam-kolam penampungan, seperti danau atau kolam, yang secara alamiah biasanya ada di kaki atau pinggir gunung.
Sementara itu, sisa air yang tidak tertampung di danau akan mengalir ke persawahan di daerah landai, baik itu berupa rawa atau sawah. Daerah landai inilah yang berfungsi menampung air.
"Kalau tiga prinsip itu hilang dalam tata kelola lingkungan, banjir adalah hal logis yang harus diterima," ujar Dedi kepada Kompas.com, belum lama ini.
Dedi menjelaskan, logika yang digunakan dalam penyelesaian banjir saat ini hanya bersifat sementara. Misalnya pengerukan, normalisasi sungai, gorong-gorong, hanya penyelesaian sesaat jika daerah hulu tidak dibenahi.
"Kalau setiap orang hanya berpikir membuang air, maka banjir tidak selesai. Yang ada hanya memindahkan," tuturnya.
Contohnya, ketika air di Saguling meningkat, maka pintu Saguling akan dibuka dan air mengalir ke Cirata. Begitu juga saat Cirata penuh, airnya akan dialirkan ke Jatiluhur. Seharusnya pengaliran air tersebut tidak membuat Karawang kebanjiran, jika daerah yang dilewati masih berfungsi sebagai sawah.
Purwakarta, sambung Dedi, memiliki keuntungan dari sisi kontur wilayah, karena ketinggiannya tidak terlalu rendah. Dulu ada tiga desa di Purwakarta yang langganan banjir, yakni Cikao Bandung, Hegarmanah, dan Babakan Cikao.
"Rumah di sana munculnya baru, letaknya lebih rendah dari Sungai Cikao. Saya tawarkan relokasi tidak mau. Akhirnya, pengelolaan air di Cikao Bandung dibenahi dan dibangun tebing (tanggul). Sekarang sudah tidak banjir lagi," tuturnya.
Meski bukan daerah banjir, Dedi mengaku tetap waspada. Jika lengah, bencana pun bisa terjadi di Purwakarta. Untuk itulah, dia mengeluarkan beberapa kebijakan yang terilhami dari budaya Sunda.
"Untuk menjaga daerah hulu, Pemkab Purwakarta menganggarkan dana Rp10 miliar untuk membeli pohon di sekitaran Cirata dan Jatiluhur," tuturnya.
Pepohonan di Cirata dan Saguling merupakan milik warga sehingga mereka bebas melakukan penebangan. Untuk mencegah penebangan sembarangan, pihaknya membeli pohon tersebut selain menanam pohon yang baru.
Pohon tersebut boleh ditebang asalkan sesuai ketentuan. Misalnya, pohon yang boleh ditebang adalah pohon dengan usia tertentu dan di kemiringan tertentu.
"Pohon di kemiringan 60 derajat tidak boleh ditebang, itu bahaya. Selain itu, umur pohon juga tergantung jenisnya, kalau pohon jenjing atau sengon minimal 5-10 tahun baru boleh ditebang," terangnya.
Begitu juga pohon yang mendekati sungai atau jalan, penebangannya harus diberikan jarak. Penebang tidak bisa main babat, karena akan berbahaya ketika air meluap. Peraturan itu dituangkannya dalam Peraturan Desa Berbudaya yang kini sudah diterapkan.
"Saya tidur di pinggir hutan Gunung Burangrang sebulan sebelum mengeluarkan kebijakan tersebut. Ini bukan aturan baru, para ketua kampung zaman dulu sudah melakukannya," terangnya.
Lalu, Dedi mengusulkan daerah pangangonan atau tempat menggembala hewan ternak menjadi hutan cadangan. Dia pun berupaya menghilangkan praktik privatisasi air dengan membeli sumber mata air yang nantinya diserahkan ke warga untuk dikelola.
Alih Fungsi Lahan
Selain mengeluarkan kebijakan untuk menjaga wilayah hulu, Pemkab Purwakata melakukan pencegahan alih fungsi lahan. Pemerintah memperketat perizinan dan menolak memberikan izin bagi perumahan dengan jumlah luas.
"Tahun ini, saya menolak 30 proposal perizinan perumahan. Jumlah yang ditolak lebih banyak dibanding izin yang keluar. Saya pun akan menertibkan satu perumahan yang tidak sesuai perizinan," ucapnya.
Izin perumahan yang diberikan pun hanya untuk kluster dengan maksimal 40 rumah. Ini dilakukan karena manusia mempunyai kebutuhan udara, sanitasi, ruang terbuka hijau (RTH), dan interaksi. Jumlah yang ideal dalam sebuah interaksi sekitar 40 rumah, seperti di kampung-kampung adat.
"Kalau 40 rumah, pemantauan CCTV juga lebih enak," katanya.
Tak hanya itu. Desain rumah pun sebaiknya menghadap ke utara dan selatan. Konsep ini sudah diterapkannya di kampung-kampung wisata yang dibuatnya.
Untuk menjaga sungai tetap terjaga, Dedi mewajibkan bangunan di sepanjang aliran sungai menghadap ke sungai. Sungai menjadi pelataran rumah.
"Kami juga mencanangkan sungai sebagai destinasi wisata mulai Desember ini. Sungai harus digunakan masyarakat untuk aktivitas kemanusiaan, sehingga tak ada lagi warga yang buang sampah ke sungai," tuturnya.
Ada beberapa titik wisata sungai yang tengah dirancang. Beberapa titik itu antara lain Sungai Cikao-Curug sepanjang 15 KM, serta Sungai Cidomas.
#inspirasikangdedi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar