Dedi Mulyadi dan Mbah Rono Bahas Antisipasi Banjir Bandang Garut Terulang
Detikcom
Garut - Bencana banjir bandang yang memakan puluhan korban jiwa di
Kabupaten Garut beberapa waktu lalu sempat mengundang sejuta tanya.
Pasalnya sejak puluhan tahun baru kali ini kabupaten dengan julukan kota
intan itu mengalami musibah banjir.
Ketua DPD I Golkar Jabar, Dedi
Mulyadi, bersama Ketua DPD II Golkar Kabupaten Garut, Ade Ginanjar, yang
juga Ketua DPRD Kabupaten Garut itu pun menggelar diskusi ringan dengan
narasumber seorang Geolog Dr Surono.
Uniknya diskusi tersebut
digelar di sebuah saung areal persawahan Desa Mulyasari, Kecamatan
Sukaresmi, Kabupaten Garut, bersebelahan langsung dengan aliran Sungai
Cimanuk yang sebelumnya meluap sehingga terjadi bencana banjir bandang.
Dalam pemaparannya, Surono yang pernah menjadi Kepala Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) itu meminta agar pengelolaan alam
agar kembali pada kearifan lokal. Pasalnya kearifan lokal terbentuk
sebagai 'benteng' pertahanan yang diciptakan nenek moyang agar bisa
terhindar dari bencana.
"Nenek moyang kita itu tidak ahli menulis,
tapi bertutur. Sedangkan pola cerita itu bisa putus sehingga kearifan
lokal itu disalahartikan," jelas pria yang akrab disapa Mbah Rono itu,
Selasa sore (11/10/2016).
Khusus Garut, kata Mbah Rono, ada
permasalahan yang sudah sepatutnya ditangani secara serius. Hal tersebut
adalah alih fungsi lahan pasca krisis moneter di kawasan hulu Sungai
Cimanuk yang berada di Gunung Papandayan menjadi pertanian kentang dan
sayuran.
Jika hal itu terus menerus terjadi maka aliran Sungai
Cimanuk akan terus berkurang. Imbasnya, Waduk Jatigede yang kini dalam
proses pengisian akan kekurangan pasokan air yang bersumber dari Sungai
Cimanuk.
Tidak hanya itu, proses revitalisasi sungai dengan pola
membuat sodetan dianggapnya kurang tepat dikarenakan masyarakat membuat
pemukiman di lekukan sungai yang menandakan arus tidak begitu desar.
Dengan dibuat sodetan maka menyebabkan arus air bertambah deras, dan
jika terjadi banjir bercampur lumpur maka dengan mudah air akan
menggerus pemukiman.
"Pola normalisasi sungai kita itu salah.
Seharusnya yang diperbaiki itu tata ruang dan tata manusia. Sekalinya
ada becana bilang alam atau bumi sedang tidak ramah. Ungkapan itu
sungguh salah, kok malah menuduh bumi dan alam? Harusnya kita tahu
diri," katanya.
"Kita itu gagal mengelola air permukaan makanya
banyak sekali yang bikin sumur bor. Seperti Jakarta yang tanahnya terus
turun karena air terus menerus disedot. Kita itu waktu banyak air
dimusim hujan tidak bisa menyimpannya, waktu musim kemarau kita malah
kekurangan air. Alam tidak punya salah. Namanya bencana gunung meletus,
gempa, dan lain-lain itu tidak bisa dienginering. Yang bisa
(dienginering- hanya manusia dan lingkungan," kata Mbah Rono
menambahkan.
Di tempat yang sama, Dedi meminta Ade sebagai wakil
rakyat di Kabupaten Garut segera mengambil tindakan dan rekomendasi agar
bencana serupa tak kembali terjadi. "Bisa nanti petani sayur dan
kentang di Papandayan itu didata dan cari tahu penghasilan mereka
berapa. Kita beri solusi yang tidak mengurangi penghasilan mereka,"
tutur Dedi.
Salah satu caranya adalah dengan menjadikan mereka
Tenaga Harian Lepas (THL) yang bertugas menjaga kawasan hulu sungai.
Mereka nantinya diberi tanggung jawab dengan batasan luas lahan
tertentu.
Selain menjadi THL, mereka pun diberi bantuan modal berupa
hewan ternak dan bibit pohon yang sesuai dengan lingkungan hulu sungai.
Nantinya jika ternak dan pembibitan telah berhasil dengan kurun waktu
lima tahun maka gaji mereka akan dicabut dan dialihkan pada warga lain
yang juga akan mendapatkan tugas dan fasilitas yang sama.
"Memang
ini semua kewenangan Pemprov Jabar karena Papandayan sekarang sudah
diambil alih. Saya yakin dengan APBD Pemprov Jabar yang Rp 27 triliun
itu bisa, dan biaya THL plus modal lebih kecil dibanding dengan biaya
tanggap bencana atau pasca bencana. Dan pola itu tidak hanya membuat
hulu sungai terjaga tapi juga saya yakin gunung akan tetap hijau dan
peternakan kita bisa swasembada daging," pungkas Dedi yang juga Bupati
Purwakarta itu.
#inspirasikangdedi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar